Haji Ali Muktar (38), imam Masjid Baitul Muttaqien Tolikara, Papua.
KUALA LUMPUR: Rabu lalu (22/07/2015) adalah hari kelima bagi Ustad H. Ali Muktar (38) dan warga Muslim, Karubaga Kabupaten Tolikara berlangsung di pengungsian. Aksi serangan kumpulan perusuh saat hari Raya Aidil Fitri, Jumat (17/07/2015) lalu, masih menyisahkan luka mendalam bagi korban.
Ali Muktar adalah salah satu imam Masjid Baitul Muttaqien Tolikara, sekaligus salah satu saksi dalam aksi penyerangan kumpulan perusuh yang mengakibatkan pembakaran kedai dan masjid. Di bawah ini, perbualan hidayatullah.com dengannya.
Apakabar Pak Ali?
Alhamdulillah, baik pak
Sudah dapat bantuan dari mana saja?
Bantuan masih datang dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH), berupa makanan, mie instan dan keperluan pokok. Itu sudah kami bagi di tiga titik; dua di perumahan berhampiran Koramil, satunya di Tenda PMI, di mana sebahagian pelarian ada di situ. Ada juga bantuan beras daripada bapak bupati. Kemarin ada juga bantuan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Mensos.
Apalagi yang diperlukan?
Pertama, ya, masih tetap Sembilan bahan pokok (Sembako, red). Termasuk air minum, gula dan kopi Kedua, juga bantuak keperluan ibadah; mukena, sarung dll. Sementara itu dulu. Kemarin datang juga warga daerah menangis, mereka mengatakan, yang korban nyawa belum ada perhatian. Ya akhirnya kami beri mie instas saja, kerana itu yang kami miliki.
Memang ada berapa mangsa serangan perusuh?
Untuk warga Muslim di Tolikara ini ada kira-kira 65 KK, mencapai sekitar 400-an warga. Sedang yang ikut menjadi korban luka-luka ada sekitar 12 orang, meninggal 1 orang.
Apakah ada bantuan lain?
Sebenarnya sudah banyak yang menghubungi. Termasuk dari organisasi masyarakat dan institusi-institusi Islam. Tapi saya usulkan, sebaiknya disimpan dahulu, sabar. Sebab, sebenarnya ada juga dana kerajaan untuk umat Islam di APBD.
Sebab, apa pak? Di sini bukan di Jawa atau Sumatera. Kami menjangka kemungkinan di belakang hari jika terjadi apa-apa. Takutnya ada sesuatu, pak. Kita ingin semua tenang dan aman dahulu.
Kita berharap memulihkan keadaan, termasuk yang sudah banyak kehilangan harta-benda. Sekurang-kurangnya, yang hilang harta bendanya dapat pulih dan dapat bekerja semula sebagaimana biasa, biasa membina kiosnya kembali dan hidup berdikari.
Setakat ini, apa perkembangan baru yang berlaku?
Semalam (hari Rabu, 22/07/2015), terjadi pertemuan dan persidangan akhbar dengan pihak tokoh-tokoh gereja. Hadir Pemimpin Umat Gereja Injil di Indonesia (Gídí) yang dipimpin Ketua Klasis Toli, Pendeta Yunus Wenda dan saya mewakili Muslim. Itu tokoh-tokoh penting dan berpengaruh semua di sini.
Dalam pertemuan itu sempat saya tanya kembali, apa boleh mendirikan tempat ibadah tidak? [Baca: Inilah Pertemuan Gídí - Muslim Tolikara Pasca Rusuhan]
Hasilnya?
Ya para tokoh gereja ini mengakatan, harus rapat dulu, harus mengadakan pertemuan antara mereka dahulu jika ada pendirian masjid. Sebab, di sini lain dengan Jawa, mendengar nama masjid saja sudah bimbang.
Sebenarnya yang dibakar itu mushollah atau masjid?
Jadi begini bapak, sejarahnya berlaku ketika tahun 1987 (kira-kira 28 tahun lalu red), ketika itu kami mengajukan izin kepada tokoh-tokoh agama di sini untuk membina tempat ibadah.
Tahun 1988, saya dibicarakan di hadapan tokoh-tokoh gereja. Mereka mengatakan yang boleh dibina mushollah, bukan masjid. Tidak tahu mengapa di sini bimbang jika ada pendirian masjid. Sementara kami kaum Muslim kan perlu solat Jumaat. Jadi izin saya kala itu, disebut mushollah tidak masalah asal dibolehkan dan boleh melaksanakan solat Jumaat.
Kaum Muslim tidak mengutarakan nama, yang penting kita boleh beribadah dan melaksanakan solat Jumaat. Itu yang terpenting.
Sebab apa pak, di sini memang mendirikan rumah ibadah dilarang kecuali Gereja Injili Di Indonesia (Gídí). Tidak hanya Islam, bahkan semua mazhab Kristian kecuali Gídí dilarang.
Dan Alhamdulillah, kita semua bersyukur izin beribadah boleh keluar. Asal solat Jumaat boleh dilaksanakan dan kaum Muslim dapat solat berjamaah. Terserah jika itu dikatakan mushollah.
Ali Muktar menerima bantuan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) secara simbolik
Ali Muktar menerima bantuan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) secara simbolik
Apasaja kegiatan Masjid Baitul Muttaqien sebelum dibakar?
Ya banyak. Yang jelas, solat jamaah tiap hari, pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, peringatan Maulid Nabi, pengajian umum hingga pembinaan anak-anak Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ).
Bulan Ramadahan ini, kami mendatangkan penceramah dari Jawa. Di sini ada kesepakatan, tiap Ramadhan mendatangkan penceramah secara bergantian dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun lalu dari Sulawesi.
Selain itu aktiviti kegamaannya apa lagi?
Alhamdulillah, kita ada majlis ta'lim ibu-ibu yang digabung dengan ibu-ibu Bhayangkari (organisasi persatuan isteri anggota Polri). Selain itu ada tahlil di rumah-rumah tiap hari Jumaat dan tiap bulan sekali di masjid.
Memang kalau Subuh kebiasaan di sini pakai qunut atau tidak?
Saya biasa pakai. Tapi di sini ukhuwah tinggi pak. Kerana kami mungkin pendatang dan kaum Muslim datang dari berbagai kalangan. Jadi kami tak pernah mempersoalkan qunut atau tidak. Sebagai imam saya biasa pakai qunut, tetapi banyak juga makmum tidak ikut, ya tidak masalah.
Bapak sendiri latar belakang pendidikannya apa?
Saya tidak mempunyai latar belakangan nyantri. Hanya mustami'in biasa. Keluarga saya Nahdhatul Ulama (NU), ibu saya Musyawaroh (asli Lumajang) sedang bapak Hendri J Karaeng (asli Makassar). Ayah bekerja di Tanjung Perak, tetapi saya banyak dibesarkan di desa Pusrwosono, Kecamatan Sumber Suko, Lumajang. Sejak kecil saya terbiasa diajak ibu bapa berkunjung ke pesantren. Itu sahaja yang menjadi bekal saya.
Apa harapan Pak Ali selanjutnya?
Saya harapkan semua akan selesai dan umat Islam boleh melaksanakan hak-hak ibadah serta bekerja kembali. Saya juga menyampaikan terima kasih ada Baitul Maal Hidayatullah (BMH), yang sejak hari ketiga pasca serangan boleh menemani kami (Muslim Tolikara, red) di sini. Saya harap umat Islam lain juga ikut memikirkan. (IH/Abu Fathun)
Saturday, July 25, 2015
Gereja Jatinegara Dibongkar Oleh Jemaatnya Sendiri Kerana Didirikan Tanpa Izin..
