Awan Panas Merapi
MAGELANG 18 NOV 10: Kabut cukup tebal selama 24 jam terakhir menutup Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Hampir selama 24 jam terakhir Merapi dari pengamatan di sini tertutup kabut tebal," kata petugas pengamatan Gunung Merapi di Pos Bukit Ketep, Kabupaten Magelang, Yulianto, Kamis (18/11).
Pengamatan secara visual dari pos darurat di Bukit Ketep menunjukkan di antara Gunung Merapi dengan Merbabu tidak terlihat kepulan asap sulvatara, semburan awan panas, dan guguran material.
Tetapi, lanjut Yulianto, hingga kini Gunung Merapi masih berstatus 'awas', level tertinggi atas aktivitas vulkaniknya. ''Kalau terjadi hujan abu, umumnya karena abu vulkanik yang menempel di pohon dan daun beterbangan tertiup angin, sehingga terjadi hujan abu tipis," katanya.
Yulianto mengatakan, petugas pengamatan Merapi dari bukit itu sebanyak empat orang dengan dibantu sejumlah warga Ketep. Pos utama pengamatan Merapi dari sisi barat daya terletak di Desa Babadan, Kecamatan Dukun, sekitar empat kilometer barat puncak Merapi.
Seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jayus, mengatakan, sebagian warga dusun setempat yang berjarak sekitar 6,5 kilometer barat puncak Merapi telah pulang dari beberapa penampungan pengungsi di Muntilan ke kampungnya.
Mereka yang telah pulang ke dusunnya, kata Yulianto, hingga kini masih sibuk membersihkan rumah yang terkena abu vulkanik dampak semburan awan panas intensif Merapi. ''Selain itu, mereka juga mencari pakan sapi di kebunnya seperti ketela dan batang pohon pisang ,'' jelasnya.
Areal pertanian yang umumnya ditanami sayuran di kawasan Kali Lamat itu, katanya, rusak oleh abu vulkanik. Sementara itu di Gunung Kidul, Pengungsi letusan Gunung Merapi melaksanakan Shalat Idul Adha 1431 Hijriyah di posko Rest Area Bunder Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan penuh keterbatasan, (REPUBLIKA/AK)
No comments:
Post a Comment