Di BAHAGIAN akhir dari video
Ayyam Ma'al Imam 3,
syaikh Aiman Azh-Zhawahiri mengisahkan detik-detik kritis saat
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari
kejaran pasukan salibis AS-NATO. Tidak lupa syaikh Aiman mengisahkan
putra, putri dan menantu Syaikh Usamah yang gugur di jalan Allah.
Sudah tentu beliau juga mengisahkan istri-istri, anak-anak dan
cucu-cucu syaikh Usamah yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Dinas
Intelijen Iran dan Dinas Intelijen Pakistan, semata-mata karena mereka
adalah keluarga dari syaikh Usamah bin Ladin, orang yang mengumumkan
jihad fi sabilillah melawan aliansi salibis AS-NATO.
Naik turun gunung, jalan kaki sampai lecet-lecet dan kehujanan
Saya masih ingat dalam salah satu perjalanan semasa invasi salibis
Amerika terhadap Afghanistan, kami harus berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lainnya. Kami menghabiskan perjalanan satu hari satu
malam penuh dengan berjalan kaki dalam perjalanan berpindah-pindah
tersebut. Perjalanan itu dimulai di awal malam. Pada fase awal
perjalanan tersebut, kami harus mendaki gunung yang tinggi.
Penunjuk jalan berkata kepada kami, "Kalian harus berusaha keras
untuk sampai di puncak gunung ini sebelum waktu subuh atau bersamaan
dengan waktu subuh, agar tidak ada seorang pun yang melihat kita selama
pendakian gunung ini. Bisa jadi di sana-sini ada orang-orang munafik.
Boleh jadi di sana-sini ada gembel-gembel yang menjadi mata-mata. Bisa
juga ada orang-orang di sana-sini. Kita tidak ingin ada seorang pun
melihat kita."
Mendaki gunung ini bagi kami merupakan sebuah kesulitan yang besar,
namun Allah Ta'ala telah memudahkannya bagi kami. Kami pun melanjutkan
perjalanan. Seperti biasanya, syaikh Usamah bin Ladin ---Allahu a'lam,
Allah menambahkan ujian bagi beliau untuk meninggikan derajat beliau---
dalam perjalanan ini mengalami kesulitan karena tidak mendapatkan sepatu
yang sesuai dengan ukuran kaki beliau.
Orang yang mengerti perjalanan kaki dan menerti perjalanan kaki di
gunung-gunung tentu akan mengetahui problem sepatu. Jika sepatu yang
Anda pakai tidak sesuai dengan ukuran kaki Anda. ---Saat itu kami
memakai sepatu plastik yang harganya murah, buatan penduduk lokal
Afghan---. Jika sepatu yang Anda kenakan lebih sempit dari ukuran kaki
Anda atau lebih lebar dari ukuran kaki Anda, maka bergembiralah dengan
kesulitan, karena setelah beberapa jam kemudian kaki Anda akan
lecet-lecet, banyak luka, dan setiap langkah kaki Anda akan menjadi
penderitaan dan siksaan tersendiri.
Syaikh Usamah dalam perjalanan ini merasakan ujian yang besar ini.
Beliau tidak mendapatkan ukuran sepatu yang sesuai dengan ukuran kaki
beliau. Beliau mencoba sepatu yang ini, lalu mencoba sepatu yang itu,
tapi tidak ada satu pun sepatu yang ukurannya sesuai dengan ukuran
telapak kaki beliau. Terpaksa syaikh Usamah terus berjalan dan berjalan
dengan sepatu yang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran kaki beliau
tersebut.
Sampai akhirnya kami tiba di suatu tempat. Penunjuk jalan berkata
kepada kami, "Kita harus segera menyelesaikan perjalanan fase ini dengan
cepat, jadi kalian harus mempercepat langkah kaki kalian
secepat-cepatnya."
Kami katakan, "Ya, baiklah."
Kami pun berjalan cepat dan terus berjalan cepat. Kami mempercepat
perjalanan kaki kami. Setelah fase perjalanan itu selesai, syaikh Usamah
bin Ladin ---waktu itu antara Zhuhur dan Ashar--- berkata kepada
penunjuk jalan,"Wah, kita harus beristirahat sejenak."
Penunjuk jalan berkata, "Tidak, kita tidak akan beristirahat
sekarang. Tempat ini tidak bagus dan tidak aman, kita harus melanjutkan
perjalanan. Tidak ada waktu untuk istirahat, kita harus melanjutkan
perjalanan."
