JAKARTA 11DIS 10: Pengakuan pihak kepolisian bahwa tidak ada penembakan saat Densus 88 menangkap Abu Tholut, dibantah oleh pihak keluarga Abu Tholut. Kepada tim pembela muslim (TPM) yang ditunjuk sebagai penasihat hukum Mustofa (nama lain Abu Tholut), istri Abu Tholut mengaku suaminya itu ditembak sebanyak dua kali oleh Densus 88 Anti Teror.
Koordinator TPM Achmad Michdan, mengutip keterangan istri Abu Tholut, berkisah Kamis malam (9/12/2010) sekitar pukul 20.00 Wib, Abu Tholut tiba di rumahnya di daerah Kudus. Seperti kebanyakan aktivitas manusia pada umumnya, Abu Tholut pun lalu menghabiskan waktu dengan beristirahat sepanjang malam hingga pagi.
Jumat pagi, Tholut pun melaksanakan aktivitas keseharian mayoritas umat umumnya saat mengawali pagi, yaitu mandi. "Waktu itu Abu Tholut sedang mandi di kamar mandi," ujar Michdan, Jumat (10/12/2010). Istri dan mertua Abu Tholut ada di depan rumah.
Dua anggota Densus 88 pun mendekat ke rumah. Namun tak seperti umumnya orang bertamu, Densus tak menyapa dan berkomunikasi dengan mertua dan istri Tholut yanga da di depan. Densus menurut Michdan seakan mengabaikan kedua makhluk tersebut. Laiknya maling, Densus pun tak minta izin kala menyatroni ke dalam rumah, mencari sosok Tholut.
Sekelabat kemudian, dua kali suara tembakan terdengar dari tempat Abu Tholut membasuh diri. "Kemudian Abu Tholut dipapah oleh dua orang Densus tersebut keluar lewat pintu belakang ke luar rumah," tutur Michdan.
Menurut Michdan, informasi yang berhasil didapatnya dari keluarga dan warga sekitar kejadian, saat dipapah, kaki Tholut dalam keadaan terluka. Untuk menelusuri fakta sebenarnya di balik penangkapan terhadap Abu Tholut, Michdan mengaku TPM sudah mengirimkan satu timnya ke lokasi kejadian.
"Kita kirim untuk investigasi yang sebenarnya," katanya. Investigasi, lanjut Michdan, juga dimaksudkan untuk mencari tahu apakah benar Abu Tholut membawa senjata FN beserta magazen dan beberapa peluru kaliber 9 milimeter saat ditangkap, seperti yang disebutkan Polri pada Jumat (10/12).
Sementara itu, DetikNews menganggp penangkapan Abu Tholut tidak akan bisa membendung aksi pelaku teror lainnya. Posisi Abu Tholut dalam organisasi bawah tanah hanya sebagai pemberi ilmu. Ada yang lain yang menggerakkan. "Selama lembaganya ada masih akan regenerasi," kata mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) Farihin di Jakarta, Sabtu (11/12/2010).
Farihin menilai, Abu Tholut atau Mustofa dikenal sebagai ideolog dan ahli dalam pelatihan militer. Tidak heran kalau kemudian dia diangkat menjadi panglima militer. "Ada Abdullah Sunata (sudah ditahan), dan yang muda-muda yang memiliki semangat yang tidak bisa dikontrol," jelas Farihin.
Kekuatan kelompok Abu Tholut dinilai Farihin bukan pada individu, tapi pada kesolidan anggota. Jadi ketika salah satu ditangkap, akan ada yang menggantikan. Saat ini pun dia menengarai, anggota kelompok ini tengah jeda dalam kegiatan aksi. "Untuk senjata mungkin masih disembunyikan dahulu. Kelompok itu sudah solid, dana saja mereka iuran dan bisa menghidupi sendiri, bukan bantuan dari luar," tutupnya.
Abu Tholut ditangkap Densus 88 di di Kudus, Jawa Tengah. Dia pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992. Dia juga aktif di Mindanao, Filipina, dan pernah menjadi pemimpin camp di Filipina pada 1999-2000.
Abu Tholut juga pernah menjadi Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah di Poso (2000-2002), sebelum kemudian diserahkan kepada Nasir Abas, yang kini menjadi pengamat terorisme.
No comments:
Post a Comment