Thursday, March 26, 2009

Kagum Dengan Hukum Perang, Seorang Janda Czech Pilih Islam.


Ibnu Hasyim Catatan Santai

“SAYA senang belajar semua hal. Saya mempelajari teori relativitas waktu Einstein, ilmu-ilmu biologi, astronomi, dan sejarah orang-orang besar. Dari sinilah saya mengenal keagungan Islam.” Tidak cukup belajar sendiri, beliau belajar Islam dan menyambangi Islamic Center ketika berkesempatan belajar di England. Ketika ke Belanda, beliau bertemu dengan Famille Fatma Arslan, pengacara pertama di Belanda yang menggunakan hijab, guna mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya mengenai menjadi seorang Muslimah di Eropah.

“Saya kagum dengan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq yang sudah memperkenalkan prinsip-prinsip ‘good governance’ (tatakelola pemerintahan yang baik, adil, bersih dan bebas rasuah) sejak 14 abad silam. Saya kagum dengan hukum peperangan dalam Islam yang sudah dikenal sejak turunnya Al Qur`an dan diperkuat oleh Sunnah Nabi Muhammad, padahal hukum peperangan internasional (humanitarian law) baru dikenal sejak tahun 1907 melalui Konvensi Den Haag, dan kebelakangan pada tahun 1949 melalui Konvensyen Geneva.

Namun yang paling membuat saya kagum adalah peribadi Nabi Muhammad SAW sendiri. Saya mempelajari akhlaknya dalam kehidupan, cara bertetangga, cara melayani perempuan, termasuk hak-hak suami dan isteri dalam perkawinan. Bayangkan, Republik Czeck baru memperkenalkan hukum perjanjian perkawinan antara suami dan isteri pada tahun 1998 sementara Islam sudah melakukannya 14 abad silam!” kata Karimah dengan bersemangat.

Karimah, bukan nama asli memang. Nama hijrah setelah dia memutuskan kembali ke Islam. Nama aslinya adalah nama khas warga Republik Czech (Ceko). Nama yang indah namun sukar diucapkan. Namun ia tidak hendak menggunakan nama aslinya untuk kepentingan jurnalistik. “Saya seorang berjawatan tinggi di Kementerian Kehakiman Czech Republic, dan perjuangan saya selaku seorang mualaf masih panjang, maka gunakan sahaja nama Karimah.” ujarnya dalam bahasa Inggeris yang lancar.

Karimah lahir pada tahun 1965 di Republik Ceko, yang sebelum tahun 1993 bernama Chekoslovakia. Alias kini ia berusia 43 tahun. Di usia yang relatif muda untuk ukuran wanita Eropah ini ia telah menjanda. Suaminya telah meninggal kerana sakit dan kini ia hidup dengan puteranya yang berusia 17 tahun. Ia tinggal di Prague ibukota Republik Ceko. Seperti halnya dengan majoriti rakyat Ceko, Karimah dibesarkan sebagai seorang Atheis. Tidak terlalu aneh, sebagai mantan negara komunis, 60% penduduk Ceko adalah atheis ataupun agnostik, 27% nya Katolik Roma dan 3% nya Kristian Protestan.

“Identiti agama tidak menjadi hal yang penting bagi negara dan rakyat Republik Ceko hingga kini.” tutur Karimah. Berbeda dengan kebanyakan rakyat Ceko, walaupun atheis, Karimah kecil sejak usia muda sudah tertarik dengan agama. Semua dimulainya pada usia 8 tahun ketika ia mempelajari semua agama dan menggali cara hidup orang-orang dari agama yang berbeda. Republik Ceko adalah negera kecil di Eropah Tengah berpenduduk 10 juta jiwa. Seiring dengan runtuhnya komunisme di Eropa Timur, persekutuannya dengan negeri Slovakia-pun bubar sehingga menjadi Republik Ceko.

Negeri yang lama hidup dalam cengkeraman komunisme (sejak perang dunia II hingga tahun 1989) ini terkenal telah melahirkan banyak orang-orang besar, terutamanya di bidang sukan, sains, dan budaya. Bahkan mantan Presidennya, Vaclac Havel (memerintah pada 1990 – 2003) dikenal sebagai penulis dan dramawan. Di luar nama-nama besar tersebut, negeri kecil yang tidak memiliki laut ini (landlocked) ternyata juga menjadi rumah bagi minority Muslim yang jumlahnya kurang dari 10,000 jiwa.

Di antara mereka ada seorang mualaf Muslimah berkulit putih asli Ceko, berambut perang yang di sepanjang seminar di Salzburg Austria selalu mengenakan jilbab. Siapapun tidak akan menyangka, dia adalah Muslimah kerana tutupi kepala di Eropah pada musim dingin adalah biasa.. “Masalahnya adalah informasi tentang Islam amat minima bagi rakyat Ceko,” lanjut Karimah. ”Islam difahami sebatas sebagai agama kekerasan, mengilhami terorisme dan pelaku pemboman, memperkenalkan hukuman cambuk dan rajam bagi pelaku kejahatan dan membolehkan poligami. Banyak orang Ceko yang tidak faham Islam.”

