Friday, July 27, 2012

Ramadhan & Prinsip Hidup

CATATAN SANTAI IBNU HASYIM
KULIAH URA (UNIVERSITI RAMADHAN AL-MUBARAK) 
TAHUN lepas saya mula sambut puasa di luar negara. Al-hamdulillah tahun ini mungkin saya dapat menghabiskan puasa dan bertarawih di Selangor. Saya ingin kalau dapat menyambut puasa di Kelantan. Lain kali, insya Allah.


Sejak awal bertarawih lagi, saya ikuti jadi makmum di sebuah surau di Ulu Klang. Program Ramadhan di situ agak menarik. Sembahyang Tarawih diadakan di situ 8 rakaat, jika ada selingan tazkirah Ramadhan. Jika tidak, dibuat 20 rakaat.  Sepanjang hingga semalam, baru sekali tidak ada tazkirah. 


Lepas solat Isyak pula, sebelum memulakan tarawih ada bacaan tahlil arwah, atas permintaan orang ramai untuk kaum keluarga mereka yang meninggal. Disebut juga nama-nama yang meninggal itu semasa akan bertahlil.


Saya tertarik dengan tazkirah di surau itu sebelum semalam. Pentazkirahnya ustaz dari Terengganu. Antaranya beliau menyebutkan 'Madrasah Ramadhan', yakni dalam sepanjang Ramadhan, kita seolah-olah berada di dalam sebuah madrasah pendidikan, yang membawa kita ke arah mengaut ilmu Islam sepenuhnya. Al-hamdulillah.


Antaranya beliau mengatakan, "... ada tiga komponen yang amat menentukan kejayaan sebuah pendidikan. Iaitu...
  • kemasukan (input),  
  • proses  dan  
  • keluaran  (out-put). 
Jika salah satu unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil melahirkan keluaran yang dapat diharapkan. Kerana itu, bagi seorang Muslim, iman perlu menjadi kemasukan penting agar dapat melahirkan sikap dan keperibadian yang baik." Begitulah kira-kira yang saya faham dari tazkirahnya.


Rupanya bila saya teliti balik, perkara ini sudah tercatat dalam buku “Manhajut Tarbiyah Al-Islamiyyah Nadhariyyah wa Tathbiqanoleh Muhammad Qutub., seorang ulama dari tanah Arab.


Dalam buku itu, Muhammad Qutub menambah, bahawa Iman adalah sumber energi jiwa yang sentiasa memberi kekuatan. Tidak akan habis-habis untuk bergerak, memberi, menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam taman kehidupan.. Atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di permukaan bumi. 


Iman juga merupakan gelora yang mengalirkan inspirasi kepada akal fikiran, kelak melahirkan bashirah (mata hati), yakni sebuah pandangan yang dilandasi oleh kesempurnaan ilmu dan keutuhan keyakinan. Iman juga sebuah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita .. Yang kelak melahirkan taqwa, sikap mental tawadhu (rendah hati), wara’ (membatasi konsumsi dari yang halal), qana’ah (puas terhadap kurnia Allah), yaqin (kepercayaan yang penuh atas kehidupan abadi).


Iman adalah bekal yang menjalar di seluruh bahagian tubuh kita, hingga lahirlah harakah (gerakan); sebuah gerakan yang terpimpin untuk memenangkan kebenaran atas kebatilan, keadilan atas kezaliman, kekuatan jiwa atas kelemahan. Iman mententeramkan perasaan, mempertajam emosi, menguatkan tekat dan menggerakkan raga.

Intinya, iman mengubah individu menjadi baik. Ia mampu mengubah yang kaya menjadi dermawan, dan miskin menjadi ‘iffah (menjaga kehormatan dan harga diri). Ia juga dapat membuat yang berkuasa menjadi adil, dan yang kuat menjadi penyayang, yang pintar menjadi re
ndah hati, dan yang bodoh menjadi pembelajar. Itulah iman.


Hidup Berprinsip..  Bagaimana?

