Kabupaten Sumedang di Provinsi Jawa Barat
Singkap Sudut Gelap Kampung Pelacuran Subang, Di Negara Umat Islam Terbesar Di Dunia.. (siri 4)
Sambungan dari..
Siri 1: Singkap Sudut Gelap Kampung 'aroma lendir' Di Suba...
Siri 2: Kampung Pelacur: Ayah Tahu, Pemuka Agama Tak Perna.. ,
Siri 3: Kahwin Murah, Isteri Ke2, Gadis Atau Janda?
KENYATAAN Y, pelacur berumur 16 tahun di Desa Saradan memang berat. Belum genap 17 tahun namun sudah menanggung hidup keluarganya.
Tak punya kemahiran khusus, terjun ke dunia perniagaan syahwat ambil jalan pintas. Sekarang dia merasa bersyukur kedua ibu bapa dan keluarga yang dihidupi secara layak, meski terpaksa menjual diri. Seraya sambil bercakap centil, Y mengaku sudah setahun terakhir ini menjalani pekerjaan sebagai seorang pelacur.
Hasil dari melacur tak tanggung-tanggung, baru tujuh bulan sebuah rumah dibina dengan hasil jerih payahnya. Dia merasa pekerjaannya tak mengganggu sesiapa.
"Alhamdulillah, neng boleh bikin rumah," katanya ketika berbincang
dengan merdeka.com di Cafe, Desa Saraden, Kabupaten Subang, Jawa Barat,
Khamis malam, minggu kelmarin.
Rumah kampung Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Memang sebahagian besar warga di Desa Saradan bekerja sebagai petani. Beberapa dari warganya ada juga yang tak mempunyai sawah garapan. Ada juga yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Berdalih itu, ayah dan ibu Y hanya berdiam diri di rumah. Kedua ibu bapanya memang tak bekerja. Mereka malahan menaruh beban hidup kepada Y.
"Bapak merokok dua bungkus sehari, ibu juga dua bungkus," katanya bercerita.
Y sempat menunjukkan gambar wanita cantik di telefon selularnya. Dia hidup sebagai anak bongsu, dua kakaknya lebih dulu terjun sebagai pelacur di Jakarta. Kakak pertamanya bekerja sebagai pemuas lelaki hidung belang di kawasan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
"Kakak katanya di daerah Gajah Mada," ujarnya lirihnya.
Kakak keduanya diperistri warga asing dan sudah tiga tahun tak pernah kembali ke tanah air. Pekerjaan kakak keduanya itu hampir sama dengan saudarinya di ibu kota.
"Kalau kakak yang kedua jauh, jarang-jarang teleponan, lebaran saja enggak pernah pulang," katanya sambil menenggak segelas bir.
Kini hanya Y bersama adiknya berusia 10 bulan tinggal dengan ibu bapanya di kampung. Mau tak mau, dia perlu memainkan otak untuk membiayai kehidupan kedua ibu bapanya. Kedua kakaknya jarang menghantar wang buat keluarga.
"Kalau lain mah jarang kirim-kirim," katanya.
Dari pengakuan Y, tiga anggota keluarganya terjun ke dunia pelacuran. Y sendiri tak pernah menyesal dengan pekerjaan dilakoni sekarang. Namun di balik itu Y juga ingin mempunyai hidup normal sebagaimana usia seumurannya.
"Pengenlah punya keluarga normal," katanya lirih.
(Diangkat dari Merdeka.com id. yang di 'Bahasa Malaysia'kan)
Bersambung..
Anak hanya dilahirkan utk jadi pelacur.
ReplyDelete