Sunday, November 28, 2021

Berkunjung Ke Pesantren Hidayatullah Di Bumi Sebatik.


Pesantren Hidayatullah Sebatik.
Sejumlah anak-anak binaan Ponpes Hidayatullah Pulau Sebatik/ FOTO: Ainuddin Chalik
CATATAN PERJALANAN
 
SATU pulau dua negara, itulah sebutan Sebatik. Sebuah kecamatan yang terletak di seberang Nunukan itu memang memiliki daya tarik yang unik. Dikatakan demikian karena Sebatik memiliki banyak sisi yang boleh jadi tidak ada di tempat lain.

Di pulau yang memerlukan 20 menit waktu penyeberangan dari Pelabuhan Sei Jepun Nunukan ini kita akan menyaksikan hamparan laut yang indah, kebun sawit yang membentang hampir di setiap mata mengarahkan pandangan, serta persawahan yang hijau, begitu indah memukau penglihatan.

Ditemani Karnafi, Kepala Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Nunukan, perjalanan kami harus melewati tarian ombak, terutama ketika hampir tiba di Pos Dermaga Binalawan Sebatik Barat.

Kapal yang kami tumpangi dengan daya tampung sekitar 20 orang dan 8 motor beberapa kali bergoyang cukup serius.  Tetapi itu semua sedikit terobati, ketika  Sang Motoris (sebutan untuk pengemudi kapal motor di Sebatik) masih terlihat tenang dan mengurai senyum.

Sesampainya di Binalawan Sebatik Barat, perjalanan dilanjutkan dengan kendaraan bermotor, tepatnya Supra  untuk menuju pulau di perbatasan dengan jalanan yang rusak.
 
.. telah mulai penuh di tepian Sungai Pancang, sungai kecil di belakang rumah-rumah kampung di patok perbatasan Desa Ajikuning, Kecamatan Sebatik Tengah, ...

Semangat Ibadah Masyarakat

Mengingat waktu yang sudah mendekati pelaksanaan shalat Jumat, harus ditunda dan singgah di sebuah Masjid di Sebatik Selatan.

Alhamdulillah, mencari masjid di Sebatik rupanya tidak terlalu sulit.  perjalanan yang lebih satu jam itu, masjid sangat mudah ditemukan. Dalam perjalanan satu jam menuju sebatik, masjid sangat mudah ditemui.

Menariknya, selama Ramadhan, seluruh Sebatik berhias  sehingga menjelang shalat tarawih tiba, pemandangan di tapal batas  Indonesia-Malaysia di Aji Kuning, jalanan dihiasi penerangan memadai ini terlihat cukup banyak warga yang berangkat ke masjid dengan menggunakan mukena. Mereka berkelompok-kelompok menuju masjid dengan berjalan kaki.

Pesantren

Perjalanan kemudian sekalipun tujuanku bersama Karnafi ke Sebatik untuk menilik dakwah di Pesantren Hidayatullah. Dalam perjalanan saya juga menjumpai pesantren yang lain, yakni Pesantren Mutiara Bangsa yang berlokasi di Jalan Mutiara Bangsa Sebatik.

Pesantren Hidayatullah Sebatik sendiri berada di Jalan Poros Aji Kuning – Bambangan RT 03 Dusun Abadi Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat, Nunukan Kalimantan Utara.
Pesantren yang dinahkodai Ustad Sudirman ini sudah berjalan dengan baik dan diterima masyarakat.
 
“Kalau tarawih masyarakat di masjdi kami ini (Masjid Baitul Makmur),” ucap Amin dai Hidayatullah asal Flores.
 
Saat ini, Pesantren Hidayatullah Sebatik sedang menuntaskan program pembangunan masjid dua lantai seluas 17 X 14 meter.
 
“Masjid lama sudah tidak representatif, terutama kalau digunakan sebagai pusat belajar santri dan warga sekitar pesantren,” imbuh Amin.
 