Tak memiliki izin, Jemaat dan pengurus membongkar GKPI Jatinegara, Sabtu (25/7/15). (tempo.co)
Jakarta. Bangunan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) akhirnya dibongkar sendiri oleh jemaat dan pengurusnya karena memang belum mengantongi izin sebagai rumah ibadah.
Sambil menunggu izin keluar, para jemaat dan pengurus gereja tetap akan melakukan kegiatan peribadatan di GKPI Jatinegara tersebut. Perwakilan Gereja GKPI Jatinegara, Winter Sugiro mengatakan akan segera mengurus izin agar para jemaat dan pemuka agama dapat menggunakan bangunan tersebut sebagai tempat ibadah.
“Sementara kami akan tetap beribadah di sini dengan bangunan yang sederhana,” kata Winter Sugiro saat ditemui di lokasi, seperti dikutip dari viva.co.id, Sabtu (25/7/15)
Selain itu Sugiro juga berharap agar pemerintah dapat membantu dan memberikan kemudahan dalam mengurusan perizinan mendirikan rumah ibadah.
“Kami melakukan ini karena kami patuh terhadap pemerintah untuk itu kami juga berharap agar pemerintah dapat mempermudah bagi kami untuk memperoleh izin mendirikan rumah ibadah,” ujarnya.
Selain tidak memiliki izin sebagai rumah ibadah, keberadaan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) di Jalan Catur Tunggal RT 12 RW 01, Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur tersebut ternyata juga mendapat penolakan dari warga.
Dikutip dari tribunnews.com, Camat Jatinegara Sofyan Taher mengatakan warga keberatan dengan keberadaan gereja tersebut karena masalah tidak tersedianya ruang parkir. Warga setempat menilai jemaat memparkir kendaraan dengan semena-mena sehingga merasa terganggu.
Alasan lainnya adalah masalah keyakinan mayoritas warga setempat yang berbeda. Terlebih jemaat gereja tersebut diketahui bukan warga setempat, melainkan pendatang.
“Jemaat gereja bukan warga situ, pendatang semua. Mungkin ada yang tinggal dekat situ tapi satu dua, lebih banyak dari luar warga kecamatan Jatinegara. Itu yang selama ini dikeluhkan warga di sana,” ungkapnya, Kamis (23/7/15).
Sofyan menjelaskan bahwa alasan keberatan itulah yang memiliki pengaruh terhadap hal perizinan. Pasalnya untuk membangun tempat ibadah, harus mendapat izin dari lingkungan dan GKPI tidak mendapat izin tersebut. (IH/sbb/dakwatuna)
Isu Bai'ah, Hentikan Perbincangan, Kata Dr Mujahid.
Ahli PAS Parlimen Parit Buntar itu turut berkata, baiiah yang dilakukan ahli PAS itu secara dasarnya lebih kepada soal kerja, kebajikan, politik dan dakwah.
GEORGE TOWN: Pengerusi jawatankuasa interim Gerakan Harapan Baharu (GHB) Pulau Pinang Datuk Dr Mujahid Yusof Rawa meminta isu sumpah bai’ah talak tiga oleh semua wakil rakyat PAS tidak diperbesarkan sebaliknya perlu dihentikan segera.
Beliau berkata, perkara itu seharusnya dibincangkan secara mendalam membabitkan individu yang berkelayakan dan bukannya dihebahkan sehingga boleh mencetuskan salah faham dan kekeliruan seterusnya memburukan imej Islam itu sendiri.
“Saya minta jangan mainlah isu bai’ah ini kerana ini ada sangkut baik dengan syariat, kalau orang awam tak tahu apa takut buruk nama Islam, apatah lagi kalau bersangkut dengan lafaz taklik, cerai tiga dan bagi saya itu kalau orang tak tahu samada terlalu esktrim, cakap atas harap ini dibicara dalam kerangka dan di kalangan mereka yang ada ilmu dalam hal tersebut," katanya kepada pemberita ketika ditemui di Majlis Rumah Terbuka Aidilfitri anjuran PASMA dan GHB cawangan Pulau Pinang, di sini pada Jumaat.
Beliau berkata, perkara itu seharusnya dibincangkan secara mendalam membabitkan individu yang berkelayakan dan bukannya dihebahkan sehingga boleh mencetuskan salah faham dan kekeliruan seterusnya memburukan imej Islam itu sendiri.
“Saya minta jangan mainlah isu bai’ah ini kerana ini ada sangkut baik dengan syariat, kalau orang awam tak tahu apa takut buruk nama Islam, apatah lagi kalau bersangkut dengan lafaz taklik, cerai tiga dan bagi saya itu kalau orang tak tahu samada terlalu esktrim, cakap atas harap ini dibicara dalam kerangka dan di kalangan mereka yang ada ilmu dalam hal tersebut," katanya kepada pemberita ketika ditemui di Majlis Rumah Terbuka Aidilfitri anjuran PASMA dan GHB cawangan Pulau Pinang, di sini pada Jumaat.
Mengulas lanjut, ahli PAS Parlimen Parit Buntar itu turut berkata, bai’ah yang dilakukan ahli PAS itu secara dasarnya lebih kepada soal kerja, kebajikan, politik dan dakwah.
Sehubungan itu, beliau melihat pelanggaran sumpah janji yang dibuat ahli PAS itu tidaklah sehingga membawa kepada gugurnya akidah mereka sebagai seorang Islam.
“Bai’ah yg dimaksudkan ialah bai’ah utuk bekerja dalam membuat benda baik termasuk dalam kebajikan dan dakwah dan politik, maka bai’ah apabila terungkai kalau ada yang lebih baik daripada itu maka rungkai ia dengan membayar kafarah iaitu denda yg disebut dlm syariat Islam… walaupun itu ada pelanggaran janji tetapi ia bukanlah sampai bawa kepada gugur akidah sampai boleh mati jahiliah dan sebagainya,” kata Mujahid.
Isu sumpah bai'ah berbangkit ekoran tindakan wakil rakyat PAS menubuhkan parti GHB selepas ia kecundang dalam pemilihan pada Muktamar PAS ke-61.
Baru-baru ini, pesuruhjaya PAS Kelantan yang juga Menteri Besar negeri itu, Datuk Ahmad Yakob telah menegaskan, perkara itu terkandung dalam lafaz bai'ah atau sumpah taat setia yang dibuat setiap wakil rakyat PAS di negeri tersebut sejak 2004.
Setiap wakil rakyat PAS di Kelantan yang mengambil keputusan keluar parti tanpa meletakkan jawatan, secara automatiknya telah menceraikan isteri masing-masing dengan talak tiga.
Dipercayai setiap negeri mempunyai sumpahnya masing-masing, yang paling kontroversi adalah di Kelantan dan Terengganu yang memasukkan klausa perceraian di dalam sumpah taat setia mereka.
Sehubungan itu, beliau melihat pelanggaran sumpah janji yang dibuat ahli PAS itu tidaklah sehingga membawa kepada gugurnya akidah mereka sebagai seorang Islam.
“Bai’ah yg dimaksudkan ialah bai’ah utuk bekerja dalam membuat benda baik termasuk dalam kebajikan dan dakwah dan politik, maka bai’ah apabila terungkai kalau ada yang lebih baik daripada itu maka rungkai ia dengan membayar kafarah iaitu denda yg disebut dlm syariat Islam… walaupun itu ada pelanggaran janji tetapi ia bukanlah sampai bawa kepada gugur akidah sampai boleh mati jahiliah dan sebagainya,” kata Mujahid.
Isu sumpah bai'ah berbangkit ekoran tindakan wakil rakyat PAS menubuhkan parti GHB selepas ia kecundang dalam pemilihan pada Muktamar PAS ke-61.
