Sunday, May 24, 2009

Jakarta, Mengapa Tolak Partai Islam?

Banjir di kota Jakarta: Waktu-waktu begini, wakil rakyat (caleg) perlu tunjukkan servisnya.



Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

"OJEK!!"

"Ya!!"

"Mahu ke mana pak?"

"Saya mahu ke warnet!". Ojek ertinya motosikal tambang membawa penumpang. Warnet ialah warung internet. Begitulah cakap-cakap orang di Jakarta Pusat tempat saya berada sekarang.

Saya ke warnet depan Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat. Malam tadi saya bersembang panjang dengan penjual jamu selepas makan nasi bebek (itek) di sekitar kawasan itu juga. Saya ingat kata-katanya, "Pemilu (pilihan raya umum) sebelum ini, di sini menang PKS (Partai Keadilan Sejahtera), tapi Pemilu lepas ditawan Partai Demokrat!"

Inilah yang membuat saya tertarik melihat maklumat mengenai Jakarta. Saya lihat j
umlah penduduk di Jakarta sekitar 7,512,323 menurut statistik 2006. Namun pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2,131,341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, iaitu 19,545 jiwa.

Agama yang dianut oleh penduduk Jakarta adalah beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah, Islam 83%, Kristian Protestan 6.2%, Katholik 5.7%, Hindu 1.2% dan Buddha 3.5%. Jumlah umat Buddha napak agak besar mungkin kerana umat Kong Hu Cu juga ikut tercakup di dalamnya.

Menurut data Robert Cribb pada tahun 1980 jumlah penganut agama ini secara relatif adalah sebagai berikut.. Islam 84.4%, Protestan 6.3%, Katolik 2.9%, Hindu dan Buddha 5.7%, Tidak beragama 0.3%. Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1.7%. Dikatakan sensus penduduk Indonesia tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.

Kita boleh lihat, berbagai tempat ibadat agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan musala, sebagai rumah ibadah umat Islam tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan ada di setiap kelurahan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal di Lapangan Banteng. Di seberangnya terletak Gereja Katedral Jakarta, masih dalam lingkungan berdekatan bangunan Gereja Imanuel bagi umat Kristian Protestan. Antara masjid-masjid penting lain ialah Masjid Agung Al-Azhar di Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Masjid At-Tin di Jakarta Timur dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng, Jakarta Pusat.

Di Jakarta juga terdapat pula pura di Rawamangun dengan nama Pura Adhitya Jaya, sebagai pura pusat bagi bagi umat Hindu Dharma yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya. Bagi umat Buddha terdapat Vihara Dhammacakka Jaya dan bagi penganut Kong Hu Cu Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga memiliki satu sinagog yang digunakan oleh pekerja asing, penganut Yudaisme.

"Melihat kepada jumlah penduduk dan agama, sepatutnya Jakarta boleh dimenangi oleh partai berteraskan Islam. Bahkan dulunya PKS yang berteraskan Islam menang seperti di sini, kini tewas di tangan Parti Demokrat. Apa sebabnya pada pandangan bapak?" Saya tanya penjual jamu itu berserta berapa rakannya lagi.

"Pada kami..." Jawab penjual jamu itu, "Walaupun partinya baik, Islamik, tetapi bila servis kepada rakyat kurang memuaskan, rakyat tolak!! Kerana bukan semua rakyat faham Islam, dan memang Islam menyuruh pemerintah melalui wakilnya membela rakyat miskin tertindas, juga tidak punya...."

(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Jakarta Pusat.

Mei 23, 2009

No comments:

Post a Comment