Syaikh Usamah bin Ladin menurut saja dan lantas kami melanjutkan
perjalanan. Kami terus saja berjalan, kami terus saja berjalan, dan kami
masih juga berjalan sampai waktu Maghrib. Saat tiba waktu shalat
Maghrib, kami sampai di sebuah puncak bukit. Maka kami hendak
beristirahat di sana. Syaikh Usamah berkata kepada penunjuk jalan, "Kita
di sini saja menghabiskan waktu malam."
Tapi penunjuk jalan berkata, "Tidak, kita tidak akan menghabiskan
waktu malam di sini. Tempat yang kita tuju berada di sana, setelah dua
jam atau sekitar dua jam perjalanan kaki lagi. Maka kita akan sampai,
dan di sanalah kalian bisa beristirahat, makan dan minum. Namun kita
tidak akan berhenti di sini."
Syaikh Usamah bin Ladin berkata, "Tidak mungkin, kita akan berhenti di sini. Aku sudah tidak bisa berjalan lagi."
Penunjuk jalan memegang tangan syaikh Usamah dan berkata, "Ya, sudah."
Lalu penunjuk jalan berkata lagi kepada syaikh Usamah, "Tapi tempat
ini terhampar dan terbuka, tidak ada tempat bagi kita untuk berteduh."
Syaikh Usamah menjawab, "Meskipun begitu, kita akan melewati waktu malam di sini."
Penunjuk jalan berkata, "Baik, tapi awan di langit itu member tanda akan turun hujan."
Syaikh Usamah menjawab, "Meskipun begitu, kita akan melewati waktu
malam di sini. Insya Allah, kita akan beristirahat di sini. Insya Allah,
besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan kaki."
Penunjuk jalan pun menyerah kepada keinginan syaikh Usamah. Baru saja
kami membaringkan badan kami di atas tanah, tiba-tiba langit membuka
"mulutnya" dan memuntahkan hujan yang sangat deras kepada kami, hujan
yang sangat lebat dan banyak. Curahan air dari langit menghujani kami.
Hujan turun deras mengenai kami sekitar dua jam atau tiga terus-menerus
tanpa henti, kemudian berhenti sebentar, lalu turun lagi hujan deras,
kemudian berhenti sebentar, namun kemudian turun lagi hujan deras. Tidak
ada barang apapun yang ada pada kami, melainkan telah basah dan
kemasukan air hujan.
Apa yang bisa kami lakukan? Saya waktu itu memegang tongkat dan
memakai syal. Maka saya letakkan syal saya pada tongkat saya, begini
ini, agar aku bisa berteduh dari guyuran hujan. Tapi dua ikhwah yang
bersama kami kemudian ikut-ikut masuk di bawah "tenda" saya itu, jadi
kami bertiga berteduh di bawah sebuah syal dan tongkat. Tentu saja hal
itu tidak bisa melindungi kami dari curahan hujan deras. Jadi itu
namanya "tenda" belaka, kami membayangkan berteduh dari air hujan.
Curahan air hujan terus-menerus menimpa kami, sementara kilat dan
guntur menggelegar keras sekali, menghantam puncak-puncak gunung seperti
bom-bom. Wah, suasananya saat itu mengerikan. Yang penting, pagi pun tiba. Kami pun kembali bergerak dan akhirnya
kami sampai di tempat yang kami tuju. Kami mendapati pemilik tempat itu
justru riang gembira.
Katanya, "
Alhamdu lillah, kami telah bercocok tanam dan hampir saja tanaman kami mati kekeringan. Namun kemarin,
alhamdu lillah, Allah mengirimkan kepada kami hujan yang sangat deras dan menyirami tanaman kami."
Saya tak bisa lagi menahan tawa. Kata saya, "
Subhanallah, memang benar, musibah bagi sebuah kaum itu kadang menjadi manfaat bagi kaum yang lain."
Suka duka keluarga Syaikh Usamah di medan jihad
Dalam beberapa menit yang terbatas ini, yang masih diberikan oleh
produsen (studio As-Sahab, pent) kepada kami, saya akan menceritakan
tentang kesulitan keluarga syaikh Usamah. Kesulitan syaikh Usamah di
jalan Allah tidaklah terbatas pada sosok pribadi beliau saja, namun juga
menimpa keluarga beliau yang bersabar, melakukan ribath dan berjihad di
jalan Allah ta'ala.
Kita memohon kepada Allah Ta'ala semoga membalas
keluarga beliau dengan sebaik-baik balasan, menjadikan mereka sebagai
sebaik-baik penerus bagi sebaik-baik pendahulu (syaikh Usamah, pent)
insya Allah dan menjadikan mereka senantiasa menghidupkan kenangan al-imam al-mujaddid (syaikh Usamah, pent) ini
insya Allah.
