Seorang tokoh kaum Hindu Kampung Keling Medan sedang menyampaikan hadiah cenderahati kepada Ibnu Hasyim (kanan) di majlis Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Medan.
Catatan Perjalanan bersama Dr Mujahid, Medan 4..
'BERAGAMA bukan hanya urusan antara diri kita pribadi dengan Tuhan saja, melainkan juga hubungan antara manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Dan hubungan antar manusia inilah yang paling rawan terjadi konflik, baik itu yang se agama mahupun yang berbeda agama, yang sama agamanya banyak terjadi konflik di dalamnya, apalagi antar umat beragama.'
Begitu, antara bunyinya, Pinandita Ir S Annadore, membentangkan kertaskerjanya bertajuk 'Kewaspadaan Beragama (Wasber), Pengalaman dan Cita-cita Hindu'. Kertaskerja yang disampaikan pada dialog agama 2 Julai baru lalu di Hotel Garuda Plaza Medan atas prakasa Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Medan.
"Sampai kapanpun, Dharma/kebenaran akan tetap menang melawan Adharma/ketidak benaran, namun kisah diawal selalu dharma harus berjuang keras dan bermati-matian, cerita ini masih berlanjut di masa yang akan datang, perjuangan belum berakhir." Antara pandangan beliau lagi, yang mewakili kaum Hindu.
Pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu menurut beliau dibahagi kepada 5 bahagian, yang disebut Panca Sraddha, iaitu:
Satu: Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi). Hanya satu Tuhan, sama sekali tidak ada duanya. Kerana Tuhan terjangkau oleh fikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggil dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Dan seterusnya.
Dua: Percaya adanya Atman. Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, penyebab manusia hidup. Atman dengan badan ibarat pemandu dengan kereta.
Tiga: Percaya adanya Hukum Karma Phala. Keburukan itu sendiri tidak dapat dielakkan dan pasti akan diterima padahnya. Phala atau 'hasil dari perbuatn itu', tidak selalu terus dapat dirasakan atau dinikmati.
Empat: Percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/Samsara). Punarbhawa bererti kelahiran yang berulang-ulang. Disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Dalam kitab Weda disebutkan...
"Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh kerana jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan dan kematian, akan diikuti oleh kelahiran."
Lima: Percaya adanya Moksa. Moksa ialah kebebasan dari keterikatan bend-benda yang bersifat duniawi, dan terlepasnya Atmn dari pengaruh maya, serta bersatu kembali dengan sumbernya, iaitu Brahman (Hyang Widhi). Juga mencpai kebenaran tertinggi, mengalami kesedaran, dan kebahagiaan kekal abadi, yang disebut Sat Cit Ananda. Orang yang telah mencapai Moksa tidak lahir lagi ke dunia, kerana tiada apapun yang mengikatnya. Ia telah bersatu dengan Paramatman.
Itu, 5 perkara pokok-pokok keimanan.
Kesimpulan:
Antaranya, Pinandita Ir S Annadore merumuskan..
"Hidup di dunia ini sebentar, seperti kerdipan petir. Oleh sebab itu manfaatkan dengan sebaik mungkin, untuk selalu berbuat baik, jangan pernah menyakiti sesiapapun. Lakukanlah dharma agama dan dharma bangsa dengan sebaik mungkin.
"Mari kita perbaiki kondisi ini, mulai dari diri kita sendiri, yakni melalui cara bertindak, berbicara dan berpikir yang benar dan jernih.
"Kewaspadaan dan pengendalian diri sangat penting, apa lagi kondisi saat ini tidak menguntungkan. Banyak muncul provokasi serta dorongan-dorongan untuk berbuat tidak baik, bahkn sifatnya mengarah pada upaya memecah-belah. Dengan pengendalian diri dan waspada ini, maka berbagai hal yang bersifat negatif bisa dihindari."
Begitu, kira-kira.. pengalaman dan cita-cita Hindu dalam Kewaspadaan Beragama (Wasber).
Akan bersambung, insya Allah. Wassalam.
Ibnu Hasyim
alamat: ibnuhasyim@gmail.com
KL 16 Ogos 11.
Lihat sebelum ini...
E-Buku IH-41: Kerukunan Umat Beragama
No comments:
Post a Comment