Baru-baru ini, pesuruhjaya PAS Kelantan yang juga Menteri Besar negeri itu, Datuk Ahmad Yakob telah menegaskan, perkara itu terkandung dalam lafaz bai'ah atau sumpah taat setia yang dibuat setiap wakil rakyat PAS di negeri tersebut sejak 2004.
Setiap wakil rakyat PAS di Kelantan yang mengambil keputusan keluar parti tanpa meletakkan jawatan, secara automatiknya telah menceraikan isteri masing-masing dengan talak tiga.
Dipercayai setiap negeri mempunyai sumpahnya masing-masing, yang paling kontroversi adalah di Kelantan dan Terengganu yang memasukkan klausa perceraian di dalam sumpah taat setia mereka.
Sementara itu, bekas Timbalan Presiden Pas, Mohamad Sabu semalam cuba mengelak daripada menjawab persoalan bahawa beliau boleh dirujuk di bawah sumpah bai’ah talak tiga sekiranya keluar Pas.
Beliau hanya berpegang kepada kenyataan Mufti Negeri Pulau Pinang, Datuk Wan Salim Wan Mohd Noor bahawa sumpah bai'ah tidak boleh dikaitkan dalam politik.
"Saya bukan ahli agama jadi saya berpandu kepada pandangan mufti negeri," katanya kepada pemberita selepas menghadiri majlis Rumah Terbuka Aidilfitri anjuran Pasma dan Harapan Baru peringkat negeri di sini, semalam.
Terdahulu Mufti negeri, Wan Salim menegaskan sumpah bai’ah talak tiga oleh semua wakil rakyat Pas sama sekali tidak sah dan tidak seharus dikaitkan dengan politik.
Isu sumpah bai’ah berbangkit ekoran tindakan wakil rakyat Pas menubuhkan parti Harapan Baru selepas kalah dalam pemilihan pada Muktamar Pas ke-61. (IH)
Gaji Wakil Rakyat PAS Sertai GHB Haram, Ini Jawapan Dr Mujahid..
KALAU dengan menyertai Gerakan Harapan Baru (GHB), ia membuatkan gaji wakil rakyat PAS haram, bagaimana pula dengan gaji mereka yang hanya mendiamkan diri apabila Pakatan Rakyat (PR) tumbang, soal Datuk Dr Mujahid Yusof Rawa.
Ahli Parlimen Parit Buntar itu, yang kini pengerusi protem GHB Pulau Pinang, menuduh kepimpinan PAS gagal mengambil berat mengenai rakyat dan gabungan pembangkang. Beliau bertanya, tidakkah itu bermakna gaji mereka juga haram kerana turut mendapat manfaat daripada sekutu mereka dengan PR sebelum ini.
Mujahid berkata, isu dimainkan bagi menentang GHB, yang dibentuk satu kumpulan serpihan PAS, dan surat khabar arus perdana seperti Utusan Malaysia, digunakan bagi menyerang gerakan baharu itu.
"Sesuatu yang menyedihkan apabila ada orang daripada parti, yang merupakan sebahagian PR, kini menyerang gerakan baharu ini.
"Mereka membuat kenyataan tidak logik, contohnya wakil rakyat yang menyertai GHB makan gaji haram kerana mereka menang pilihan raya atas tiket PAS.
"Saya ingin bertanya mereka, adakah gaji wakil rakyat yang gagal menjaga rakyat dan yang menyerang PR juga haram?
"Saya ingin bertanya, adakah mereka menang pilihan raya kerana PR atau hanya kerana mereka daripada PAS?" soalnya pada rumah terbuka Hari Raya Persatuan Ummah Sejahtera Malaysia (PasMa) dan GHB di Komtar, Pulau Pinang malam tadi.
Mujahid juga memberi contoh bagaimana beliau memenangi kerusi parlimen Parit Buntar dalam pilihan raya umum 2013 dengan memperoleh majoriti 8,000 undi. Kata Mujahid, 80 peratus daripada pengundinya adalah komuniti China, 10 peratus India dan selebihnya Melayu.
PAS mempunyai kira-kira 4,000 di Parit Buntar.
"Jika kita tolak 4,000 ahli PAS, saya masih ada majoriti 4,000 undi. Di mana saya nak letak muka kalau mereka datang jumpa saya?" katanya. (Sumber TKO, MK)
PAS mempunyai kira-kira 4,000 di Parit Buntar.
"Jika kita tolak 4,000 ahli PAS, saya masih ada majoriti 4,000 undi. Di mana saya nak letak muka kalau mereka datang jumpa saya?" katanya. (Sumber TKO, MK)
Lapor Langsung Dari Tolikara: Solat Jumaat Pertama Selepas Rusuhan Agama..
M Zaaf Fadzlan Garamatan, Ketua Team Pencari Fakta Komite Umat (KOMAT) untuk Tolikara memimpin shalat Jumat di Markas Koramil.
Kuala Lumpur: HARI Jumaat (24/07/2015) kaum Muslimin di Tolikara, Papua Indonesia memulakan perlaksanaan ibadah solat Jumaat di sana dengan tenang. Kira-kira 100 jemaah hadir mendirikan solat Jumaat yang diadakan di Pejabat Koramil 1702 Karubaga dan dilaksanakan dengan aman.
Khutbah yang disampaikan oleh Ustadz M Zaaf Fadzlan Garamatan, Ketua Team Pencari Fakta Jawatankuasa Umat (komat) untuk Tolikara. Dalam khutbahnya, Fadzlan menegaskan bahawa bagaimana kedamaian, keamanan dalam beragama di Tolikara boleh diwujudkan, memandangkan NKRI menjamin kebebasan beragama dan beribadah warga negaranya sesuai dengan keyakinannya.
"Negara menjamin warganya bebas beribadah di negeri ini," tegas Ustaz Fadlan dalam paparan khutbanya.
Selain itu, Ustaz Fadlan menegaskan bahawa Islam adalah cahaya kebenaran, mencerahkan dan mencerdaskan, dan sangat memahami apa itu yang dimaksudkan dengan Bhineka Tunggal ika.
Mendengar khutbah tersebut, Ali Usman (30) yang juga Imam Masjid Baitul Muttaqin Tolikara menyatakan pencerahan. Lelaki kelahiran Demak Jawa Tengah 14-04-1985 yang juga keluarga NU itu sangat bermotivasi.
"Kami semakin berpengetahuan dan bermotivasi untuk dapat beribadah dengan baik. Semoga saja, selepas tragedi ini, kaum Muslimin di Tolikara diberikan hak-haknya untuk menjalankan ibadahnya secara bebas dan aman, "ungkapnya.
Sementara itu, menurut Ketua BMH Cawangan Kangar yang sudah hampir seminggu di lokasi dan mengerti betul kondisi psikologi korban di lokasi mengatakan bahawa khutbah Ustaz Fadlan Garamathan ini sangat penting bagi internal umat Islam, kerana memberi motivasi kepada para korban, supaya mereka boleh segera terbebas dari trauma tragedi minggu lalu, "katanya.
Demikian dari Ibnu Hasyim.
Rusuhan Agama Di Papua: Ibnu Hasyim Sokong Desak Cabut Larangan Bina Masjid..
KUALA LUMPUR: WEBLOG Ibnu Hasyim di Malaysia menyokong penuh terhadap sejumlah tokoh bergabung dalam Jawatankuasa Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara), Papua Indonesia, yang telah mengeluarkan tujuh pernyataan sikap berkaitan rusuhan di Tolikara.
