Sebelum damai, perjuangan rakyat Aceh disokong di luar negara.
IBNU HASYIM Catatan Perjalanan
Dr. Tengku Hasan
KINI saya di Tiro... Tiro adalah sebuah pekan kecil daerah perkampungan kelahiran Dr. Tengku Hasan di Kabupaten Pidie, Aceh. Tengku Hasan lahir di sini, di Tanjong Bungong, Lameulo, sekitar 20 km dari
Sigli, Pidie, pada 25 September 1925. Beliau adalah keturunan ketiga
Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro.
Hasan merupakan anak kedua pasangan Tengku Pocut Fatimah dan Tengku Muhammad Hasan. Tengku Pocut inilah cucu perempuan Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro yang juga seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Hasan kini diagungkan sebagai pejuang bergelar Dr Tengku Hasan Di Tiro.
“Aku masih ingat, bagaimana pekan ini menjadi lautan api dibakar oleh Tentera Nasional Indonesia. Kira-kira 80 buah rumah kedai di kiri kanan jalan itu hangus dijilat api..” Jarinya menunjuk ke arah deretan rumah yang sudah dibina ganti, dan sebahagiannya tapaknya masih kosong belum dibina lagi, walaupun perkara itu berlaku kira-kira puluhan tahun sebelum tsunami 2004.
“Mereka tidak dapat menghabisi pejuang-pejuang GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan menangkap Tengku Hasan semasa bertempur di sana, lalu mereka mengganas membakar deretan kedai itu dan beberapa lagi rumah-rumah orang kampung.” Sambung seorang tua yang saya temui di pekan itu dengan nada sedih dan cukup kesal.
Tengku Hasan mengasaskan ide Negara Aceh Sumatra Merdeka pada Januari 1965 dan memproklamator kemerdekaan
Aceh pada
4 Desember 1976. Dia terus ikut keluar-masuk hutan bersama pasukannya untuk memisahkan diri dari
Indonesia. Perjuangannya itu berlangsung selama 3 tahun, di bumi Aceh. Dikatakan kerana serangan tentara Indonesia terlalu kuat, maka beliau mengatur strategi dari luar dan mengungsi ke berbagai negara, di mana akhirnya menetap di Stockholm, ibu kota Sweden hingga sekarang.
Perlawanan di Aceh tetap berlanjutan. Setelah jatuhnya pemerintahan
Soeharto, isu ‘Aceh merdeka’ kembali menjadi sorotan dunia. Organisasinya (GAM) muncul ke pentas internasional. Hasan Di Tiro pernah menandatangani deklarasi berdirinya Negara Aceh Sumatera, pada akhir 2002. Beliau jugalah menandatangani surat GAM yang dikirim kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Setiausaha Agung Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu)
Kofi Annan pada
25 Januari 1999. Dalam berbagai perundingan damai antara RI dan GAM, restu Hasan Di Tiro selalu ditunggu-tunggu.
“Kami akui dan iktiraf Tengku Hasan bukan hanya kerana perjuangannya, bahkan kerana dalam tubuhnya mengalir darah pejuang Aceh tulin. Kini, kami akui beliau mewakili kami menjadi Komisi Peralihan Aceh (KPA).”
Seorang lagi temannya menambah. “Al-hamdulillah, Tuhan anugerahkan tsunami, sehingga lahirnya Perjanjian Helsinki yang membawa fajar damai hingga hari ini…. Namun fajar damai itu akan lebih terserlah selepas berlakunya Pemilu Indonesia 2009 tahun depan…”
Gambar-gambar kezaliman RI sebelum perjanjiaan damai..
Setakat September07, 2008, 18 partai politik (parpol) dinyatakan KPU (Suruhanjaya Pilihanraya kalau di Malaysia) lulus dalam verifikasi faktual dan berhak menjadi peserta Pemilu 2009 mendatang. Sebahagian besar adalah partai baru. 18 parpol tersebut akan bersanding atau bertanding dengan 16 parpol lain peserta Pemilu 2004. Hal ini berdasarkan pasal 315 dan 316 UU No 10 tahun 2008 ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2009.
Selain partai nasional, ditetapkan pula 6 partai lokal khusus di NAD (Negeri Aceh Darus Salam) yang turut bertarung dalam Pemilu mendatang. Lengkapnya, inilah daftar parpol yang akan menjadi peserta Pemilu 2009.
Partai Nasional terdiri dari 34 buah partai. Iaitu, Partai Barisan Nasional, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hanura, Partai Indonesia Sejahtera, Partai Karya Perjuangan, Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Kedaulatan, Partai Matahari Bangsa, Partai Nasional Benteng Kerakyatan, Partai Patriot, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Pemuda Indonesia, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Persatuan Daerah, Partai Republik Nusantara, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai Demokrat, Partai Golongan Karya (Partai Golkar), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme, Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Partai Lokal di Aceh pula terdiri dari 6 partai. Iaitu, Partai Aceh (PA), Partai Aceh Aman Sejahtera, Partai Bersatu Aceh, Partai Daulat Aceh, Partai Rakyat Aceh dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh.
Hal ini bertepatan pula dengan perbincangan dan majlis dialog saya dengan pemimpin Partai Aceh (PA) atau bekas pemimpin-pemimpin GAM tadi malam di Sigli.
“Gimana pendapat Tengku mengenai perjuangan kami di sini?” Mereka tanya saya. Mereka bahasakan saya dengan katanama ‘Tengku’ adalah sebagai penghormatan dalam bahasa Aceh menggantikan ‘Bapak’ atau ‘Wak’ yang agak ke’Jakata’an atau ke’Jawa’an itu.
Saya jawab, antaranya…
“Saya kagum dengan ketahanan perjuangan tuan-tuan puluhan tahun melawan pemerintah RI, ribuan jiwa terkorban. Tetapi kini corak perjuangan sudah berubah. Dari bertempur guna ledakan senjata M16, kepada guna pena melalui peti undi. Gimana strateginya? Banyak jumlah undi, itulah yang menang.
1…Kita kena kuasai medan pertarungan kita. Umpamanya kita hendak bertarung merebut kerusi Dewan Perwakilan di lokasi Sigli ini… Apakah kita sudah ada data-data penuh pengundi yang menjadi sasaran tarikan untuk menyokong kita? Contohnya, apakah mereka itu..
…(a) ahli kita (yang 100% menyokong kita dan bagaimana melayani mereka supaya tidak terlepas dari mengundi kita.)
…(b) penyokong kita, (yang masih bisa ditarik keluar untuk menyokong partai lain)
…(c) tengah-tengah (sentiasa berubah-rubah ikut arah angin politik masa itu.. 50-50.).
…(d) penyokong parti lawan (bagaimana mendekati mereka?)
…(e) ahli parti lawan (yang mungkin buang masa melayani mereka masa itu).
2…Bila sudah ada data-data begitu, baru kita dapat anggarkan berapa undi yang akan diperolehi sebelum Pemilu berlalu. Baru kita tahu kekuatan kita sebelum bertarung. Kalau masih belum cukup, bagaimana untuk mencukupinya? Di situlah perlunya kempen daftar pengundi baru, pindah pengundi, politik ziarah, awasi penipuan dalam proses pengundian, yang perlu dipelajari bersungguh-sungguh. Apalagi bila PA baru kali pertama berpengalaman dalam Pemilu 2009 akan datang berbanding dengan partai lain yang sudah berpengalaman sejak merdeka.
3…Perlukan perancangan projek yang membantu rakyat miskin dalam mengisi agenda ‘damai’ impian dan harapan rakyat selama ini. Kalau menang, ini yang PA akan buat! Projek jangka pendek atau jangka panjang. Contohnya, kalau di Malaysia FELDA, MARA, FAMA, Tabung Haji, Zakat dan lain-lain. PAS di Malaysia dengan konsep negara Islam dan negara kebajikannya. Bahkan Pemilu Ke 12 Malaysia baru lalu (Mac 2008) Pakatan Rakyat (PR) sebagai partai lawan berjaya merentap 5 negeri ke tangan pembangkang dari kompenan partai pemerintah.
Antara isu besarnya ialah janji menurunkan harga minyak, dan bagaimana caranya, yang boleh diterima dan diyakini oleh rakyat. Kalau di Aceh, mungkin pengisian masalah kemiskinan, pengangguran dan lain-lain, bagaimana menyelesainya? Bagaimana mengagihkan 70% hasil minyak negara (seperti dalam perjanjian damai Helsinki) supaya sampai kepada rakyat secara telus, bukan macam pembahagian wang mangsa tsunami yang ketelusannya masih dipertikaikan. Institusi zakat perlu dimanfaatkan, supaya 8 golongan yang wajib menerima zakat beroleh nikmat dari keindahan agamanya.
4…Konsep kerjasama pembangkang-pembangkang perlu diambil perhatian, supaya rakyat Aceh tahu siapa sebenarnya lawan mereka.”
Itulah huraian spontan saya seccara ringkas tadi malam. Perang dalam damai, keringat dingin sehingga dalam air lagi berpeluh!
Kini, kedinginan angin sungai yang pinggirnya tertegak pekan Tiro itu, terus merempuh melintasi sebuah padang, menyapu-nyapu dan merabai muka kami.. Kami yang sedang minum kopi Aceh di sebuah warung, antara ramai-ramai sedang menunggu dan ingin menemui bekas pemimpin puluhan tahun dalam buangan anak kampung itu.. Sama-sama tidak sabar dan sangat merinduinya.. Tengku Hasan Di Tiro.
Demikian catatan perjalanan di Aceh untuk kali ini. Allahu akbar. Wallahu aklam.
Catatan Perjalanan ke Indonesia:
ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Oktober17, 08
Tiro, Pidie..
Lihat..
E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'