Di lahan seluas 3 hektare itulah berjalan aktivitas dakwah dan pembelajaran bagi warga sekitar. Selain pendidikan diniyah, pesantren yang baru memiliki pendidikan formal Taman Kanak-Kanak ini juga sudah resmi mengantongi izin menyelenggarakan program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
 
Dengan PKBM, pesantren bisa ikut membantu warga dan masyarakat yang ingin mengikuti tes persamaan untuk SD, SMP dan SMA. Dalam catatan sejak berdirinya, tidak kurang dari 200 lulusan PKBM telah terserap sebagai tenaga kerja di beberapa desa di Kecamatan Sebatik Utara.
 
Pesantren yang diurus tiga orang ini sebenarnya ingin terus mengembangkan diri, namun beberapa hal masih menjadi prioritas. Selain karena tenaga yang memang belum seberapa, perluasan lahan juga menjadi tantangan tersendiri.
 
“Kalau memang nantinya Sebatik menjadi Kabupaten, ya semoga pesantren bisa menjadi partner pemerintah yang terdepan, terutama dalam mencerdasakan warga dan generasi muda di Sebatik ini,” ungkap Ustad Sudirman Kepala Pesantren Hidayatullah Sebatik

Diceritakan oleh Imam Nawawi
Hidayatullah. Com 
Rabu, 22 Juli 2015 - 10:22 WIB

Lihat ini
E-Buku IH-51: Perjalanan Ke Kalimantan
Bab I
Bab 2
Bab 3
Bab 4

..Bersambung.

2 comments:

  1. Pada 1975, perjanjian telah ditandatangani oleh Menteri Besar Kelantan ketika itu, Datuk Mohammad Nasir dengan Pengerusi Petronas, Tengku Razaleigh Hamzah. Menurut terma perjanjian itu, Kelantan diberikan royalti sebanyak 5 peratus setahun - dibayar tunai dua kali setahun - untuk hasil minyak yang ditemui di kawasan pantai dan pesisirnya.[3]

    Kerajaan negeri Kelantan menuntut antara RM850 juta dan RM1 bilion daripada kerajaan pusat mengikut Akta Petroleum 1974, yang membolehkan negeri Kelantan menerima royalti minyak sebanyak 5 % daripada hasil perolehan petroleum. Isu tuntutan royalti menjadi bahan ceramah parti PAS menjelang Pilihan raya kecil Manik Urai 2009 pada 14 Julai 2009.[4]Sebenarnya tiada diskriminasi terhadap Kelantan dalam bayaran royalti itu sebagaimana Terengganu semasa PAS memerintah pada 1999 hingga 2004 iaitu peruntukan itu ditukarkan kepada wang ehsan.[5]

    ReplyDelete
  2. Lebih baik naik gaji daripada tambah umur bersara – CUEPACS

    Cadangan kerajaan untuk meningkatkan umur persaraan dilihat lansung tidak sesuai dilaksanakan buat masa ini, kata Presiden Kongres Kesatuan Pekerja-pekerja Di Dalam Perkhidmatan Awam (CUEPACS), Adnan Mat.

    Orang Malaysia dapat sakit bukan tak dapat makan tapi terlebih makan. Gaut, obesiti, kencing manis / dibetes, darah tinggi buah pinggang sakit jantung dan stroke. Semua sakit orang terlebih makan..!!

    Beliau berkata, cadangan itu dilihat bukan sebagai satu keperluan untuk dilaksanakan dalam masa terdekat atau dalam tempoh tiga atau lima tahun akan datang sehingga ekonomi negara semakin kukuh.

    “Keadaan ekonomi yang tidak begitu memberangsangkan ketika ini juga mengakibatkan ramai rakyat masih menganggur serta sukar mencari peluang pekerjaan yang setimpal dengan kelayakan.

    “Umur persaraan 60 tahun sudah memadai bagi keperluan semasa di negara ini. Sepatutnya diturunkan semula pada 55 tahun balik. Sebarang cadangan untuk mengkaji semula had umur persaraan sedia ada tidak wajar kerana situasi semasa negara semasa Pendemik berlaku masa ini.

    ReplyDelete