NAJIB dan Rosmah melihat keindahan dari Istana Apostolic di Castel Gandolfo, sebuah tempat peranginan dekat Tasik Albano, Rom.
LONDON: Gereja Katolik Rom pun memerangi perkawinan homoseksual
oleh negara Inggeris itu. Bahkan melibatkan pelajar., sebagaimana pernah dilaporkan Guardian bulan lepas. Gereja Katolik Roma telah
menulis surat kepada setiap sekolah menengah Katolik yang didanai
pemerintah di England dan Wales, untuk meminta mereka menyokong siswa menandatangani petisyen anti perkawinan sesama jenis.
Catholic
Education Service (CES), lembaga yang bertindak sebagai wakil dari para
uskup Katolik di daerah England dan Wales– menghubungi 385 sekolah agar
memperhatikan sebuah surat yang dibacakan di paroki gereja-gereja
sebelum itu. Dalam surat tersebut, uskup agung dari kedua wilayah menegaskan bahawa
umat Katolik memiliki “kewajiban untuk melakukan apapun yang kita boleh
guna bagi memastikan erti pernikahan yang betul tidak hilang di
kalangan generasi mendatang.”
Para pelajar sekolah menengah, sebagai generasi muda, diminta untuk menolak rencana pemerintah yang akan melegalkan perkawinan sesama jenis. CES juga meminta agar pihak sekolah mengajak para siswanya untuk menyokng kempen yang digalakkan oleh Coalition for Marriage, sebuah kempen di kalangan penganut Kristen yang telah berhasil mengumpulkan lebih dari 466,000 tandatangan penentang legalisasi perkawinan kaum homoseksual.
Pihak pendukung para pecinta sesama jenis tentu berang melihat tindakan CES. British Humanist Association (BHA) menilai tindakan CES melanggar pasal 406 dan 407 dari UU Pendidikan 1996, yang melarang indoktrinasi paham politik kepada murid sekolah dan mewajibkan berbagai pandangan politik disampaikan kepada siswa secara berimbang.
“Tindakan Catholic Education Service ini benar-benar keterlaluan, “ kata Richy Thompson, seorang pegiat kampen BHA. Namun, tudingan BHA itu disanggah oleh CES mellui jurucakapnya, “Kami mengatakan bahawa sekolah mungkin mahu pertimbangkan untuk menggunakan [surat] ini dalam pengajaran di kelas. Kami mengatakan bahawa mungkin ada yang mahu mempertimbangkan untuk meminta para siswa dan orangtua menandatangani petisyen itu.”
Jurucakap CES itu juga menekankan bahwa tidak boleh ada sekolah yang mendiskriminasi anggota komuniti sekolahnya.
“Sekolah-sekolah bercirikan agama dibolehkan untuk mengajar
tentang seks dan hubungan serta hal-hal yang berkait dengannya sesuai
dengan pandangan agama sekolah tersebut. Dan pandangan Katolik tentang
pernikahan bukanlah pandangan politik, itu merupakan pandangan agama,”
tegas jurucakap CES tersebut. (IH)
No comments:
Post a Comment