Mereka meminta, Mendagri Tjahjo Kumolo mencabut peraturan daerah yang menyekat pembangunan rumah ibadah. Permintaan itu masuk dalam tujuh sikap Komat Tolikara.
Pertama, menolak pihak-pihak yang menghalang kemasukan bantuan dari agensi-agensi kemanusiaan rasmi dalam rangka pemilihan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat di Tolikara.
Kedua, meminta semua organisasi masyarakat dan elemen masyarakat secara bersama menyalurkan bantuannya secara bersepadu melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) yang diselaraskan Forum Zakat (Foz).
"Agar pemilihan dan pembangunan ekonomi di Tolikara berjalan dengan berkesan," kata Ketua Komat Tolikara, Bachtiar Nasir dalam sidang akhbar mengenai Tolikara, di Restoran Pulau Dua, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (23/7/2015) kemarin.
Jawatankuasa Umat untuk (Komat) Tolikara juga mendesak Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mendedahkan dalang rusuh Karubaga, Tolikara, Papua. Ketua Dewan Syuro Komat Tolikara Didin Hafidhudin sengaja ke Ibu Pejabat Polis untuk menyampaikan tuntutannya itu.
"Kami mahu ada tindakan dan telus dalam penindakan Tolikara," kata Didin usai menemui Kapolri di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (22/7/2015).
Komat Tolikara yang terdiri daripada pelbagai organisasi dan institusi Islam ini juga meminta polis mengambil tindakan tegas pelaku.
"Kami ingin ini ditindak tegas! Beri hukuman mengikut peraturan. Kami tunggu janji Kapolri ungkap semuanya, "tambah Ketua Baznas ini.
Peristiwa ini, tambah Didin, harus menjadi peristiwa terakhir. Pasalnya, di negeri ini tak pernah ada sejarah pelarangan ibadah untuk agama apa pun. Di Papua pun, jelas Didin, tak pernah ada sejarah pertengkaran antara agama.
Komat juga meminta kerajaan mewujudkan perdamaian di Tolikara dan meminta semua pihak berwaspada kepentingan asing yang didakwa menunggang konflik di Papua. Masalah Tolikara adalah masalah dalam negera. Semua pihak perlu mewaspadai kepentingan asing atau pihak lain yang tidak bertanggung jawab terhadap kedaulatan NKRI.
"TNI dan Polri harus menindak unsur-unsur atau sifat-sifat yang membawa penglibatan pihak asing," kata Ketua Umum Komat, KH Bachtiar Nasir.
Komat yang terdiri dari pelbagai elemen ulama dan kyai se-Indonesia seperti KH Didin Hafidhuddin, KH Hidayat Nur Wahid, KH Bachtiar Nasir, KH Yusuf Mansyur, KH Arifin Ilham dan lain-lain juga telah membentuk pasukan pencari fakta (TPF) guna menyiasat insiden tersebut.
"Weblog Ibnu Hasyim di Malaysia menyokong penuh terhadap sejumlah tokoh bergabung dalam Jawatankuasa Umat (Komat Tolikara), Papua Indonesia, yang telah mengeluarkan tujuh pernyataan sikap. Maka tindakan perlu segera diambil oleh pihak berwajib.. " kata editornya Dr Hj Mohd Hasyim.
(IH Malaysia)
Pusat Maksiat Kelab Malam Dibom.
AGENSI - BEBERAPA anggota pasukan penyelamat memeriksa sebuah kelab malam yang meletup di bandar Zamboanga kelmarin.
ZAMBOANGA, Filipina – Satu letupan kuat memusnahkan sebuah kelab malam di selatan Filipina dengan seorang terbunuh, manakala sembilan yang lain tercedera, kata polis semalam.
Serangan itu menyebabkan siling kelab malam dua tingkat itu hancur manakala beberapa kerusi bar bertaburan di sebatang jalan raya di bandar Zamboanga kelmarin, kata seorang jurucakap polis, Alexander Mabalot.
“Juruwang kelab malam itu terbunuh sementara enam pekerja bar dan tiga pengunjung lelaki yang cedera telah dibawa ke hospital untuk mendapatkan rawatan, kata Mabalot.
Beberapa penyiasat pihak berkuasa masih meneliti serangan tersebut dan mencari serpihan bom di lokasi kejadian.
Setakat ini, masih belum ada pihak sama ada pengganas atau kumpulan penjenayah mengaku melakukan serangan itu.
“Bandar kami berada di bawah ancaman berterusan daripada pengganas dan kumpulan jenayah,” kata Mabalot.
Bandar pelabuhan Zamboanga yang terletak di barat daya Mindanao merupakan kawasan di mana rangkaian militan Al-Qaeda bergerak aktif.
Selatan Filipina musnah akibat keganasan yang dilancarkan gerila pemisah Islam, puak pelampau Al-Qaeda dan kumpulan pemeras ugut. – AFP
Pekan Kecil Papua, Tapi Bendera Israel Popular.
Seorang relawan dengan back-round bendera Israel di sebuah kios di Tolikara
KABUPATEN Tolikara merupakan sebahagian dari Provinsi Papua dengan luas sekitar 5.234 KM2.
Tolikara yang diapit Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Jawawijaya Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Jayawijaya merupakan daerah baru hasil pemekaran pasca hadirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus.
Daerah Tolikara yang beribukota di Karubaga terbahagi dalam 514 Desa dan 35 Kecamatan. Meski demikian, jangan bayangkan kampung di daerah layaknya di Jawa. Sebab, satu desa kadang hanya puluhan rumah. Komoditi unggulan Kabupaten Tolikara iaitu sektor pertanian dan perkhidmatan. Sub sektor Pertanian komoditi yang membenihkan berupa Jagung dan Ubi Kayu.
Yang menarik, meski merupakan tempat terpencil dan akses masih sukar, beberapa pihak berkata, pesawat milik orang asing boleh datang dan pergi sesuka hati.
Kedai di Tolikara. Banyak kedai di Tolikara dicat bendera Israel
Sebagai penunjang kegiatan ekonomi, di rantau ini terdapat 1 bandar udara, iaitu Lapangan Terbang Bokondini, namun beberapa saksi yang ditemui banyak lapangan terbang khusus orang asing yang hilir mudik tidak boleh terpantau.
"Di sini banyak pesawat asing datang dan pergi tidak terpantau. Kerana pegawai kerajaan di sini sedikit, "demikian ujar salah seorang pegawai yang tak mahu disebutkan namanya kepada hidayatullah.com.
Yang tidak kalah menarik, banyak bendera-bendera Israel jadi pajangan warga. Pantau hidayatullah.com, mudah dijumpai kedai-kedai warga dihias mengikuti bendera Israel biru-putih bergambar Bintang David.
Kebetulan, masa beberapa jam menjejakkan kaki di Tolikara pertama kali hari Isnin (21/07/2015) media ini boleh menyaksikan ramainya masyarakat luar Tolikara mengikuti arak-arakan penutupan kegiatan seminar dan KKR Pemuda Gídí peringkat antarabangsa yang diadakan sejak tarikh 13 Julai 2015.
Dianggarkan kira-kira 7000 orang mengikuti arak-arakan, dan sebahagian banyak mengibarkan bendera Israel. Sementara itu, banyak warga tempatan sendiri masih kurang memahami erti bendera-bendera Israel tersebut. (IH/Hidayatullah.Com)
KABUPATEN Tolikara merupakan sebahagian dari Provinsi Papua dengan luas sekitar 5.234 KM2.
Tolikara yang diapit Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Jawawijaya Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Jayawijaya merupakan daerah baru hasil pemekaran pasca hadirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus.
