Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan
SEORANG warga Aceh berkata, "Setelah melihat iklan XL dan Mentari dengan model berjilbab (berkerudung) saya pun menjadi penasaran akan kisah awalnya kenapa sekarang di Aceh sebagian iklan-iklannya menggunakan model berjilbab (berkerudung)?"
Begini jawabannya seperti dalam berita ini...
Kamis, 09/08/2007 11:44 WIB 'Tak Berbusana Muslim, Gambar Model Perempuan di Aceh Dicat' Oleh Nur Raihan - detikNews
Banda Aceh - Kalau kebetulan Anda berkunjung ke Banda Aceh, jangan heran jika melihat keanehan di sejumlah baliho dan billboard iklan yang dipasang di jalan-jalan di Banda Aceh. Keanehan itu khususnya pada sejumlah baliho atau billboard yang menggunakan model perempuan. Wajah-w

perempuan itu dicat hitam sampai ke leher. Tak hanya wajah, di beberapa billboard dan baliho, pengecatan juga dilakukan di bagian pinggang sampai ke paha.
Mungkin hal ini dilakukan karena si model memakai celana yang agak ketat. Tapi anehnya, pakaian si model yang juga ketat dan menunjukkan lekuk-lekuk tubuhnya dibiarkan begitu saja. Ada juga, yang dicat seluruh tubuhnya. Selain dicat, ada pula yang ditutupi dengan kain. Aksi ini menyusul larangan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh karena gambar-gambar itu dinilai tidak mencerminkan Syariat Islam.
Pasalnya, sejumlah perempuan yang berpose di sejumlah baliho dan billborad itu tak berbusana muslim.
"Saya telah meminta kepada produsen untuk menutup model reklame itu, karena dinilai tidak mencerminkan syariat Islam dan juga kita mendapat protes dari dari DPRK Banda Aceh," ujar Kadispenda Kota Banda Aceh, Mairul Hazami, ketika dihubungi wartawan melalui telepon selularnya, Kamis (9/8/2007) di Banda Aceh.
Dikatakannya, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh. Ditambahkan Kepala Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, M.Natsir Ilyas, model-model perempuan tersebut selain tidak memakai jilbab, juga mengenakan baju lengan pendek dan ketat. Tak hanya itu, di beberapa billboard, para model perempuan itu berdampingan dengan laki-laki yang tidak diketahui muhrimnya atau bukan.
"Hal ini bukan maksud untuk mempersempit ruang gerak reklame, tetapi diharapkan produsen bisa menyesuaikan dengan kondisi di kota Banda Aceh saat ini," terangnya pada wartawan di tempat terpisah.
Untuk itu, Natsir berharap, agar produsen produk-produk tersebut dapat menyesuaikan produk iklannya dengan kondisi Banda Aceh. Misalnya model iklan yang memakai perempuan, diharapkan berbusana Muslim.
Begitu juga dengan berita ini...
Jumat, 10/08/2007 16:17 WIB 'XL Mengecat Iklan Model Perempuan Tanpa Jilbab di Aceh' oleh Nur Raihan - detikNews Banda Aceh -
Billboard iklan yang model perempuannya dicat hitam di Banda Aceh merupakan iklan milik XL. Pihak XL-lah yang mengecat sendiri model iklannya itu. Sebab, pemerintah Kota Banda Aceh melarang iklan dengan model perempuan tanpa jilbab atau yang tidak sesuai syariat Islam.
"Kami minta maaf, jika iklan kami di sejumlah baliho yang dipasang di Kota Banda Aceh tidak sesuai dengan Syariat Islam yang berlaku di sini." Demikian diutarakan Bagian Promosi PT Excelcomindo untuk Aceh, Teuku Aditya. Ungkapan itu diutarakannya pada detikcom, Jumat (10/08/2007).
Permintaan maaf itu disampaikan dia menyusul imbauan yang dikeluarkan Dinas

Dalam gambar iklan tersebut, dua orang perempuan yang memakai baju berlengan pendek mengapit seorang laki-laki yang sedang bertelepon. Di sejumlah baliho yang terpasang, gambar-gambar perempuan itu dicat hitam, sehingga kemudian yang terlihat hanya gambar laki-lakinya saja.
"Setelah mendapat imbauan itu, kemudian juga arahan dari Jakarta, maka kami menutup bilboard dan baliho kita. Jadi kita sendiri yang melakukan pengecatan baliho-baliho itu, bukan Pemko," kata dia meluruskan. Untuk pemasangan iklan berupa baliho atau bilboard ke depannya, belum dapat dipastikan oleh Teuku Aditya.
Apakah nantinya hanya akan memasang iklan yang tidak menggunakan model perempuan atau mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Menurut Seksi Pelayanan Terpadu Dispenda Banda Aceh, Surya Bakti, imbauan itu mereka sampaikan bukan hanya karena berdasarkan permintaan anggota DPRK Banda Aceh. Tapi juga karena kuputusan surat yang sudah dibuat Dispenda sejak lama.
"Jadi dalam butir kedua tentang surat izin reklame yang kita keluarkan, disebutkan, kata-kata dalam reklame harus sesuai dengan kondisi dan situasi daerah. Itulah yang jadi pegangan kita. Situasi dan kondisi daerah kita kan melaksanakan Syariat Islam. Jadi isi reklamenya harus disesuaikan," terang dia pada detikcom, Jumat (10/08/2007).