Syaikh Usamah bin Ladin juga mendapat ujian dengan gugurnya sebagian
anak beliau di jalan Allah. Di antara anak-anak syaikh Usamah bin Ladin
yang gugur di jalan Allah adalah putra kita, Sa'ad bin Usamah bin Ladin,
semoga Allah merahmatinya. Putra kita, Sa'ad bin Usamah bin Ladin
ditawan oleh Dinas Intelijen Iran.
Kisah Dinas Intelijen Iran dan
kejahatan mereka terhadap para muhajirin yang datang dari Afghanistan,
di mana mereka menangkap muhijirin, memenjarakan mereka dan menyiksa
mereka secara keji barangkali akan kita ceritakan (pada kesempatan lain,
pent). Ini adalah sebuah kisah yang membongkar banyak fakta yang harus
diketahui oleh umat Islam.
Intinya, Sa'ad bin Usamah bin Ladin ditangkap oleh Dinas Intelijen
Iran dan dipenjarakan selama beberapa tahun, bukan karena ia melakukan
tindakan kriminal, melainkan karena ia dan keluarganya lari dari
Pakistan ke Iran agar tidak ditangkap (oleh rezim boneka Pakistan sekutu
aliansi salibis AS-NATO, pent). Dinas Intelijen Iran menangkap Sa'ad
bin Usamah bin Ladin dan keluarganya, lalu menjebloskan mereka ke
penjara.
Sa'ad bin Usamah bin Ladin akhirnya berhasil kabur dari penjara
Dinas Intelijen Iran, datang kembali ke Khurasan (Afghanistan) dan
menceritakan banyak fakta keji tersebut. Di bumi Khurasan, Allah Ta'ala
karuniakan mati syahid di jalan Allah kepada Sa'ad bin Usamah bin Ladin,
saat ia berjihad melawan pasukan salibis Amerika. Syaikh Usamah bin
Ladin mengharapkan pahala di sisi Allah atas kesyahidan putranya, Sa'ad
bin Usamah bin Ladin, di jalan Allah.
Tentu saja putra beliau, Khalid bin Usamah bin Ladin, ikut mati
syahid bersama syaikh Usamah bin Ladin dalam perang di Abotabad
(Pakistan), semoga Allah merahmati mereka semua. Demikian pula putri syaikh Usamah bin Ladin, Khadijah binti Usamah
bin Ladin meninggal ---semoga Allah merahmatinya--- disebabkan tidak
mendapatkan perawatan medis saat ia melahirkan bayinya, sehingga ia
mengalami pendarahan yang hebat dan meninggal dunia.
Di tempatnya saat
itu, pelayanan kesehatan sangat buruk. Ia meninggal karena tidak
mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai. Kita berdoa kepada Allah
semoga memasukkannya dalam golongan para syuhada'. Suami dari Khadijah binti Usamah bin Ladin juga gugur sebagai syahid
di jalan Allah dalam pertempuran melawan pasukan salibis Amerika.
Suami dari Fatimah binti Usamah bin Ladin juga gugur sebagai syahid di jalan Allah. Cucu-cucu syaikh Usamah bin Ladin yang merupakan anak-anak dari putri
beliau, Khadijah binti Usamah bin Ladin, tutut menyertai syaikh Usamah
saat beliau gugur di Abotabad.
Tentu saja, kami juga menyebutkan bahwa semua istri, anak dan cucu
syaikh Usamah bin Ladin ditangkap dan dipenjarakan selama setahun penuh
oleh Dinas Intelijen Pakistan sang pengkhianat, atas perintah Pemerintah
Amerika yang mengklaim kebebasan, HAM (Hak Asasi Manusia), konvensi Jenewa dan
kebohongan-kebohongan lainnya yang dipasarkannya kepada orang-orang yang
tertipu.
Dinas Intelijen Pakistan memenjarakan istri-istri, anak-anak
dan cucu-cucu syaikh Usamah bin Ladin selama satu tahun penuh, tanpa ada
tuduhan, tanpa ada pengadilan dan tanpa ada tindakan kriminal sama
sekali. Semata-mata karena mereka adalah (istri-istri, pent) anak-anak
(dan cucu-cucu, pent) syaikh Usamah bin Ladin, orang yang mengumumkan
jihad melawan Amerika.
Saya cukupkan sampai di sini. Akhir dari pembicaraan kami adalah
segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam, shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan kepada nabi kita, Muhammad, keluarganya dan seluruh
sahabatnya.
Yayasan Media As-Sahab dan Yayasan Media Al-Fajr Dzulqa'dah 1433 H / September 2012 M
(muhib al-majdi/
arrahmah.com)
Lihat sebelum ini..
E-Buku IH-37: Osama Bin Laden