Ibnu Hasyim Catatan Santai
LUNA Cohen, lahir di kota Tetouan, Maroko dari keluarga Yahudi. Pada usia 16 tahun, ia sudah meninggalkan rumah keluarga di Maroko untuk melanjutkan sekolahnya di sekolah khusus perempuan Bet Yaakov di Washington Heights, Manhattan, Amerika Syarikat. Bet Yaakov adalah sebuah sekolah Yahudi Ortodoks yang dikenal rasis. Dia berkahwin pada usia 18 tahun. Luna dan suaminya sudah 3 kali pindah tempat tinggal di apartemen Brooklyn, New York, dan akhirnya pindah ke Israel bersama 4 nanak-anaknya.
Ketika tiba di Israel, Luna dan keluarganya tinggal pemukiman Yahudi, Gush Qatif di wilayah Jalur Gaza. Luna mengaku menjalani masa-masa yang berat kerana melihat ‘cara hidup’ orang-orang Yahudi di tempat tinggalnya itu dan meminta pada suaminya agar mereka pindah saja ke Netivot, yang terletak sekitar 23 kilometer ke arah utara di wilayah pendudukan Israel di Palestin. Di tempat itu, Luna lagi-lagi menyaksikan kehidupan masyarakat Yahudi Israel yang disebutnya tidak berpendidikan.
“Mungkin cuma satu dari sejuta anak yang berperangai baik.” kata Luna. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang Yahudi di Netivot, sama seperti di pemukiman Yahudi Gush Qatif, membenci orang-orang yang bukan Yahudi, Arab Palestin. “Kami lihat tindakan mereka buruk dan mahu menang sendiri. Pada titik ini, saya dan suami tidak sepakat terhadap sikap mereka itu!”
Hingga suatu hari suami Luna yang juga Yahudi tetapi sekuler, pulang ke rumah dan mengatakan baru sahaja membaca al-Quran dan memutuskan untuk masuk Islam. Luna tidak tahu, rupanya suaminya itu selama ini sudah banyak mempelajari Islam melalui dialog dengan seorang Muslim asal Emirat Arab Bersatu yang tinggal di pemukiman Gush Qatif, selama 2 tahun. “Kerana dalam fahaman Yahudi, kami selalu diajar untuk membenci agama lain," kata Luna bertanyakan mengenai ajaran Islam.
Tetapi, suaminya cukup bijak dan mengatakan, Luna boleh tetap dalam agama Yahudi jika tidak mahu masuk Islam, kerana dalam Islam, seorang lelaki Muslim boleh berkahwin dengan perempuan ahli kitab. Suami Luna pun masuk Islam dan memakai nama Islam Yousef al-Khattab. Dua minggu setelah suaminya masuk Islam, Luna tertarik untuk membaca al-Quran dan ketika ia membacanya, Luna merasa semua pertanyaan yang bersimpul di kepalanya terjawab semua dalam al-Quran.
Luna lalu menyusul suaminya mengucap dua kalimah syahadat dan menjadi seorang Muslimah. Luna memilih nama Qamar atau ‘bulan mengambang’ sebagai nama Islamnya. Kerana keadaan yang tidak memungkinkan mereka tinggal lebih lama di wilayah Israel itu, maka keluarga mualaf itu lalu memutuskan pindah ke Maroko, negara asal Luna pada tahun 2006. Hingga sekarang pasangan Yousef dan Qamar Al-Khattab hidup bahagia di tengah saudara-saudara Muslim Maroko setelah menemu kebenaran sejati dalam cara hidup Islam. (ln/jewsforAllah)
Oleh itu tiap warga Muslim wajib menghayati Al-Quran dalam seluruh kehidupan, termasuk peribadi, keluarga, masyarakat, dan lebih-lebih lagi dalam politik yang meletakkan Al-Quran sebagai dasar negara. Wallahu ‘aklam.
ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Mac 24, 2009. KL.
2 comments:
setuju, masyarakat israel bukan tak berpendidikan tetapi perangai nya tuh sudah perangai iblis.
Ramai sahabat Rasulullah di madinah dulu dari ugama Yahudi dan mendapat hidayah.
Alhamdulillah bersyukur mereka mendapat hidayah.
Bagaimana dengan mereka yang mengaku Islam tetapi menentang hukum Islam yang terang-terang dalam Al Quran?
Post a Comment