“Keputusan saya masuk Islam memang dianggap aneh dan luar biasa oleh orang-orang di sekeliling saya. Keluarga saya banyak yang tidak setuju. Anak saya sendiri yang kini berusia 17 tahun berkata ketika saya memutuskan masuk Islam, ‘Mam, kamu benar-benar sudah gila.’ Apalagi saya perempuan, berkulit putih, dan memegang jabatan di Kementerian Kehakiman. Memang, negeri ini tidak melarang orang menganut agama apapun. Namun layaknya negeri sekuler dan mantan komunis pula, untuk terang-terangan memproklamirkan diri sebagai seorang Muslim juga bukan hal yang mudah.

Sampai sekarang, saya masih menyembunyikan keIslaman saya, kecuali kepada orang-orang terdekat. Sejak saya masuk Islam pada tahun 2007, saya sholat dan berpuasa Ramadhan di ruangan kantor saya. Alhamdulillah saya memiliki ruangan peribadi. Dan memang saya tidak mengenakan jilbab selama bekerja. Sehingga teman-teman sekantor saya belum banyak yang tahu tentang keIslaman saya,” cerita Karimah.

“Komuniti Muslim di negeri ini amat sedikit. Tidak ada angka tepat tentang jumlah Muslim di Ceko kerana memang sensus penduduk disini tidak pernah memasukkan klausul agama penduduk. Namun perkiraan saya sekitar 4000 – 5000 jiwa sahaja. Diantara jumlah tersebut ada imigeran dari Turki mahupun Afrika Utara, ada warga Ceko yang masuk Islam karana berkahwin dengan imigeran, dan ada juga mahasiswa Muslim dari Mesir, Yaman, Iran, dan Bosnia yang belajar di kampus-kampus Ceko. Muslim asli Ceko yang masuk Islam bukan kerana pernikahan, seperti saya amat kurang.” papar Karimah lagi.

Hanya ada dua masjid di Ceko. Satu di kota Prague (Praha) dan satu lagi di Brno. Itupun tak nampak sebagai masjid kerana tidak diperlengkapi menara. Maka, amat wajar apabila komuniti Muslim Ceko kesulitan dalam mengembangkan interaksinya. Belum lagi kesulitan dalam mendapatkan makanan halal. “Alhamdulillah saya sejak dulu tak suka merokok dan minum alkohol. Juga saya jarang makan pork (babi), padahal babi adalah satu makanan pokok warga Ceko. Ini juga yang memudahkan saya masuk Islam.” Kata Karimah.

Karimah memandang persoalan Muslim di Ceko tidak hanya akibat cara pandang yang salah dari warga Ceko terhadap Muslim, namun juga adalah kerana perilaku hidup Muslim Ceko itu sendiri. Menurutnya, “Sudah Muslim disini jumlahnya amat minima, namun yang sedikit ini terkadang juga tidak menunjukkan keindahan dan keagungan Islam. Beberapa Muslim terkadang melakukan tindakan kriminal dan tindakan tidak terpuji lainnya. Yang Muslimah pula seringkali berbusana Muslim dengan warna-warna hitam dan warna gelap lainnya, sehingga tampak menakutkan di mata orang awam.”

Cabaran dan harapan berikutnya, menurut beliau yang sedang menyiapkan disertasi Doktornya tentang Hukum Perdata Islam dan Hukum Internasional di Universiti Ceko ini, adalah mahu ‘Republik Ceko mengakui Islam sebagai salah satu agama yang hidup di Ceko.’ Dia inginkan jumlah Muslim dan masjid bertambah… dan keinginan peribadinya, “saya ingin naik haji suatu waktu. Saya akan ambil cuti sebatas waktu yang diperlukan untuk naik haji sehingga tidak ada seorangpun tahu saya pergi haji!”

Akhirnya, beliau berpesan : “Mari sama-sama berikan perhatian kepada minoriti Muslim di Republik Ceko. Walaupun tidak ramai, tetapi kami adalah saudara anda juga. Perjuangan saya selaku mualaf dalam memperkenalkan Islam di Republik Ceko masih panjang, maka bantulah saya. Lalu, berikanlah informasi yang benar dan memadai mengenai Islam kepada rakyat Ceko sehingga mereka dapat mengapresiasi Islam dengan baik, fi amaanillah....” ujarnya.

Kisah ini diambil dari Heru Susetyo, Kontributor Tarbawi di Thailand, yang melakukan perjalanan ke Austria dan Jerman pada akhir Oktober 2008 lalu sebagai partisipan dari Salzburg Global Seminar on Islamic Law and International Law. Dalam seminar tersebut Heru Susetyo berjumpa dan mewawancara Karimah dan Famille Fatma Arslan, pengacara pertama di Belanda yang menggunakan hijab seperti yang disebutkan di atas.

Sekian untuk kali ini, wassalam.

ibnuhasyim.com
(e-mail:
ibnuhasyim@gmail.com)
Mac 26, 2009. KL.

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails