Friday, November 15, 2013

Seni Muslim Hui, Budaya Internasional, Ningxia, China.



Ningxia Aktif Lindungi Warisan Budaya Nonbendawi 


HALAMAN HIBURAN 

Yuk! Saksikan Pagelaran Seni Muslim Hui China (Mengisahkan tentang sejarah masuknya Islam ke China)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerjasama dengan Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Indonesia-China (LIC) dan Perhimpunan Indonesia untuk Keagamaan dan Kebudayaan  menggelar pagelaran seni budaya internasional dari Provinsi Ningxia, China.

Pagelaran yang bertajuk "China's Full-Length Dance Drama of the Hui Etnic Minority (The Moon Over Helan Mountain) ini akan dipersembahkan oleh para seniman dari suku minoritas Hui.

Ketua Umum LIC, Sudrajat mengatakan pagelaran ini dalam rangka mempererat hubungan pesahabatan antara Indonesia dan China, khususnya hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Muslim Indonesia dan Muslim China.

"Suku minoritas Hui mayoritas beragama Islam, sehingga tarian dan drama yang akan dipersembahkan menceritakan asal usul kedatangan Islam di daratan Ningxia," kata Sudrajat di kantor LIC, Victoria Room Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (14/11/2013) sore.

Menurut Sudrajat, populasi kaum muslimin di China mengalami peningkatan. Jumlah kaum muslimin di China diperkirakan berjumlah 30 juta jiwa.

"Nah sebagian besar mereka berada di Provinsi Ningxia," jelas Sudrajat yang juga mantan Dubes Indonesia untuk China ini.

KH Amidhan Saberah, Ketua MUI Pusat mengatakan kerjasama ini akan terus berlanjut.

"Nanti pada gilirannya kami akan berkunjung ke China guna menampilkan seni Islam asal Indonesia," kata Kiai Amidhan.

Rombongan Muslim China yang akan melakukan pagelaran ini berjumlah 60 orang dan dilengkapi peralatan pentas yang lengkap. Pagelaran ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut bayaran. Acara ini akan digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 21 Nopember 2013. Pagelaran seni ini digelar sore pukul 15.00-17.00 untuk pelajar dan mahasiswa dan pukul 19.00-21.00 untuk tokoh dan masyarakat umum. Undangan dapat diperoleh di Kantor LIC. (IH/Hidayah)

Komen Weblog Ibnu Hasyim:

Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia di bagian barat laut Tiongkok adalah salah satu dari lima daerah otonom etnis minoritas Tiongkok. Walaupun ekonomi Ningxia cukup terbelakang jika dibandingkan dengan propinsi-propinsi di pantai timur, namun daerah ini kaya akan kebudayaan tradisional. Baru-baru ini, Ningxia mengumumkan daftar warisan budaya non-material kelompok pertama dari daerahnya. Berikut kami sampaikan laporan selengkapnya.

Yang Anda dengar sekarang adalah penggalan lagu rakyat Bunga yang sangat populer di Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia.

Ningxia terletak di daerah aliran Sungai Kuning, tempat kelahiran kebudayaan Tiongkok. Mayoritas daerah ini dipadati oleh rakyat etnis Hui yang menganut agama Islam. Pada abad ke-11, daerah ini dikuasai oleh Kerajaan Xia Barat, yang untuk sementara waktu menyatukan daerah bagian barat laut Tiongkok. Kini di Ningxia terdapat peninggalan kebudayaan Xia Barat. Di sana juga terdapat kebudayaan etnis Hui yang unik, misalnya lagu rakyat Bunga, adat istiadat etnis Hui serta alat musik, pakaian tradisional etnis Hui dan seni guntingan kertas.

Banyak di antaranya telah tercantum dalam daftar warisan budaya non-material Ningxia. Direktur Pusat Perlindungan Warisan Budaya Nonbendawi Ningxia, Qin Zongwei memperkenalkan kepada wartawan tentang standar pemilihan warisan budaya non-bendawi. Ia mengatakan:

"Warisan budaya nonbendawi itu memiliki sebuah kesinambungan sejarah. Kedua, warisan ini harus berpengaruh pada kehidupan dan kelangsungan hidup rakyat. Ketiga, warisan itu harus pula 'hidup', yakni masih tersebar di kalangan rakyat. Itulah syarat utama yang kami terapkan ketika memilih warisan budaya yang akan dicantumkan dalam daftar. Etnis Hui adalah etnis utama di Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, maka kami juga terutama melakukan survei dan mendaftarkan warisan budaya di seputar rakyat etnis Hui."
Qin Zongwei mengatakan, warisan budaya nonmaterial di Ningxia terbagi dalam 7 kategori yang mengandung 100 jenis. Pewarisnya hampir mencapai 150,000 orang. Daftar Warisan Budaya Nonbendawi kelompok pertama mencantumkan 31 warisan. Di antaranya, Kabupaten Delong di bagian selatan Ningxia menempati urutan pertama dengan 8 warisan, antara lain, lukisan rakyat, guntingan kertas, sulaman, ukiran batu, patung tanah, dan adat istiadat upacara ritual.