Daerah Tolikara yang beribukota di Karubaga terbahagi dalam 514 Desa dan 35 Kecamatan. Meski demikian, jangan bayangkan kampung di daerah layaknya di Jawa. Sebab, satu desa kadang hanya puluhan rumah. Komoditi unggulan Kabupaten Tolikara iaitu sektor pertanian dan perkhidmatan. Sub sektor Pertanian komoditi yang membenihkan berupa Jagung dan Ubi Kayu.
Yang menarik, meski merupakan tempat terpencil dan akses masih sukar, beberapa pihak berkata, pesawat milik orang asing boleh datang dan pergi sesuka hati.
Kedai di Tolikara. Banyak kedai di Tolikara dicat bendera Israel
Sebagai penunjang kegiatan ekonomi, di rantau ini terdapat 1 bandar udara, iaitu Lapangan Terbang Bokondini, namun beberapa saksi yang ditemui banyak lapangan terbang khusus orang asing yang hilir mudik tidak boleh terpantau.
"Di sini banyak pesawat asing datang dan pergi tidak terpantau. Kerana pegawai kerajaan di sini sedikit, "demikian ujar salah seorang pegawai yang tak mahu disebutkan namanya kepada hidayatullah.com.
Yang tidak kalah menarik, banyak bendera-bendera Israel jadi pajangan warga. Pantau hidayatullah.com, mudah dijumpai kedai-kedai warga dihias mengikuti bendera Israel biru-putih bergambar Bintang David.
Kebetulan, masa beberapa jam menjejakkan kaki di Tolikara pertama kali hari Isnin (21/07/2015) media ini boleh menyaksikan ramainya masyarakat luar Tolikara mengikuti arak-arakan penutupan kegiatan seminar dan KKR Pemuda Gídí peringkat antarabangsa yang diadakan sejak tarikh 13 Julai 2015.
Dianggarkan kira-kira 7000 orang mengikuti arak-arakan, dan sebahagian banyak mengibarkan bendera Israel. Sementara itu, banyak warga tempatan sendiri masih kurang memahami erti bendera-bendera Israel tersebut. (IH/Hidayatullah.Com)
Serangan Pengganas Kristian Atas Jamaah Solat Aidilfitri, Bakar Kedai & Masjid Di Papua.
Sisa papan nama Masjid Baitul Muttaqin yang rata dengan tanah dibakar oleh pengganas Kristian di Karubaga Kabupaten Tolikara, Papua, semasa kaum Muslimin solat Idul Fitri 1436 H, Jumaat (17/7/2015). Tindakan ini diotaki oleh Ketua Gereja Evangelical di Indonesia (Gídí Tolitora Pdt. Nayus Wenea, S.Th dan Setiausaha Marthen Jingga, S.Th; MA.
TOLIKARA, Papua: -Pasti ramai daripada kita tidak mengetahui asal mula Masjid Baitul Muttaqin yang hangus dilalap api pada tragedi Idul Fitri berdarah di Tolikara, Papua itu boleh berdiri.
Padahal, gereja selain aliran Gereja Injili Di Indonesia (Gídí) seperti Katolik, Protestan, Advent, Pantekostan dan lain-lain, 'haram' berdiri di Tolikara.
Ustadz Ali Mukhtar, selaku imam Masjid Baitul Muttaqin mengisahkan kepada Panjimas, Khamis (23/7/2015), bahawa dahulu sekitar tahun 1989 Masjid itu mulai dirintis dan didirikan di atas tanah yang diberikan oleh seorang kepala suku.
"Ada anaknya kepala suku namanya Karmin Yekua, itu pernah cerita sama saya. Waktu itu saya tanya, awal mulanya kok boleh kepala suku ngasih tempat ibadah kepada saudara-saudara Muslim? "Kata Ustadz Ali Mukhtar di tempat pengungsian, di Komplek dinas Kormil Karubaga, pada Rabu (22/7/2015).
Menurut Ustaz Ali, melakukan pembebasan tanah di Tolikara, apalagi untuk didirikan Masjid sangat mustahil terjadi.
"Tahu sendiri, masalah pembebasan tanah itu agak susah di sini, kerana tidak ada sijil," tambahnya.
Ustadz Ali melanjutkan, kepala suku di Tolikara memberikan sebidang tanah untuk dibangun Masjid kerana rasa hormat mereka kepada para guru Muslim yang mengajar di Tolikara.
"Guru-guru waktu itu solat, dia ruku, terus sujud. Kepala suku ini lalu bertanya, 'eee .. bapak guru, saya bingung, kita cari doktor saja, mungkin pak guru tidak enak badan kah?' Lalu pak guru itu menjawab, eee ... bapak, kami ini sedang sembahyang, ajaran agama kami ini adalah ibadah, "kata Ustadz Ali diiringi gelak tawa.
Perlu diketahui, penduduk asli Papua sangat menghormati guru, doktor dan warga negara asing (bule). Alasannya mudah, kerana guru yang mendidik anak-anak mereka menjadi pintar, setelah keadaan mereka sebelumnya yang primitif.
Sementara doktor selama ini yang merawat mereka jika sakit. Adapun hormat mereka pada orang bule, kerana dianggap sebagai pengabar Injil. Pendek cerita, didirikanlah rumah ibadah pertama kali di Tolikara dengan saiz agak kecil dan diberi cat hitam. Tujuan diberi cat hitam bukan hijau sebagaimana warna kesukaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, demi menyesuaikan diri dengan warga tempatan sekitar.
"Hari demi hari, umat Islam di sini ingin solat. Lalu bikin (bilik, red) saiz 5 x 5, tiang-tiangnya ada, cuma kotak begitu saja, catnya hitam. Rumah-rumah mubaligh dan orang-orang papua begitu, catnya hitam, "tuturnya.
Uniknya, dengan semangat toleransi yang sangat tinggi dari umat Islam di Tolikara, pada awal-awal berdiri, mereka rela tak menyebut rumah ibadah itu sebagai mushalla atau Masjid, namun disebut sebagai gereja Islam.
"Kalau orang tanya Masjid, putra derah (warga tempatan asli Papua, red.) Itu tidak tahu, mereka tahunya gereja Islam," tuturnya.
Tak hanya itu, para tokoh agama Islam di sana pun disebut sebagai gembala Islam.
"Sama saya memanggilnya gembala Islam," tambahnya.
Bagi warga Muslim yang umumnya pendatang dari luar Papua, penyebutan itu bukanlah halangan bagi mereka. Memandangkan di Tolikara Kristian sangat mendominasi, khususnya Gídí.
"Yang penting kita di sini boleh menempatkan diri. Misi kita di sini rahmatan lil 'alamin, harus bermanfaat bagi lingkungan sekitar, "ujarnya.
Setelah bertahun-tahun hidup berdampingan, akhirnya rumah ibadah itu menjadi mushalla dan diberi nama Baitul Muttaqin yang artinya rumah orang-orang bertakwa. Subhanallah, nama yang indah, sesuai dengan mental para pendatang yang begitu tegar memegang teguh agama Islam, di tengah arus deras penyebaran Kristian dan kerasnya perangai / watak warga asli Papua.
Para tokoh sempat meminta izin kepada warga tempatan asli Papua untuk merubah nama mushalla menjadi Masjid Baitul Muttaqin. Namun hal itu ditolak dari warga tempatan. Jangankan membuat kubah atau membina menara Masjid, memasang plang yang menunjukkan arah lokasi tempat ibadah juga dilarang.
Akhirnya mereka hanya memasang plang Masjid Baitul Muttaqin di dalam. Warga Muslim pendatang mau tak mau harus menerima sikap warga tempatan, walaupun hal itu jika dipanda dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM) sangat intoleran.
