Friday, October 08, 2010

Sejarah Singkat Kelompok Maluku di Belanda -RNW

Kedatangan warga Maluku di Rotterdam

Sejarah Singkat Kelompok Maluku di Belanda

DENGAN menuntut penahanan presiden SBY saat berkunjung ke Belanda, RMS (Republik Maluku Selatan) berhasil menggagalkan kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia yang sudah lama diharapkan. Apa sebenarnya latar belakang gerakan RMS di Belanda? Dan kenapa mereka berada di Belanda?

Tahun 1950 berakhirlah zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Namun masih ada sejumlah besar warga Belanda, anggota tentara kolonial Belanda, KNIL di Indonesia. Termasuk tentara dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Mantan KNIL asal Indonesia ini, boleh memilih salahsatu dari tiga kemungkinan.

Pertama, ikut bergabung dengan TNI. Kedua, demobilisasi di tempat mereka bertugas. Dan ketiga, demobilisasi kembali ke daerah asal mereka. Untuk orang Jawa, Sumatra, Sulawesi dan daerah-daerah lain di Indonesia tidak ada masalah.

Setelah tanggal 25 April 1950 pemerintah Indonesia mulai menentang pengembalian anggota KNIL asal Maluku yang ingin pulang ke Ambon. Mereka tidak jadi didemobilisasi.

Proklamasi RMS
Pada tanggal itu Republik Maluku Selatan diproklamasikan di Ambon, didukung sejumlah tentara KNIL yang berada di Maluku. Republik Indonesia langsung bertindak melawan gerakan RMS. Masih banyak tentara KNIL asal Maluku yang tetap ingin dipulangkan ke daerah asalnya. Dan, kemungkinan besar mereka akan mendukung perjuangan RMS.

Belanda menghadapi masalah besar. Pemerintah pimpinan Presiden Soekarno tidak mungkin menyetujui pemulangan mantan KNIL ke Maluku apabila mereka mendukung RMS. Dan mereka juga tidak mau didemobilisasi ke daerah lain di Indonesia.

Sementara itu, akhir Juli 1950, KNIL resmi dibubarkan. Karena belum juga ada solusi atas nasib sekitar 4.000 tentara KNIL asal Maluku yang masih menetap di berbagai tangsi militer di Jawa, Belanda terpaksa memutuskan menjadikan mereka anggota tentara Belanda (bukan KNIL).

Untuk Sementara
Akhir tahun 1950 tetap belum ada solusi, orang Maluku hanya mau pulang ke Maluku, dan Belanda tidak bisa memenuhi permintaan tersebut, tanpa persetujuan pihak Indonesia. Situasi ini tidak dapat dipertahankan dan akhirnya Belanda memutuskan mengangkut tentara asal Maluku dan keluarganya, total sekitar 12.000 jiwa, untuk sementara waktu, ke Belanda.

Maksudnya, Belanda ingin terlebih dulu mencari penyelesaian dengan Indonesia. Den Haag mengharapkan orang-orang Maluku ini hanya tinggal beberapa bulan saja di Belanda, setelah itu kembali ke Indonesia. Begitu tiba di Belanda, mantan tentara KNIL ini langsung dipecat dari ketentaraan Belanda.

Sebuah pengalaman yang cukup pahit, setelah bertahun-tahun berbakti pada penguasa kolonial. Mereka tinggal di kamp-kamp di Belanda, kadang di kamp konsentrasi Yahudi zaman Perang Dunia II, terpisah dari masyarakat Belanda.

Walaupun tinggal jauh di Eropa, namun cita-cita mereka untuk kembali ke kampung halaman dan ikut berjuang untuk RMS tidak pernah hilang. Sementara Belanda dan Indonesia tidak berhasil menyelesaikan masalah.

Eksekusi Soumokil
Indonesia berhasil mengalahkan gerakan RMS di Maluku dan menangkap Presiden RMS kedua, Chris Soumokil, tahun 1963. Soumokil dihukum mati, dan dieksekusi tahun 1966. Pendukung RMS di Belanda marah atas eksekusi tersebut.

Mereka merasa dikhianati, padahal mereka selalu setia berbakti kepada Belanda. Selain itu Belanda menjanjikan pemindahan ini hanya untuk sementara, tapi mereka tetap di Belanda. Ditambah lagi pemimpin mereka dibunuh, dan saudara-saudara mereka di Maluku ditindas pemerintah Indonesia.

Karena itu, terjadi radikalisasi di kalangan generasi muda Maluku di Belanda. Mereka ingin berjuang untuk RMS dari Belanda. Mula-mula dengan berbagai aksi kekerasan misalnya mencoba membakar Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag.

Tahun 1970, 20 orang Maluku menyerang kediaman resmi Dutabesar Indonesia di Wassenaar. Itu terjadi beberapa hari sebelum kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Belanda. Seorang polisi ditembak mati dalam aksi tersebut.

Pembajakan KA
Tahun 1970an RMS memperlihatkan aksi yang lebih radikal lagi. Dua kali para pemuda Maluku membajak kereta api, dan juga menyerang gedung konsulat Indonesia di Amsterdam dan menyandera anak-anak kecil di sebuah sekolah dasar di Bovensmilde, Belanda Utara.

Selama beberapa minggu puluhan orang disandera. Aksi keras ini menewaskan sejumlah orang. Namun cita-cita RMS tetap tidak terlaksana. Dukungan untuk RMS oleh masyarakat Maluku di Belanda, yang saat ini jumlahnya lebih dari 40.000 orang, sudah berkurang. Kini, mereka sangat mengkhawatirkan situasi HAM di Maluku.

Khususnya sejak kerusuhan 10 tahun lalu di Maluku, dan peristiwa cakalele pada tahun 2008 ketika sejumlah aktivis mengibarkan bendera RMS di depan Presiden SBY.

Ubah Taktik
Sekarang aksi RMS berubah arah. Mereka tidak lagi menggunakan aksi-aksi kekerasan. Kini mereka menggunakan jalan hukum untuk memperjuangkan cita-citanya. Dan walaupun Pengadilan Negeri Den Haag menolak semua tuntutan pihak RMS, mereka berhasil menggagalkan rencana kunjungan Presiden Indonesia ke Belanda. (Di angkat dari RNW)

Ada kaitan..

No comments:

Post a Comment