Saturday, February 07, 2009

Bantai 95% Penduduk, Untuk Ambil-Alih? - Philip Slater.

Jumaat, 06/02/2009 - Zionis menggali terowong baru di sebelah kiri masjid ‘Ain Salwan, selatan Masjid Al-Aqsa.

Ibnu Hasyim Catatan Santai.

DALAM buku ‘They Dare to Speak Out’ terbitan 1985, mantan Ahli Kongres, Paul Findley, mengungkapkan kekuatan cengkaman lobi Yahudi dan Israel di Amerika Syarikat, terutama mengnai Timur Tengah, sehingga orang Amerika atau Barat yang berani mengkritik Israel dicap sebagai ‘anti Yahudi’ dan ‘pendukung Nazi’.

Menurut Findley, pengkritik-pengkritik yang berkeadaan lemah telah diintimidasi dan disingkirkan, sementara yang kuat diasingkan untuk kemudiannya dimiskinkan secara politik dan ekonomi, dideskreditkan oleh media massa, bahkan dilenyapkan sama sekali. Senator Joseph Raymond McCarthy dari Partai Republikan adalah salah seorang korbannya. Dia diasingkan dari kancah politik AS dan dideskreditkan oleh media massa sebagai komunis, bahkan penyebab kematiannya pun tidak jelas.

Kini, setelah agresi Israel ke Gaza, sebahagian orang Amerika dan Barat mulai mengeluarkan kritik tajam pada Israel, bahkan beberapa diantaranya cenderung anti Yahudi. Di Yunani, pada 29 Desember lalu, Harian Avriani mengaitkan Perang Gaza dengan lobi Yahudi, “Setelah Yahudi Amerika menguasai kembali (sistem) kemakmuran dunia dan menenggelamkan dunia dalam satu krisis kewangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka mulai berlatih untuk (persiapan) Perang Dunia Ketiga.”

Sementara itu, di Italy, persatuan perniagaan ‘Flacia-Unity’ menyeru warga kota Rom untuk memboikot segala produk usaha buatan komuniti Yahudi. “Kami tidak boleh terus diam terhadap apa yang sedang terjadi di Gaza. Kami telah membuat mendaftar perusahaan (Rom) yang berhubungan dengan Tel Aviv kerana rakyat (Italy) tidak tahu siapa mereka,” kata Giancarlo Desiderati, perancang boikot tersebut.

Di AS, suara kritik terhadap Israel terus lantang, bukan hanya dari keturunan Arab, tetapi juga non Arab yang muak pada eksploitasi nasib buruk Israel semasa pasca Perang Dunia Kedua, demi membenarkan serangan kejinya ke Palestin. Salah seorang warga AS yang mengkritik Israel adalah seorang aktor, sasterawan, ahli sosiologi, dan pengarang buku terkenal ‘The Pursuit of Loneliness,” Philip Slater.

Dalam ‘Huffington Post’ edisi 6 Januari 2009 yang dipublikasikan lagi ‘Middle East Times’ pada 19 Januari, Philip menyampaikan opini berjudul, ‘A Message to Israel: Time to Stop Playing the Victim Role’, begini kira-kira terjemahannya…

Di awal tulisan, Philip menyatakan dia tidak dapat memahami Israel yang selama ini dibela bangsanya, berubah menjadi agressif masih mendramai nasib silamnya sebagai korban permusuhan Arab.

“Kamu jangan lagi pura-pura menjadi mangsa. Konon ‘Israel yang malang’, terdengar aneh manakala kamu terus menjadi kekuatan dominan di Timur Tengah,” kata Philip.

“Kamu duduki beberapa tetanggamu, mengebom dan menaklukannya di medan perang, menguasai tanah mereka, dan mengusir mereka dari rumah-rumah mereka, maka tibalah masanya untuk berhenti berpura-pura tertindas.. Memang, negara-negara Arab menolak mu, mengancam akan membuang kamu ke laut, dan semua itu retorika palsu. Faktanya adalah kamu kuat, mereka (Arab) tidak. Kamu ada senjata canggih, mereka tidak.

Kamu bersenjata nuklier, mereka tidak. Jadi berhentilah bersikap cengeng! Itu sudah tidak laku lagi. Ya, saya tahu, kami rakyat Amerika mesti bercakap dan selalu bergetar bila dengar nama teroris, ‘negara brandal’ dan ‘kerajaan iblis’ masa kami memiliki cukup nuklier untuk meledakkan dunia dan berbelanja senjata lebih besar dari negara manapun. Tetapi, hanya kerana kami hipokrit dan gelisah, tidak bererti kamu perlu macam kami!”

Philip berkata, menyebut HAMAS sebagai agressif sungguh tidak betul, kerana Jalur Gaza lebih dari sebuah kamp konsentrasi besar Israel di mana warga Palestin diserang sesuka Israel dan mereka menderita kesulitan makan, bahan bakar, energi, bahkan suplai obat-obatan. “Mereka tidak tidak dapat keluar dan mesti membuat terowongan untuk menyelundup keperluan harian mereka. Kamu tidak akan pedulikan mereka jika mereka tidak menembakkan roket-roketnya pada kamu.”

