RABU Mac 31 10: Hanya satu hari berselang, semuanya telah berubah. Nargiza, 17 tahun, gadis petugas kebersihan keturunan Armenia, tiba-tiba saja dipukul oleh beberapa orang di Moskow.
"Dia dipukuli di jalan, rambutnya kusut, muka luka, pakaiannya robek," kata Galina Kozhevnikova dari Moskow Sova Centre, sebuah pusat hak asasi, yang dikutip dari seorang kenalan yang menyaksikan kejadian itu.
Nargiza, dilihat sebagai seorang Muslimah kerana berkulit agak gelap, menjadi korban malang dalam sentimen anti-Islam setelah bom kembar yang merenggut nyawa 39 orang itu.
"Mereka berdiri di sana, dan berteriak: pergi sana, lakukan saja bom syahid!" kata satu account diposting oleh seorang saksi, yang tidak bernama, di LiveJournal, salah satu komuniti online Rusia yang ternama.
Rusia sudah menetapkan, serangan pagi Isnin pagi itu dilakukan oleh penduduk Rusia yang berada di Kaukasus Utara, sebahagian besarnya Muslim. Kozhevnikova mengatakan gadis itu untuk sementara meninggalkan kota dan berada di luar jangkauan orang-orang yang penuh prasangka itu.
Pukul Perempuan.
Dalam insiden serupa, beberapa lelaki dan perempuan memukul dua wanita yang memakai hijab di metro Isnin petang. Mereka diangkat dari kursi mereka dan dilemparkan keluar dari kereta, begitu laporan Ekho, sebuah radio populer di Moskow. Saksi mengatakan tidak ada seorang pun yang menelepon polis dan penumpang lain hanya diam saja.
Namun seorang jurucakap polis Moskow mengatakan kepada AFP, tidak ada laporan insiden seperti itu. Di Rusia, sentimen anti-imigran sangatlah tinggi. Kozhevnikova mencatat setidaknya sejak Isnin kemarin, mungkin sudah ada 10 kes serangan terhadap Muslim namun tidak terdaftarkan.
"Seperti yang saya lihat, bahaya nyata dari hal ini adalah insiden seperti itu dapat digunakan oleh ahli politik," kata Leokadia Drobizheva, Ketua Pusat Kajian Hubungan Antara-etnik di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Dengan sekitar 2.5 juta pekerja imigran, Rusia memiliki pekerja imigran terbesar kedua setelah Amerika Syarikat.
Perombakan undang-undang anti-teroris
Setelah ledakan bom tersebut, pegawai undang-undang Russia berjanji untuk mengetatkan kawalan. Presiden Dmitry Medvedev Selasa lalu juga mendesak pihak pejabat untuk memperbaiki undang-undang anti-teroris atau pengganas. Langkah tersebut hampir pasti akan membuat hidup kaum Muslimin yang tinggal di Moskow, lebih susah lagi.
"Saya punya perasaan, firasat," Alisher Madanbekov, seorang pemimpin di aspora Kyrgyz Moskow berkata kepada AFP.
"Ketika serangan teroris datang, buruh imigran yang pertama akan menderita," tambah Usmon Baratov, seorang pemimpin Uzbek Moskow.
Aktivis hak asasi manusia mengatakan pihak pejabat telah lama menutup mata terhadap nasionalisme dan xenofobia di Russia. Menurut Hak Asasi Manusia Biro Moskow, antara bulan Januari dan pertengahan Mac tahun ini, ada 31 serangan xenophobia. 10 terkorban dan cedera 28 di Rusia.
"Orang-orang berpenampilan non-Slavia selama beberapa hari ini akan takut untuk keluar di jalan-jalan raya," kata Kozhevnikova. (AK)
1 comment:
Mati..asalkan berpegang kpd agama...
Post a Comment