Saturday, March 13, 2010

Islam Serang Amerika Latin, Tahniah Osama Laden.


Kalimat "Allahu Akbar" bergema melalui pembesar suara. Bersama dengan seruan itu, ratusan orang memenuhi masjid untuk menunaikan solat. Sementara di luar masjid, di pinggir jalan berderet toko-toko daging "halal" seperti suasana di kota Damaskus, Kairo, Baghdad atau Malaysia. Suasana kota seperti itu boleh anda jumpai di kawasan Bras, Sao Paulo ibukota Brazil sekarang.

"SERANGAN 11 September menjadi kunci munculnya rasa ingintahu di kalangan ramai orang, tentang Islam. Sekarang sudah ada 15 % komuniti Muslim. Kami bukan keturunan Arab tetapi orang Brazil asli!" ujar Al Bukai. Mohammed Al Bukai, Muslim Brazil kelahiran Suriah yang mengelola sebuah masjid di kawasan Bras, Sao Paulo, ibukota Brazil.

Walaupun gelombang asalnaya kedatangan imigran Arab tiba di kota itu pada era tahun 1920-an, dan lokasinya yang berada tepat di tengah wilayah Brazil, namun komuniti Muslim di Bras kini menawarkan berbagai kelas dan menyelenggarakan berbagai seminar bagi mereka yang tertarik dengan Islam.

Bras adalah kota yang didominasi para pekerja dan menjadi jantung Islam di negara Amerika Latin itu. Seperti kecenderungan di negara-negara non-Muslim, komuniti Muslim di Brazil juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Selama satu dekad terakhir, jumlah populasi Muslim meningkat dari ratusan ribu orang menjadi 1.5 juta orang, dari 190 juta jumlah keseluruhan penduduk di negeri Samba itu.

Selain itu, hampir di seluruh Brazil terdapat masjid-masjid yang sebahagiannya dibiayai oleh negara-negara Muslim seperti Arab Saudi dan negara-negara Teluk. Dibandingkan kota-kota lainnya di Brazil, denyut kehidupan masyarakat Muslim dan kehadiran Islam paling terasa di kota Bras. Menurut pakarIslam dari Universiti Sao Paulo, Paulo Daniel Farah, agama Islam tumbuh hampir di seluruh negara Amerika Latin, khususnya di Brazil sejak hamba-hamba yang beragama Islam dari Afrika dibawa ke Brazil pada abad ke-19.

Di Brazil, sejarah itu baru boleh mulai dipelajari di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pada tahun 2003 berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah Brazil. Para hamba Muslim itu memimpin beberapa pemberontakan penting membela perhambaan. Pemberontakan MalĂȘ pada tahun 1835, sebuah pergerakan hamba di kawasan kota di Amerika yang sejak lama mengalami penindasan.

Mereka memperjuangkan persamaan dan keadilan sosial seperti yang diajarkan oleh Islam. Sebuah anugerah pesanan yang hingga kini masih disuarakan kalangan warga kulit hitam miskin dan suku Indian Amerika yang teraniaya. Sejarah itu menjadi latar belakang mengapa banyak orang-orang Brazil keturunan Afrika yang jumlahnya hampir setengah dari seluruh penduduk Brazil, memilih masuk Islam. Fenomena ini, kata Daniel Farah, terutama banyak ditemui di kawasan industri di pinggiran kota Sao Bernardo.

Di kota itu, tertonjol dengan megahnya dua menara masjid di antara barisan rumah-rumah bertingkat dua. Di masjid yang seluruh dindingnya di cat berwarna putih, HonerĂȘ al-Amin, 32, seorang artis muzik hip-hop berkulit hitam memimpin kegiatan sosial komuniti Muslim.

"Saya memainkan muzik hip-hop untuk mengecam penindasan terhadap anak-anak muda kulit hitam di Brazil.. Baru kemudian saya temukan dalam sejarah negara saya, tentang gelombang kedatangan Muslim ke negeri ini," kata Al-Amin yang sudah 10 tahun masuk Islam.

"Saya sangat terkesan dengan filem Malcolm X dan sosok seperti Muhammad Ali, saya ingin jadi seperti mereka," sambungnya.

Selain komuniti kulit hitam, komuniti kulit putih Brazil juga banyak yang masuk Islam. Salah satunya adalah Thamara Fonseca, 24, yang sudah memakai hijab. Thamara yang berprofeyen sebagai dezainer pakaian itu mengatakan, pelanggannya dan orang-orang Brazil pada umumnya menerima keIslamannya.

"Mulanya, saya dengar orang-orang berbisik-bisik di jalanan, 'Lihat itu isteri Usamah bin Ladin dan Saddam Hussein, mereeka perempuan yang suka mengebom'. " kata Thamara.

"Tapi sekarang, tidak ada lagi orang yang berbisik-bisik seperti itu. Malah banyak orang datang pada saya dan bertanya tentang Islam," sambung Thamara senang dan ramah.

Komen Blog Ibnu Hasyim: Kini, kalimat "Allahu Akbar" terus boleh bergema melalui pembesar suara. Bersama dengan seruan itu, ratusan orang terus memenuhi masjid untuk menunaikan solat. Sementara di luar masjid, di pinggir jalan berderet toko-toko daging "halal" seperti suasana di kota Damaskus, Kairo, Baghdad atau Malaysia. Suasana kota seperti itu boleh anda jumpai di kawasan Bras, Sao Paulo ibukota Brazil sekarang.

Tahniah juga kepada Grup Al-Qaeda dan Osama Laden yang dilebelkan 'pengganas dengan peristiwa 11 September runtuhnya WTC', rupanya membawa rahmat kepada perkembangan Islam di Amerika Latin itu, bahkan ke seluruh dunia. Tertekan dan tertindasnya umat, rupanya ia sebagai signal akan munculnya sebuah kebangkitan! Kebangkitan perdamaian nur Islam akan melanda dan menyerang Amerikan Latin... Allahu Akbar. (Sumber Era Muslim dll).

1 comment:

  1. Semoga menjadi inspirasi bagi pejuang penegak dinulloh dimanapun dan kapanpun berada....."

    ReplyDelete