Philip menulis, lobi Israel bertindak sepuas-puasnya sehingga mereka dituduh mengadopsi metodologi Nazi yang telah menyiksa mereka, dengan menghukum sebuah bangsa, menyerang bahagian kecil bangsa itu dan secara konsisten dilakukan terhadap Gaza. Israel, demikian menurut Philip, telah melanggar hukum internasional, sebuah hukum yang ironisnya pernah diterapkan untuk mengadili praktik keji yang dilakukan Nazi kepada bangsa Yahudi semasa Perang Dunia Kedua.

“Jom, pisahkan kami dari kemunafikan yang mengatakan setiap usaha Israel adalah demi mencegah korban awam. Semasa kamu menjatuhkan bom-bom di suatu kota yang padat penduduk, kamu mengebom peradaban. Bom yang tidak pernah bertanya, apa kad pengenalan kamu. Bom adalah pembunuh rakyat awan. Bom-bom dirancang untuk menjatuhkan semangat sebuah bangsa dengan membantai keluarga-keluarga. Bom digunakan selama Perang Dunia Kedua oleh semua pihak dengan tujuan meruntuhkan semangat bangsa. Dan ini pula yang dilakukan di Gaza!

Wahai Israel, cubalah tahan diri kamu untuk tidak berkelah dengan argumen menyesatkan yang dipinjam dari Bush, bahawa para pemimpin HAMAS bersembunyi di tengah rakyatnya, meninggalkan rumah-rumah mereka. Yang sebenarnya terjadi, adalah Israel ingin menggiring mereka ke tempat-tempat yang tidak ada penduduknya, padahal tak ada satu pun lahan kosong penduduk dan pemukiman di Gaza. Jadinya, para pejuang HAMAS bolak balik di daerah padat penduduk itu.”

Philip melanjutkan, Israel telah mengebom tiga sekolah PBB dan membunuh lusinan anak-anak serta orang dewasa, meskipun faktanya PBB memberi kamu koordinat semua sekolahnya di Gaza, agar sekolah-sekolah itu tidak menjadi sasaran pengeboman kerana PBB ingin mencegah jatuhnya korban awam dengan tanda itu, sehingga kamu tidak mungkin mengebomnya. Alih-alih Israel mengebom juga sekolah-sekolah itu.

“Nampaknya kamu merasa boleh membunuh sesiapa, bila-bila dan di mana-manu pun yang kamu suka, hanya kerana kamu mendapat restu dari Amerika Syarikat,” kata Phiilip. Setiap hari serangan yang dilancarkan ke Pelestin, kamu semakin jelas melecehkan PBB, masyarakat internasional dan hidup manusia. Perangai negara pengganas. Kamu mungkin juga memberi perhatian pada fakta bahawa kebijaksanan kuno nak jadi hero, yang kamu lakukan berdekad-dekad, tidak berhasil!

Bangsa Palestin itu manusia. Mereka bukan anjing. Makin buruk kamu perlakukan mereka, makin mereka melawanmu. Itulah erti menjadi manusia. Semakin kuat kamu tindas, semakin kuat mereka melawan. Kami (AS) pernah mengebom Vietnam dengan jumlah lebih banyak dari seluruh bom yang dijatuhkan selama Perang Dunia Kedua. Itu belum termasuk bom napalm (bom curah), herbisida (bom biologi) dan semua jenis ranjau darat canggih. Tetapi, apakah mereka (bangsa Vietnam) lantas bersujud dan mencium lutut penjajahnya? Tidak, mereka pantang tunduk.

Kamu mesti membunuh mereka semua. Dan waktu melakukan itu, kamu akhirnya tidak akan lagi didukung oleh siapapun, bahkan Amerika Syarikat sendiri. Ingatlah, bahawa dukungan Amerika kepada kamu seluruhnya didasarkan pada gagasan bahawa tidak ada satu pun politikus (AS) menang pilihan raya tanpa dukungan suara Yahudi. Tapi tidak semua Yahudi Amerika berfikir Israel mengemban misi agung dari Tuhan. Banyak warga Yahudi Amerika lebih mempercayai hukum dan keadilan internasional.

Objek: Phan Thi Kim Phic (8 Juni 1972) @ Trang Bang, Vietnam. Anak perempuan yang berlari dengan tubuh terbakar dalam penyerangan menggunakan bom 'napalm' di Vietnam, sebagai tanda keganasan AS.

Saya tahu, Israel benci nasihat seperti ini dari seorang Amerika. Tapi bukankah ini yang telah kami orang Amerika lakukan? Mendatangi negara orang lain, membantai 95% penduduknya untuk kemudian mengambilalihnya? Ketika yang dirampas tanahnya serentak melawan, pengganas (Israel di tanah Arab) panik dan segera menyebut agresinya ke tanah orang lain itu sah meskipun dengan melakukan pembantaian genosidal.

“Mohon maaf saya mesti katakan padamu wahai Israel, kamu ketinggalan zaman. Alasan genosida tidak lagi laku. Saya tahu ini tidak adil, kamu memiliki hak untuk tersinggung dengan semua ini, namun dunia itu semakin kecil, gaya koboy itu sudah kuno, dan tentera tidak lagi menjadi pahlawan,” kata Philip menutup tulisannya.

Demikian catatan santai kali ini, yang sengaja saya pilih pandangan dari warga AS sendiri mengenai perbantaian di Gaza.

ibnuhasyim.com
(e-mail:
ibnuhasyim@gmail.com)
Feb07, 2009. Malaysia.

No comments:

Post a Comment