Meski hanya mushalla, namun kegiatan ibadah di tempat tersebut sudah cukup baik, dari mula solat Jumaat hingga solat Aidil Fitri telah berlangsung belasan tahun. Sampai akhirnya, warga Muslim dikejutkan dengan surat edaran yang berisi pelarangan jilbab dan solat Aidil Fitri yang dikeluarkan Gídí.
Mereka tak menyangka, warga Muslim yang selama ini hidup rukun dengan Kristian, tiba-tiba terusik dengan sikap sombong, provokatif dan melanggar hak asasi manusia tersebut. Sehingga kemuncaknya, meletuslah tragedi penyerangan jamaah solat Aidil Fitri dan disusuli pembakaran kedai-kedai yang melarat membakar Masjid. (IH/ arrahmah.com)
TOLIKARA, Papua: -Pasti ramai daripada kita tidak mengetahui asal mula Masjid Baitul Muttaqin yang hangus dilalap api pada tragedi Idul Fitri berdarah di Tolikara, Papua itu boleh berdiri.
Padahal, gereja selain aliran Gereja Injili Di Indonesia (Gídí) seperti Katolik, Protestan, Advent, Pantekostan dan lain-lain, 'haram' berdiri di Tolikara.
Ustadz Ali Mukhtar, selaku imam Masjid Baitul Muttaqin mengisahkan kepada Panjimas, Khamis (23/7/2015), bahawa dahulu sekitar tahun 1989 Masjid itu mulai dirintis dan didirikan di atas tanah yang diberikan oleh seorang kepala suku.
"Ada anaknya kepala suku namanya Karmin Yekua, itu pernah cerita sama saya. Waktu itu saya tanya, awal mulanya kok boleh kepala suku ngasih tempat ibadah kepada saudara-saudara Muslim? "Kata Ustadz Ali Mukhtar di tempat pengungsian, di Komplek dinas Kormil Karubaga, pada Rabu (22/7/2015).
Menurut Ustaz Ali, melakukan pembebasan tanah di Tolikara, apalagi untuk didirikan Masjid sangat mustahil terjadi.
"Tahu sendiri, masalah pembebasan tanah itu agak susah di sini, kerana tidak ada sijil," tambahnya.
Ustadz Ali melanjutkan, kepala suku di Tolikara memberikan sebidang tanah untuk dibangun Masjid kerana rasa hormat mereka kepada para guru Muslim yang mengajar di Tolikara.
"Guru-guru waktu itu solat, dia ruku, terus sujud. Kepala suku ini lalu bertanya, 'eee .. bapak guru, saya bingung, kita cari doktor saja, mungkin pak guru tidak enak badan kah?' Lalu pak guru itu menjawab, eee ... bapak, kami ini sedang sembahyang, ajaran agama kami ini adalah ibadah, "kata Ustadz Ali diiringi gelak tawa.
Perlu diketahui, penduduk asli Papua sangat menghormati guru, doktor dan warga negara asing (bule). Alasannya mudah, kerana guru yang mendidik anak-anak mereka menjadi pintar, setelah keadaan mereka sebelumnya yang primitif.
Sementara doktor selama ini yang merawat mereka jika sakit. Adapun hormat mereka pada orang bule, kerana dianggap sebagai pengabar Injil. Pendek cerita, didirikanlah rumah ibadah pertama kali di Tolikara dengan saiz agak kecil dan diberi cat hitam. Tujuan diberi cat hitam bukan hijau sebagaimana warna kesukaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, demi menyesuaikan diri dengan warga tempatan sekitar.
"Hari demi hari, umat Islam di sini ingin solat. Lalu bikin (bilik, red) saiz 5 x 5, tiang-tiangnya ada, cuma kotak begitu saja, catnya hitam. Rumah-rumah mubaligh dan orang-orang papua begitu, catnya hitam, "tuturnya.
Uniknya, dengan semangat toleransi yang sangat tinggi dari umat Islam di Tolikara, pada awal-awal berdiri, mereka rela tak menyebut rumah ibadah itu sebagai mushalla atau Masjid, namun disebut sebagai gereja Islam.
"Kalau orang tanya Masjid, putra derah (warga tempatan asli Papua, red.) Itu tidak tahu, mereka tahunya gereja Islam," tuturnya.
Tak hanya itu, para tokoh agama Islam di sana pun disebut sebagai gembala Islam.
"Sama saya memanggilnya gembala Islam," tambahnya.
Bagi warga Muslim yang umumnya pendatang dari luar Papua, penyebutan itu bukanlah halangan bagi mereka. Memandangkan di Tolikara Kristian sangat mendominasi, khususnya Gídí.
"Yang penting kita di sini boleh menempatkan diri. Misi kita di sini rahmatan lil 'alamin, harus bermanfaat bagi lingkungan sekitar, "ujarnya.
Setelah bertahun-tahun hidup berdampingan, akhirnya rumah ibadah itu menjadi mushalla dan diberi nama Baitul Muttaqin yang artinya rumah orang-orang bertakwa. Subhanallah, nama yang indah, sesuai dengan mental para pendatang yang begitu tegar memegang teguh agama Islam, di tengah arus deras penyebaran Kristian dan kerasnya perangai / watak warga asli Papua.
Para tokoh sempat meminta izin kepada warga tempatan asli Papua untuk merubah nama mushalla menjadi Masjid Baitul Muttaqin. Namun hal itu ditolak dari warga tempatan. Jangankan membuat kubah atau membina menara Masjid, memasang plang yang menunjukkan arah lokasi tempat ibadah juga dilarang.
Akhirnya mereka hanya memasang plang Masjid Baitul Muttaqin di dalam. Warga Muslim pendatang mau tak mau harus menerima sikap warga tempatan, walaupun hal itu jika dipanda dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM) sangat intoleran.
Meski hanya mushalla, namun kegiatan ibadah di tempat tersebut sudah cukup baik, dari mula solat Jumaat hingga solat Aidil Fitri telah berlangsung belasan tahun. Sampai akhirnya, warga Muslim dikejutkan dengan surat edaran yang berisi pelarangan jilbab dan solat Aidil Fitri yang dikeluarkan Gídí.
Mereka tak menyangka, warga Muslim yang selama ini hidup rukun dengan Kristian, tiba-tiba terusik dengan sikap sombong, provokatif dan melanggar hak asasi manusia tersebut. Sehingga kemuncaknya, meletuslah tragedi penyerangan jamaah solat Aidil Fitri dan disusuli pembakaran kedai-kedai yang melarat membakar Masjid. (IH/ arrahmah.com)
Orang Melayu Katanning, Australia Barat. Bagaimana Wujudnya?
CATATAN SANTAI IBNU HASYIM
Berkerja di Australia..
Berkerja di Australia..
Siri 1: Peluang Kerja Kutip Buah Di Australia, Gaji RM40-4...
Siri 2: Inikah Rahsia Melancong Ke Australia, Demi Islam &...
Siri 2: Inikah Rahsia Melancong Ke Australia, Demi Islam &...
Siri 11: Orang Balik Pulau (P.Pg), Kini Berada Di Christma...
Siri 12: Jalan Tutup, Beri Ketam Lalu. Keganjilan Tahunan D...
Siri 12: Jalan Tutup, Beri Ketam Lalu. Keganjilan Tahunan D...
KATANNING adalah sebuah pekan kecil yang terletak kira-kira 250 km ke arah selatan Perth, Australia. Di sini terdapat komuniti Melayu Muslim yang cukup solid. Sebahagian besar dari mereka berasal dari dari Cocos Island alias Pulau Kelapa.
Generasi pertama Melayu itu datang untuk memenuhi keperluan tenaga kerja sembelih kambing. Para penyembelih Muslim itu diperlukan untuk memproduksi daging kambing halal. Kini, jumlah Melayu Muslim hampir 10 % dari lebih 5,000 penduduk pekan ini.