Ditambahkan dia, beberapa waktu lalu, pihaknya juga pernah meminta sebuah produsen untuk mengganti gambar iklan di papan bilboardnya di kawasan Jambo Tape, Banda Aceh.
"Waktu itu, iklan TV, ada gambar perempuannya yang tidak sesuai. Kita minta diganti, dan mereka ganti. Jadi bukan semata-mata karena permintaan anggota DPRK Banda Aceh," ujar dia lebih lanjut.
Meski dia mengakui, ketika Kadispenda Banda Aceh, Mairul Hazami, menelepon dirinya mengatakan, ada sejumlah komplain dari anggota DPRK Banda Aceh tentang papan iklan dan sejumlah baliho XL yang dinilai tidak sesuai dengan Syariat Islam.
"Tapi tidak disebutkan, anggota dewan yang mana yang komlplain," ungkap dia.
Hal ini mengingatkan perjalanan saya semalam, mengikuti rombongan Dr. Tgk Muhammad Hasan Ditiro, ke daerah kelahirannya Kabupaten Pidie, rombongan mantan Petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini telah menjadi Komisi Peralihan Aceh (KPA). Dari Banda Aceh menuju ke Sigli.. Kami disambut oleh rakyat Aceh yang berderetan di kiri kanan jalan. Dalam merentasi gunung-gunung dan lurah, terlihat mereka berkumpul beramai-ramai tanpa paksaan atau arahan dari sesiapa. Ada yang menyambutnya dengan menunggang gajah.
Sehingga saya berada di dalam mobil berlambangkan Partai Aceh itu dikerumuni dan disalami. Ertinya rakyat amat menghomati dan merindui pemimpinnya. Rombongan juga ziarah ke pusara Tgk Abdullah Syafi'e di Desa Blang Sukon, Cubo, Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Sekilas sejarah Tgk Abdullah Syafi'e tidak saja sebagai panglima Besar Gerakan Aceh Merdeka, tapi tokoh ini juga termasuk dalam perintis bersama Tgk Hasan Ditiro mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976 lalu.
Tgk Abdullah Syafi'e bersama isterinya Fatimah termasuk beberapa pengawalnya, tewas dalam pertempuran dengan pasukan TNI (Tentera Nasional Indonesia) di salah satu kawasan di Desa Sarah Manyang, Kabupaten Bandar Dua Kabupaten Pidie pada tahun 2002 lalu. Dalam komplek perkarangan itu terdapat beberapa kuburan lainnya, selain makam Tgk Abdullah Syafi'e, Muhammad bin Ishak, Tgk Muhammad Daud Hasyim, dan yang berada disamping makam Tgk Lah Umi Fatimah tidak lain isteri Tgk lah yang tewas dalam pertempuran bersama suaminya.
Selain itu, lawatan juga dilakukan ke sejumlah tempat bersejarah dan makam orang tua dan keluarganya sendiri, perjalanan yang dilakukan rombongan Deklarator GAM tersebut, ke lokasi kuburan Tgk Usman Lampouh Awee, Simpang Tiga (mantan menteri Keuangan GAM), Kuburan Tgk Muhammad Daud (Abu Beureueh), dilanjutkan ke Tanjong Bungong Sakti (kuburan Ayah dari Hasan Tiro iaitu Tgk Hasan Muhammad) dan lokasi kuburan Ibu Hasan Tiro (Fatimah) di Kecamatan Tiro.
Kedatangan rombongan itu, dikawal oleh mantan kombatan GAM, puluhan iringan mobil bergerak sejak pukul 11.00 wib, Rabu (15/10), jadual lawatan tersebut telah direncanakan sebelumnnya oleh petinggi mantan GAM yang ada di Kabupaten Pidie. Semasa rombongan kami singgah di rumah Tgk Usman Lampouh Awee yang baru meninggal dunia beberapa bulan lepas, terdapat di pintu gerbang Simpang Tiga jalan masuk ke rumahnya itu tertulis kira-kira 'Perlakuan Syariat Islam, Kami Tunggu Perdamaian'. Tgk Muhammad Hasan Ditiro sendiri pun dalam siri-siri ucapannya ada menyebutkan,
'Teruskan Perdamaian, walaupun saya tiada....' Dan larangan juga dikeluarkan kepada pengguna pelekat kereta yang menuntut kemerdekaan.
Oleh itu laksanakan Islam, kerana salah satu dari makna Islam ialah per'damai'an. Jadi saya jawab kata kawan saya orang tempatan Aceh itu..
"Di Malaysia, sebuah kerajaan negeri pimpinan partai Islam (PAS) di Kelantan telah pun melaksanakannya (pengiklanan seperti di atas) kira-kira 18 tahun lalu, selepas mengambil-alihnya dari Kerajaan Pusat di Malaysia.. Maaf! Ini bukan bererti Aceh tiru Kelantan, tetapi bila kita ikut Islam kita akan bertemu titik-titik persamaan..."
Sekian, semoga Allah pertemukan kita dalam satu titik-titik pertemuan dan persamaan.
Catatan Perjalanan ke Indonesia:
ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Oktober15, 08
Rumah Bupati Sigli, Aceh.
Lihat..
E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'