Orang mukmin adalah sosok manusia yang memiliki prinsip hidup yang dipegangnya dengan erat. Ia berkerjasama dengan siapapun dalam kebaikan dan ketakwaan. Jika lingkungan sosialnya mengajak kepada kemungkaran, ia mengambil jalan sendiri. 
  • “Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata: Saya ikut bersama-sama orang, kalau orang-orang berbuat baik, saya juga berbuat baik, dan kalau orang-orang berbuat jahat sayapun berbuat jahat. Akan tetapi teguhkanlah pendirianmu. Apabila orang-orang berbuat kebajikan, hendaklah engkau juga berbuat kebajikan, dan kalau mereka melakukan kejahatan, hendaknya engkau menjauhi perbuatan jahat itu.” (Riwayat at-Turmudzi).

Orang mukmin yang sejati mempunyai harga diri, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang hina. Apabila ia terpaksa melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak layak, perbuatannya itu ia sembunyikan dan tidak dipertontonkan di hadapan orang banyak. Ia masih memiliki rasa malu jika aibnya diketahui, apalagi ditiru  orang ramai.

Seorang mukmin yang baik, ia berani menegakkan kebenaran sekalipun rasanya pahit. Untuk memenuhi perintah Allah, tidak untuk memperoleh maksud duniawi yang rendah dan untuk tujuan jangka pendek dan kenikmatan sesaat. Jika ia membiarkan kebatilan mendominasi kehidupan, maka imannya seolah terjangkiti virus kelemahan. 



Seorang mukmin teguh pendirianya, bagaikan batu karang di tengah lautan. Tegar dari amukan badai dan hempasan gelombang serta pasang surut lautan. Kekuatan jiwa seorang Muslim, terletak pada kuat dan tidaknya keyakinan yang dipeganginya. Jika akidahnya teguh, kuat pula jiwanya. Tetapi jika akidahnya lemah, lemah pula jiwanya. Ia tinggi kerana menghubungkan dirinya kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi.

Orang beriman dalam beramal dan mengabdi hanya mengharapkan ridha Allah semata. Ia merupakan manusia yang menakjubkan. Kerana ia dianggap sebagai inti (jauhar) dari unsur-unsur yang ada di alam semesta. Tidak peduli julukan, stigma atau sebutan negatif oleh pihak lain. Iman akan selalu memberikan ketegaran, keteguhan jiwa kepada pemiliknya, sekalipun berhadapan dengan kezaliman raja, bahkan melawannya.

  •  "sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja.” (QS. Thaha (20) : 72).

Imanlah memberikan ketenangan jiwa Nabi Musa AS. ketika dihadapkan dengan kenyataan pahit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:



  • "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. Musa menjawab, “Sungguh tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah bagaikan gunung yang besar.” (QS. 26 : 61-63).

Iman jualah yang menjadikan Nabiyullah Muhammad Saw tertidur dengan pulas di saat bersembunyi di sebuah gua, dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Padahal waktu itu nyawanya sedang terancam.

  • “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS.at Taubah [9]: 40).

Kerananya, kedudukan, kekayaan, kepandaian yang tidak ditemani oleh iman. Ia hanya akan membuat pemburunya kecewa. Seolah disangka air dapat membasahi rengkong yang kering sebab haus. Padahal setelah dekat, rupanya hanya fatamorgana.
 
  • “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya .” (QS. An-Nuur [24]: 39).
Itulah antara tazkirah dari Kuliah Universiti Ramadhan A-Mubarak (URA) yang hampir sama matlamatnya dengan 'Madrasah Ramadhan' seperti yang disebutkan di atas. Kali ini kita tekankan, bagaimana perlunya hidup berprinsip, bukan macam kerajaan Malaysia yang tidak jelas prinsip Islamnya..


Wallahu ta'ala a'lam.......


Catatan Santai Ibnu Hasyim
alamat: ibnuhasyim@gmail.com
 
26 Julai  2012
 KL

Catatan Santai sebelum ini..

 Juga tela'ah..
E-Buku IH-58: 'Universiti Ramadzan' Al-Mubarak.

E-Buku IH-58: 'Universiti Ramadzan' Al-Mubarak. 

No comments:

Post a Comment