Kampung Arab Surabaya, Sumbangan Kpd Indo..

CATATAN PERJALANAN siri 25

SELAIN gedung-gedung lawas di kawasan kota tua, beberapa rumah tinggal penduduk juga tampil cantik dengan gaya 'jadul'nya. Beberapa rumah di jalan-jalan kecil di kawasan Kampung Arab masih berfasad asli dengan lebar muka 5-6 meter.

Tatanan bukaannya simetris, sebuah pintu di tengah bidang dan dua jendela di setiap sisinya. Keaslian bangunan tampak dari lubang udara di atas pintu dan konsol yang dibuat dari besi bermotif lengkung, atau keriting, beberapa rakan arkitek menyebutnya begitu. Beberapa fasad nampak asli, tapi majoriti telah dirombak habis-habisan.

Jalan kecil di Kampung Arab ini merupakan jalur masuk ke Masjid Sunan Ampel, salah satu tujuan pelancongan religi di Surabaya. Dari Jalan Nyamplungan yang merupakan jalan raya, perjalanan berlanjut dengan berjalan kaki menelusuri gang atau lorong kecil, Jalan Ampel Kembang. Lebarnya tidak lebih dari 3 meter dan membelah permukiman padat penduduk.

Jalan ini berujung pada Jalan Ampel Suci, sebuah lorong beratap seperti pasar. Di dua sisinya terhampar para pedagang yang menawarkan beragam barang. Dari keperluan ibadah seperti baju-baju gamis, tasbih, kupiah, sampai aksesori, parfum, bahkan air zamzam dari Arab.

Ujung lorong Ampel Suci adalah pelataran Masjid Sunan Ampel. Di sana juga terdapat makam Sunan Ampel, salah satu Wali Songo, yang biasa dikunjungi warga peziarah. Makam itu, bersama makam isteri dan beberapa pengikutnya, dibatasi gerbang masuk serupa gapura.

Penjaga di mulut gerbang tidak segan mengingatkan pengunjung perempuan agar mengenakan kerudung atau tudung saat memasuki permakaman. Sedang bertudung lingkup itu adalah pakaian muslimah, wajib dipakai sepanjang masa, bukan waku berziarah di maqam sahaja. Kain disiapkan untuk dipinjamkan kepada pengunjung, tanpa biaya.

Pelataran makam yang ditutup konblok dibagi dua dengan batas pagar besi. Satu untuk peziarah lelaki, satu lagi untuk perempuan. Suasananya sejuk dan hening meski dengungan doa dari puluhan peziarah yang duduk bersila di sekeliling makam membahana. Begitulah... antaranya suasana makmur di Kmpung Arab.

Mengingati kisah silam..

Jauh sebelum masuknya bangsa Belanda, Inggeris dan Portugal ke Indonesia, tahun 1451 komuniti Arab sudah mendiami beberapa tempat di Indonesia, termasuk di Kampung Arab (Arabiche Kamp), kawasan Ampel, Surabaya. Umumnya mereka datang dari Hadramaut, daerah Yaman Selatan sekarang, sebagai pedagang sambil menyebarkan agama Islam.

Di Surabaya mereka mendiami wilayah padat di Kota Bawah, kawasan yang di batasi Kalimas (sebelah barat), Sungai Pegirian (timur), Kembang Jepun (selatan) dan Selat Madura (utara). Di tengahnya, membentang Kompementstraat dari utara ke selatan, yang sekarang menjadi Jl. KH Mas Mansyur.

Kampung Arab merupakan bahagian dari bekas wilayah kekuasaan Raden Sayyid Ali Rahmatullah alias Sunan Ampel, penguasa zaman Majapahit di Ampeldenta yang meninggalkan situs sejarah Makam Sunan Ampel & Masjid Ampel ( di bangun 1870-1872).

Kawasan Kampung Arab lainnya kini telah berubah menjadi kompleks pasar dan pertokoan di daerah Sasak yang padat. Sementara itu sisa rumah dan bangunan kuno masih dijumpai di sepanjang Kompenmentstraat, termasuk pertokoan, hotel masjid, pondok pesantren, bank dan hospital.

Gambar, ramai membeli-belah di sekitar Kampung Arab

Itulah jasa orang Arab Islam kepada pembangunan di Indonesia dan kepada Islam seantero dunia. Di Singapura ada Arab Street, di Pulau Pinang ada Lebuh Aceh, Kuala Lumpur dulunya ada Jalan Masjid India, ada ramai orang-orang Arab yang menjadi aset penting kapada kesinambungan penerusan perjuangan Islam, hasil fadhilat 'hijrah' dari negara asal mereka.

Semuanya membantu kepada ketamadunan manusia seluruhnya tanpa mengira bangsa, negara dan agama. Wallahu 'aklam.

Catatan perjalanan di Surabaya ini akan terus bersambung.. Insya Allah.

Ibnu Hasyim
alamat: ibnuhasyim@gmail.com
Jan 2012
Bali, Ind.

Lihat sebelum ini..
E-Buku IH-47: Medan-Aceh, S'baya, Bali & T/Leste