Gambar bawah: Pekerja Muslim diusir dari tempat kerja, di sebuah perusahaan besar AS kerana tolak untuk melepaskan pakaian menutup aurat. Peristiwa ini membuktikan berlakunya serangan pelecehan terhadap Muslimah menutup aurat yang berpegang teguh terhadap keyakinannya di tempat kerja.
APRIL 17, 10 -SABTU: Akhbar, USA Today melaporkan seorang Muslimah bernama Hani Khan yang baru bekerja selama tiga bulan di toko pakaian perusahaan "Hollister" San Francisco, dibuang kerja kerana memakai pakaian menutup aurat, cadar atau jilbab.
Perusahaannya menuduh penampilan Hani Khan melanggar peraturan perusahaan sebagai seorang pekerja. Akhbar itu melaporkan, Hani Khan menolak untuk melepas cadarnya, walaupun diberi kesempatan satu minggu untuk membuat keputusan samada tidak memakai cadar atau berhenti kerja. Hani Khan membawa kes ini ke mahkamah dan mendakwa kes ini bertambah meningkatnya diskriminasi agama terhadap Muslimah yang bekerja.
Secara umum, wanita berjilbab atau bercadar sering mengalami pelecehan di tempat kerja atau tempat-tempat umum, sebuah praktek yang semakin meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan mencapai puncaknya ketika seorang Muslimah keturunan Palestin, dipaksa membuka cadarnya di sebuah pasar di kota Chicago pada November lalu.
Begitu juga mengenai sebuah asosiasi imigran Maroko di Spanyol Jumaat kemarin April 16 mengecam keputusan sekolah yang melarang seorang gadis berusia 16 tahun masuk ke kelas kerana tidak mahu melepaskan jilbabnya."Selama beberapa minggu terakhir Najwa Malha tidak dapat masuk kelas di sekolahnya, dan hal tersebut bertentangan dengan haknya untuk mendapatkan pendidikan dasar yang dijamin oleh perlembagaan," kata ketua asosiasi, Kamal Ramoini.
Guru besar sekolah, di wilayah Madrid, mengatakan dalam sebuah kenyataan bahawa pelarangan penggunaan topi ataupun benda lain yang menutupi kepala di dalam kelas merupakan peraturan internal sekolah.
Ramoini, yang memimpin Asosiasi Pekerja dan imigran Maroko di Spanyol, mengatakan kelompok mereka telah mengetahui adanya perselisihan mendalam terhadap keputusan ini. "Malha, lahir di Spanyol namun orangtuanya asli Maroko, mengatakan dia sendiri mengambil keputusan memakai jilbab ke sekolah Februari lalu dengan melanggar nasihat ibunya yang melarang memakai jilbab di sekolah," kata Media Spanyol.
Teman-teman sekelas Malha menyatakan sokongan mereka atas keputusannya mengenakan jilbab. Namun pemerintah daerah merestui sikap sekolah, mereka menegaskan bahawa peraturan "perlu ditegakkan", sementara itu mereka mengakui bahwa proposal untuk memodifikasi peraturan tersebut sedang dipelajari.
Persoalan ini boleh dikatakan relatif baru bagi Spanyol yang jumlah imigran semakin meningkat dari sekitar setengah juta di tahun 1996 menjadi 5.6 juta tahun lalu, dari jumlah populasi sebesar 46 juta orang. Maroko menjadi salah satu komuniti imigran asing terbesar di Spanyol.
Komen Blog Ibnu Hasyim: Hanya UMNO yang tidak mahu menerapkan bersungguh-sungguh budaya bertudung lingkup dalam pentadbiran partinya atau kerajaan pemerintahannya. (AK)
Hulu Selangor: Undilah PKR.
No comments:
Post a Comment