Di kota kecil ini ada sebuah masjid besar lengkap dengan madrasah atau sekolah Islam. Di masjid itu didirikan solat Jumaat. Masjid Katanning berukuran cukup besar lebih besar dari masjid yang ada di pusat kota Perth (mengikut maklumat beberapa tahun lalu. Masjid ini diresmikan tahun 1981 oleh Tunku Abdur Rahman Putra, bekas Perdana Menteri Malaysia pertama.
Masyarakat Muslim di Katanning hampir semuanya, kecuali satu-dua orang Indonesia, Somalia atau Afghanistan, adalah berasal dari Cocos Island. Kendati Cocos Island ini bahagian dari Australia (masuk dalam wilayah Western Australia), namun penduduk setempat lebih merasa diri sebagai orang Melayu.
Di Katanning, mereka sangat menjaga identiti kemelayuan ini, termasuk bahasa Melayu yang masih dipakai hingga kini. Kerana itu, tak hairan ketika berhasil membangun masjid, PM Malaysia pulalah yang mereka daulat untuk merasmikan. Masjid itu didirikan di atas tanah yang cukup luas, pada tahun 1970-an dibeli oleh komuniti Muslim Katanning dengan harga A$3,500.
Nampaknya masjid ini telah mengalami renovasi semenjak didirikan. Semasa berada di dalam masjid Katanning ini, kita akan merasa berada di sebuah tempat di Malaysia atau Indonesia. Hampir semua hiasan dan perabot di dalam masjid ini sangat ‘Melayu’. Papan pengumuman berbahasa Melayu, dan hiasan kaligrafi di dinding diberi terjemahan bahasa Melayu.
Di kanan-kiri mihrab terdapat kaligrafi berpigura, yang isinya lafal niat salat tahiyyat masjid, dan lafal niat iktikaf. Keduanya disertai terjemahan dalam bahasa Melayu. Bahkan dalam solat Jumaat, khutbah pun disampaikan dalam bahasa Melayu.
Pembukaan masjid ini di rasmikan oleh Tunku Abdul Rahman bekas Perdana Menteri Malaysia pertama, pada tahun 1981.
Perjalanan melalui jalan raya Perth-Katanning dapat ditempuhi dalam waktu 3 jam. Sebahagian besar jalan raya antara kedua kota adalah freeway dengan kecepatan maksimal 110 km/jam. Jalan yang cukup lapang sepi, bebukitan kecil dan langit bersih. Dedaunan beberapa jenis pohon pemandangan di kanan-kiri jalan, beberapa peternakan biri-biri yang membuat tingkahan bersama hijaunya padang rumput dan birunya langit.
Seorang, Abdul Ghafar Karim Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menulis catatan perjalanannya ke Katanning..
"Siang, sedikit lepas dzhuhur, kami sampai di Katanning. Begitu membelok ke arah kiri dari Great Southern Hwy menuju pusat kota, mata saya menangkap sebuah spanduk berukuran sedang, yang tergantung di sebuah tiang di bunderan dekat lintasan kereta-api. Di spanduk itu terdapat gambar tiga buah ketupat, dan tulisan huruf latin yang kaligrafis.
Tulisan itu berbahasa Melayu: “Selamat Hari Raya Aidil Fitri“. Setelah melintasi bunderan, terlihatlah pula bahwa spanduk itu memiliki dua muka, dan di sisi sebaliknya terdapat gambar bintang dan bulan sabit, serta tulisan latin dalam bahasa Arab: “Eid Mubarak“.
Masyarakat Muslim di Katanning hampir semuanya, kecuali satu-dua orang Indonesia, Somalia atau Afghanistan, adalah berasal dari Cocos Island. Kendati Cocos Island ini bahagian dari Australia (masuk dalam wilayah Western Australia), namun penduduk setempat lebih merasa diri sebagai orang Melayu.
Di Katanning, mereka sangat menjaga identiti kemelayuan ini, termasuk bahasa Melayu yang masih dipakai hingga kini. Kerana itu, tak hairan ketika berhasil membangun masjid, PM Malaysia pulalah yang mereka daulat untuk merasmikan. Masjid itu didirikan di atas tanah yang cukup luas, pada tahun 1970-an dibeli oleh komuniti Muslim Katanning dengan harga A$3,500.
Nampaknya masjid ini telah mengalami renovasi semenjak didirikan. Semasa berada di dalam masjid Katanning ini, kita akan merasa berada di sebuah tempat di Malaysia atau Indonesia. Hampir semua hiasan dan perabot di dalam masjid ini sangat ‘Melayu’. Papan pengumuman berbahasa Melayu, dan hiasan kaligrafi di dinding diberi terjemahan bahasa Melayu.
Di kanan-kiri mihrab terdapat kaligrafi berpigura, yang isinya lafal niat salat tahiyyat masjid, dan lafal niat iktikaf. Keduanya disertai terjemahan dalam bahasa Melayu. Bahkan dalam solat Jumaat, khutbah pun disampaikan dalam bahasa Melayu.
Pembukaan masjid ini di rasmikan oleh Tunku Abdul Rahman bekas Perdana Menteri Malaysia pertama, pada tahun 1981.
Perjalanan melalui jalan raya Perth-Katanning dapat ditempuhi dalam waktu 3 jam. Sebahagian besar jalan raya antara kedua kota adalah freeway dengan kecepatan maksimal 110 km/jam. Jalan yang cukup lapang sepi, bebukitan kecil dan langit bersih. Dedaunan beberapa jenis pohon pemandangan di kanan-kiri jalan, beberapa peternakan biri-biri yang membuat tingkahan bersama hijaunya padang rumput dan birunya langit.
Jalan ke Katanning..lurus selurus lurusnya..kiri kanan lautan padang ragut dan padang canola yang cantik..Sesekali nampak gerombolan kambing biri biri..
Seorang, Abdul Ghafar Karim Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menulis catatan perjalanannya ke Katanning..
"Siang, sedikit lepas dzhuhur, kami sampai di Katanning. Begitu membelok ke arah kiri dari Great Southern Hwy menuju pusat kota, mata saya menangkap sebuah spanduk berukuran sedang, yang tergantung di sebuah tiang di bunderan dekat lintasan kereta-api. Di spanduk itu terdapat gambar tiga buah ketupat, dan tulisan huruf latin yang kaligrafis.
Tulisan itu berbahasa Melayu: “Selamat Hari Raya Aidil Fitri“. Setelah melintasi bunderan, terlihatlah pula bahwa spanduk itu memiliki dua muka, dan di sisi sebaliknya terdapat gambar bintang dan bulan sabit, serta tulisan latin dalam bahasa Arab: “Eid Mubarak“.
"Dari bunderan dengan spanduk idul fitri ini, kami terus ke arah utara sedikit, dan berhenti sejenak di bagian yang nampaknya adalah pusat kota. Kami keluar dari mobil untuk melihat-lihat suasana sekitar, ketika tiba-tiba seorang pemuda berambut ikal sedikit gondrong mendekati kami.
“Assalamu’alaikum,” ia menyapa sambil tangannya memberi isyarat ke arah Miming, istri saya: ia mengenali kami sebagai Muslim karena melihat seorang perempuan berkerudung.
“Wa’alaikum salam”, kami menjawab sapaannya. Ia kemudian, dalam bahasa Melayu, memberitahukan pada kami tempat-tempat untuk membeli makanan halal, serta bahwa esok salat Jumat akan dimulai jam 1 siang.
