Friday, October 29, 2010

Ibadah Haji: Pun Kena Rasuah?

CATATAN SANTAI

Haji, Perjalanan Keimanan Seorang Muslim

BERABAD-ABAD sebelum Rasulullah SAW diutus, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS menyeru manusia untuk berhaji (QS Al-Hajj (22): 27-28). Beliau melaksanakannya dan berdoa agar semua hati manusia cenderung dan rindu ke Tanah Haram (QS Ibrahim (14): 37). Maka, berbondong-bondonglah umat Islam ke Tanah Suci untuk memenuhi seruan tersebut hingga hari ini.

Barangkali dari asal-usul panggilan inilah banyak umat Islam meminta dipanggil di Makkah, khususnya di Jabal Qubeis. Padahal panggilannya sudah lama, tetapi sebahagian umat tidak memenuhi seruan ini kerana tidak mampu atau lalai, bahkan tuli disihir gemerlapnya dunia. Sejak seseorang mendaftar haji, yang ada dalam niatnya adalah keikhlasan dan kesiapan berkorban demi mencari ridha Ilahi. Ketika kuota diperolehnya, ia mempersiapkan semua keperluan selama ibadah haji.

Dia membekali dirinya dengan ketakwaan. Belajar manasik dan ilmu yang berkaitan dengan ibadah harian yang wajib selama di perjalanan. Dia korbankan waktu, harta, dan kepentingan dunianya untuk menggapai haji mabrur. Perjalanan haji adalah rihlah (tour) keimanan. Saat keluar rumah menuju ke Tanah Haram, calon haji ini membaca, "Bismillahi tawakkaltu 'ala Allah wa laa haula wa laa quwwata illa billah." Ketika duduk di kendaraan pun berdoa safar.

Dalam segala situasi dan kondisi ia pun senantiasa doa, zikir, dan beribadah. Sungguh hebat jamaah haji ini. Dia menjadi hamba Allah yang terbaik. Semua aspek hidupnya dijadikan ibadah seperti yang diperintah Allah. (QS Az-Zariyat (51):56).

Masa sampai miqat, semua tamu Allah berniat ihram dan membaca talbiyah, yang ertinya, "Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu dan tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan hanyalah bagi-Mu, dan tiada sekutu bagi-Mu."

Jamaah yang mengumandangkannya berderai air mata kekhusyukan dan kebahagiaan sambil mengharap ampunan. Ia sedang menjadi hamba Allah yang utuh kerana sedang memenuhi panggilan-Nya dan menjadi tamu-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda,

"Orang-orang yang sedang menunaikan haji dan orang yang sedang mengerjakan umrah merupakan duta-duta/tamu-tamu Allah. Maka itu, jika mereka memohon kepada-Nya, pastilah dikabulkan, dan jika mereka meminta ampun pastilah diampuni-Nya." (HR Ibnu Majah hadis No 2883).

Sebagai tamu, seorang hamba harus tahu diri terhadap yang dikunjungi. Kita wajib mengikuti semua peraturan Allah yang mengundang kita. Kita harus tahu peraturan sebagai tamu undangan-Nya. Selama dalam perjalanan haji tidak boleh ada kesyirikan, tidak melakukan rafats, fusuq, dan jidal. Sebagai imbalannya, kita diistimewakan sebagai tamu-Nya. Sudah pasti Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim akan mengampuni dosa-dosa kita. Mengabulkan semua doa dan permohonan kita. Berapa pun biaya dan pengorbanan yang kita berikan untuk ibadah haji, tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan keutamaan haji, ampunan, dan anugerah-Nya.

Tetapi anehnya, semalam seseorang mengadu kepada saya, "Saya sudah pencen masuk dua tahun. Saya daftar tabung haji sejak muda lagi, bila dapat duit pampasan kerja saya bayar habis. Tapi, sekarang saya tak dapat pergi lagi kerana menunggu giliran. Tapi, kalau pakai pakej mahal boleh pergi cepat. Kalau ada orang 'tolong', pun boleh pergi cepat."

"Betul ke? Kenapa tak pergi cara tu?" Saya tanya.

"Saya rasa tersiksa tidak sabar nak pergi. Kerana itu saya tidak sampai hati nak memotong orang yang layak pergi dulu, dah macam saya menunggu lama. Kita nak buat ibadat, buat apa menzalimi orang.." Katanya hampa. "Tapi, saya bimbang, bila tiba giliran boleh pergi, tetapi kesihatan saya pula tidak mengizinkan.."

"Sekarang saya sudah mulai sakit-sakit.." katanya. Tidak disedari kelopak matanya sudah digenangi air..

Rasa pilu terus menyelinap dalam diri saya.. Takkan dalam ibadat pun kena rasuah juga?

1 comment: