Wednesday, September 04, 2013

Wanita Sweden Kempen Pakai Jilbab.


Bentuk solidaritas, wanita di Swedia mengenakan jilbab  
Bentuk solidaritas, wanita di Swedia mengenakan jilbab (Facebook)

WANITA di Sweden yang kerap diserang kerana memakai tudung atau jilbab mengimumkan  suatu bentuk solidariti kempen memakai tudung.

"Kami ingin wanita pakai tudung pada hari Isnin. Terutama kerana kami ingin menormalkan penggunaan jilbab. Manusia dengan jilbab dan Muslim, terkadang dianggap alien. Aksi ini juga kesempatan bagus untuk merasakan apa yang dialami wanita Muslimmah," kata Bilan Osman, salah satu inisiator, kepada Goteborg Daily, Ogos lalu.

Aksi solidariti ini dipicu oleh penyerangan terhadap seorang wanita Muslimah yang tengah hamil di Farsta, pinggiran kota Stockholm, Jumaat minggu-minggu lalu. Menurut saksi mata, jilbab korban ditarik hingga terlepas sebelum dipukul dan kepalanya dihentak ke kereta hingga pingsan.

"Dia mengenakan jilbab, dan mengira keyakinannya adalah alasan penyerangan itu terjadi," kata Klas Jensgard, polis distrik selatan Stockholm kepada kantor berita TT.

Populasi umat Islam berjumlah 450,000-500,000 orang dari sembilan juta rakyat Sweden. Semenjak berita itu tersebar ramai wanita Muslimah yang mengaku juga menjadi korban penyerangan anti-Islam di negara itu. Insiden ini langsung menuai kecaman di media sosial. Wanita di Sweden, baik yang Muslim, non-Muslim, non-agamis, megumumkan aksi memakai jilbab sebagai bentuk solidariti mereka.

Sebuah organisasi aktivis di negara itu terus menyuarakan aksi ini di Facebook dan twitter dengan tanda pagar "hijabuppropet" atau "teriakan hijab". Di fanpage, puluhan wanita mempamerkan foto-foto mereka mengenakan jilbab. Lucunya, tidak hanya wanita, lelaki juga berfoto dengan jilbab, demi solidariti.

Menurut BBC, di antara yang turut serta memakai jilbab adalah anggota parlemen Asa Romson dan Veronica Palm, serta pembaca berita di TV Gina Dirawi. Di akhbar Aftonbladet, kelompok ini mendesak Menteri Kehakiman Beatrice Ask untuk menjamin keamanan dan kebebasan beragama umat Muslim. 

"Kami kira sudah cukup alasan -di negara yang jumlah kejahatan dilandasi kebencian terhadap Muslim meningkat, dan wanita Muslimah perlu mengikat jilbab mereka erat-erat agar tidak dapat ditarik- bagi perdana menteri dan ahli politik lainnya melakukan aksi menghentikan tindakan fasis ini," tulis mereka. (IH/umi)

No comments:

Post a Comment