Sarjana Muda Pusat Kebudayaan Kabupaten Delong, Nyonya Wang Lianxi mengatakan, untuk melindungi dan melestarikan seni rupa rakyat tradisional setempat, pihaknya khusus menggulirkan program pembangunan "kabupaten kesenian", program "kabupaten sulam", program "kabupaten guntingan kertas" dan program "kabupaten patung tanah." Program-program ini menarik banyak seniman rakyat untuk ambil bagian dalamnya. Ia mengatakan:

"Selain menunjang para seniman, kami juga merekomendasikan karya-karya mereka kepada dunia luar. Sementara itu kami berusaha pula memupuk barisan seniman muda untuk mendorong perkembangan industri ketiga."

Silat tradisional Ningxia "Hejiagun" atau "Tongkat Marga He" juga tercantum dalam Daftar Warisan Budaya Nonbendawi kelompok pertama. Hejiagun sudah bersejarah 180 tahun lebih, dan telah diwariskan ke lima generasi. Pewaris Silat Hejiagun, He Jian'gong menyatakan harapannya untuk menyemarakkan silat itu dengan tunjangan dan dukungan pemerintah. Ia mengatakan:

 "Kalau kami gagal mewariskan kebudayaan tradisional secara turun-temurun, maka kami akan malu hati kepada nenek moyang maupun generasi kemudian. Akan tetapi, untuk mewariskan kebudayaan, tidak cukup hanya mengandalkan pewaris. Kami juga harus memasyarakatkannya. Idealnya ialah memasyarakatkan silat Hejiagun ke sekolah, agar setiap murid dan siswa menggemarinya."


Untuk dengan efektif melindungi warisan budaya non fisik yang berharga, jauh pada tahun 1990-an, Ningxia sudah menyusun peraturan daerah tentang kesenian rakyat. Pada tahun 2005, Ningxia khusus mendirikan Pusat Perlindungan Warisan Budaya Non-bendawi. Tahun 2006 Ningxia memberlakukan Peraturan Perlindungan Warisan Budaya Nonbendawi. Direktur Pusat Perlindungan Warisan Budaya Nonbendawi Ningxia, Qin Zongwei mengatakan:

"Konsep kami untuk melindungi warisan budaya non-bendawi adalah sebagai berikut.
Pertama, menunjang kondisi pelestarian kesenian rakyat.
Kedua, melakukan pendidikan dan penerangan tentang warisan budaya. Ini dicapai antara lain dengan mengadakan mata kuliah budaya tradisional dan kelompok hobi budaya yang diikuti oleh siswa. Untuk itu, sekolah akan mengundang perajin dan seniman rakyat untuk masuk ke sekolah-sekolah dalam rangka mewariskan budaya non-bendawi kepada para siswa.
Ketiga, semua lembaga kebudayaan di daerah ini menerjunkan diri dalam kegiatan melindungi warisan budaya non-bendawi."
Menurut keterangan Qin Zongwei, badan kebudayaan Ningxia berencana menyelesaikan survei tentang warisan budaya non-bendawi di seluruh daerah Ningxia sebelum tahun depan. Dengan dasar hasil survei, badan kebudayaan Ningxia akan mendirikan bank data dan arsip, serta menerbitkan buku Catatan Survei Warisan Budaya Nonbendawi Ningxia.

Sementara itu, mereka akan secara bertahap mendirikan cagar kebudayaan, membina mekanisme pendaftaran warisan budaya, pemeriksaan dan penamaan kabupaten kesenian dan kebudayaan rakyat. Sampai tahun 2020, semua warisan budaya nonbendawi yang paling berharga di Ningxia akan tercantum dalam lingkup perlindungan yang menyeluruh dan efektif.

Akhirnya, renunglah firman Allah Swt..
  • Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuanNya. (Surah al-Hujurat: 13).

Lihat dalam ayat ini, Allah memanggil “Wahai manusia!”. Panggilan yang sangat adil merangkumi setiap bangsa dan puak. Bukan panggil perkauman atau fanatik keturunan. Kata Sayyid Qutb dalam menafisrkan ayat ini:
  • “Penciptaan manusia berbagai bangsa dan suku puak bukan untuk berperang dan bergaduh, tetapi untuk berkenalan dan bermuwafakat. Perbezaan bahasa, warna kulit, tabiat, perangai, kelebihan dan kemampuan adalah kepelbagaian yang bukan bertujuan untuk perbalahan dan perkelahian. Sebaliknya, untuk bantu membantu dalam menunai tanggungjawab dan keperluan. Tiada bagi warna kulit, jenis bangsa, bahasa, negara segalanya itu nilai dalam timbangan Allah. Sebaliknya, di sana hanya satu timbangan yang menentukan nilai dan kelebihan manusia, iaitu “Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”.  (Fi Zilal al-Quran 6/3348. Cairo: Dar al-Syuruq). 
Al-hamdulillah.

No comments:

Post a Comment