“Assalamu’alaikum,” ia menyapa sambil tangannya memberi isyarat ke arah Miming, istri saya: ia mengenali kami sebagai Muslim karena melihat seorang perempuan berkerudung.
“Wa’alaikum salam”, kami menjawab sapaannya. Ia kemudian, dalam bahasa Melayu, memberitahukan pada kami tempat-tempat untuk membeli makanan halal, serta bahwa esok salat Jumat akan dimulai jam 1 siang.
Usai berbincang dengan pemuda tadi (keesokan harinya saya akan tahu bahwa pemuda ini adalah adalah seorang seniman bernama Shahran, dan bahwa ialah yang membuat spanduk idul fitri itu, atas permintaan Islamic Association of Katanning[IAK]), kami berputar-putar sejenak mengitari kota Katanning yang sama sekali tak memiliki traffic-light ini. "
Begitu tulis beliau, beberapa tahun lalu.
Kesimpulannya:
Inilah hasil dari penghijrahan. Orang Islam berhijrah, tentulah membawa bersama-sama agama mereka. Bagaikan Nabi SAW menubuh masjid pertama semasa hijrah ke Madinah. Di mana ada orang Islam, di situlah ada masjid. Ada masjid, akan ada kepimpinanan atau Imam.
Cuma di Katanning itu, masjid dan orang-orangnya agak unik, kerana bercirikan Islam dan bangsa Melayu. Setelah dua pulau bercirikan Melayu/Islam yang hampir kedudukannya dengan negara Indonesia, tetapi termasuk di bawan tadbiran Australia, kini di Katanning, di tanah besar benua Australia itu pula sudah wujud Kampung Melayu Islam.
Kita tunggu masjid 'Katanning Kedua' pula. Kalau Kataning pertama dulu, mereka adalah penyembeleh kambing, mungkin Katanning kedua ini akan terdiri dari pekerja-pekerja ladang petik buah anggur, limau, apel dan lain-lain.
Itu sebabnya, weblog ini mempromosi bekerja ladang di Australia. Bermula sebulan ke depan (Ogos/Sept 2015) musim pekerja-pekerja ladang buat duit. Kunjungilah beramai-ramai demi agama dan jihad..
Untuk keterangan lanjut mengenai kerja-kerja di Australia sila hubungi
Tel di Malaysia, sila pakai no 014 2225865. (Ibnu Hasyim akan menjawab, buat masa ini.) e-mil Ibnu Hasyim: ibnuhasyim@gmail.com
Video:
Begitu tulis beliau, beberapa tahun lalu.
Kesimpulannya:
Inilah hasil dari penghijrahan. Orang Islam berhijrah, tentulah membawa bersama-sama agama mereka. Bagaikan Nabi SAW menubuh masjid pertama semasa hijrah ke Madinah. Di mana ada orang Islam, di situlah ada masjid. Ada masjid, akan ada kepimpinanan atau Imam.
Cuma di Katanning itu, masjid dan orang-orangnya agak unik, kerana bercirikan Islam dan bangsa Melayu. Setelah dua pulau bercirikan Melayu/Islam yang hampir kedudukannya dengan negara Indonesia, tetapi termasuk di bawan tadbiran Australia, kini di Katanning, di tanah besar benua Australia itu pula sudah wujud Kampung Melayu Islam.
Kita tunggu masjid 'Katanning Kedua' pula. Kalau Kataning pertama dulu, mereka adalah penyembeleh kambing, mungkin Katanning kedua ini akan terdiri dari pekerja-pekerja ladang petik buah anggur, limau, apel dan lain-lain.
Itu sebabnya, weblog ini mempromosi bekerja ladang di Australia. Bermula sebulan ke depan (Ogos/Sept 2015) musim pekerja-pekerja ladang buat duit. Kunjungilah beramai-ramai demi agama dan jihad..
Untuk keterangan lanjut mengenai kerja-kerja di Australia sila hubungi
Tel di Malaysia, sila pakai no 014 2225865. (Ibnu Hasyim akan menjawab, buat masa ini.) e-mil Ibnu Hasyim: ibnuhasyim@gmail.com
Bersambung, Insya Allah.
Video:
Friday, July 24, 2015
BigBang Bakal Gegar Akhlak Remaja KL Jumaat Ini..
HALAMAN HIBURAN
KL: Akhlak remaja Malaysia di Kuala Lumpur, bakal digegarkan oleh kumpulan K-Pop terkenal, BigBang selama dua hari bermula esok, di Stadium Putra Bukit Jalil.
Mengapa dikatakan 'Akhlak remaja Malaysia bakal digegarkan', ialah kerana program-program beginilah yang mempunyai saham besar dalam menggegar dan menghancurkan gaya hidup belia-belia ke arah menjauh dari agama dan pembangunan negara dalam ertikata yang sebenarnya.
Kesedaran seperti inilah yang masih belum ada pihak-pihak kerajaan yang memerintah.
Ini dapat dibuktikan apabila wakil penganjurnya, IME Productions, Rachel berkata tiket acara BigBang 2015 World Tour [Made] In Malaysia pada 25 Julai ini telahpun habis dijual manakala tiket pada 24 Julai juga hampir habis dijual.
Malaysia merupakan negara keenam lokasi konsert jelajah kumpulan itu selepas Korea Selatan, China, Hongkong, Thailand dan Singapura dan populariti kumpulan idola Korea Selatan itu dijangka bakal menarik sejumlah besar peminat antarabangsa ke sini.
Kumpulan BigBang terdiri daripada lima anak muda iaitu G-Dragon, T.O.P, Taeyang, Daesung, dan Seungri dan terkenal dengan lagu hits mereka "Haru-Haru" dan "Fantastic Baby" yang mendapat tontonan lebih 150 juta di YouTube (IH).
W/Rakyat PAS Lompat Parti Perlu Kosongkan Kerusi. -PAS S'gor.
Ahli Dewan Undangan Negeri (Adun) dan ahli Parlimen daripada PAS yang berhasrat meninggalkan parti bagi menyertai Gerakan Harapan Baru (GHB) perlu mengosongkan kerusi yang dimenangi terlebih dulu, kata Setiausaha PAS Selangor Mohd Khairuddin Othman.
Beliau berkata ini kerana kerusi berkenaan ditandingi dan dimenangi atas tiket PAS.
"Mengapa terlalu lama untuk isytiharkan diri keluar PAS? Kenapa perlu berselindung?," katanya dalam kenyataan mengulas laporan sebuah akhbar berbahasa Inggeris hari ini yang menyebut 3 wakil rakyat Selangor dikatakan menjadi sebahagian daripada GHB.
Adun Morib Hasnul Baharuddin; Adun Hulu Klang Saari Sungib; dan Ahli Parlimen Kota Raja Siti Mariah Mahmud (gambar), dilapor berkata mereka adalah sebahagian daripada GHB yang diuar-uar akan menggantikan PAS dalam pakatan pembangkang.
Bekas timbalan presiden PAS Mohamad Sabu minggu lepas mengumumkan penubuhan GHB yang terdiri daripada pemimpin kanan PAS yang gagal dalam pemilihan parti bulan lepas.
GHB yang mengemukakan permohonan pendaftaran sebagai sebuah parti politik, dilihat sebagai pengganti PAS dalam gabungan pembangkang Pakatan Rakyat (PR) selepas DAP dan PAS memutuskan hubungan. Rakan kongsi ketiga dalam PR ialah PKR.
Khairuddin yang juga Adun Paya Jaras berkata PAS Selangor menyerahkan sepenuhnya kepada PAS pusat berhubung tindakan yang bakal diambil terhadap wakil rakyat parti itu yang berpaling tadah. - Bernama, 23 Julai, 2015.
Subscribe to:
Posts (Atom)