Pulau Salah Nama. Melihat bentuk pulau dari bukit, pulau ini memiliki latar belakang yang unik dan aneh.
Catatan Perjalanan Ibnu Hasyim, Batubara 2
PAGI-PAGI hari pertama di Batubara saya dibawa berkeliling, menyusuri pantai dan kilang-kilang perusahaan. Meredah bandar dan kampung. Melihat pembangunan terus merancak.
Nama Batu Bara asalnya dari kata Batubahara. Kabupaten Batubara berpotensi berkembang menjadi daerah industri, di mana Kuala Tanjung telah ditetapkan menjadi Daerah Ekonomi Khusus. Pioneer berkembangnya wilayah ini adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) kilang peleburan aluminium satu-satunya di Asia Tenggara, perusahaan patungan, PT Multimas Nabati Asahan (MNA) memproduksi minyak goreng Sania dan lain-lain.
Gambar-gambar yang diambil hari itu.
Kami singgah disebuah restoran kelas menengah yang agak menarik. Bertemu ramai lagi kawan-kawan team penggerak Pak Lurah Pangkalan Dodek Baru Medang Deras, Kebupaten Batu Bara, iaitu Mad Yani, kawan kita.
Mad Yani Pak Lurah atau pengulu bergaji tetap bagi Pangkalan Dodek Baru Medang Deras, Kebupaten Batu Bara.
Beliau, seorang pemimpin masyarakat yang ganjil dan sentiasa bersama rakyat, menjawat jawatan itu atas pilihan penduduk. Tidak pakai mobil. Berjanji segala khidmat dari Kantor Lurahnya untuk rakyat, yang dulunya kena bayaran sekarang 'gratis' atau percuma tiada bayaran. Bergambar di bilik tamu yang sederhana di kantornya..
"Kalau tuan mahu wisata, melawat atau melancong, ada banyak tempat-tempat menarik di sini." Kata salah seorang dari kawan kami itu.
"Antaranya Pulau Salah Namo.. dan banyak lagi potensi wisata yang masih belum dikelola dengan baik, seperti Danau Laut Tador, Pantai Perjuangan, Pantai Kuala Sipare, Pantai Jono, Istana Lima Laras dan lain-lain." Sambut yang lain.
Ibnu Hasyim (kanan) bersama Syafie antara team penggerak Pak Lurah Mad Yani.
"Kalau bapak nak ke sana, kapan pun bisa kami antarkan!" kata kawan kami yang bernama Ede mempromosi Pulau Salah Namo.
"Melihat bentuk pulau itu dari bukit, ia memiliki latar belakang unik dan aneh. Siapa sangka awalnya pulau tersebut diberi nama organ seksual perempuan karena bentuknya seperti klitoris.
"Namun, belakangan masyarakat nelayan menyadari nama tersebut tidak nyaman disebutkan, sehingga ketika ditanya mereka enggan atau malu menyebutnya dan menuturkan 'Salah Nama'... maka para nelayan pun menggantinya dengan nama Pulau Salah Namo."Sambungnya.
Keindahan Pulau Salah Namo..
Keindahan Pulau Salah Namo..
Pada malam, pemandangan dari kilauan lampu perahu nelayan yang menangkap sotong dan cumi-cumi, membuat suasana kian asyik. Pengunjung duduk di pinggiran batu besar sambil bersantai bersama pasangan yang romantis. Yakni melihat laut, kerlap-kerlip dari lampu kapal, mendengar deburan ombak, dan hawa yang dingin akan jarang dirasakan jika berada di kota.
Di siang harinya, traveller tidak boleh melewatkan kegiatan menaiki puncak bukit di pulau itu, dari atas terlihat pemandangan yang luar biasa indah dari bentuk keseluruhan pulau ini. Tidak perlu khawatir pada terik matahari, kerana boleh berteduh di bawah rimbunnya pepohonan. Begitu romantiknya Pulau Salah Namo.
"Bagaimana kalau pelancong nak pergi ke sana?" Saya tanya.
"Mengunjunginya, dapat menaiki perahu bermotor dari dermaga Tanjung Tiram, sekitar 145 kilometer dari Kota Medan. Kira-kira tidak lebih dari 1 jam menggunakan speedboat.
"Sepanjang perjalanan, hamparan biru laut akan memanjakan mata. Gelombang ombak membuai dan kapal nelayan yang sedang menangkap ikan. Jika beruntung, dapat menikmati tingkah ikan terbang." Jawab kawan kita lagi.
Ikan terbang.. hebatnya keindahan ciptaan Allah SWT.
Akhirnya, berbalik kepada sejarah Batubara, laporan Pemerintah Inggeris dari Penang, Jhon Anderson, mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya 'Mission to The Eastcoast of Sumatra' sebagai berikut:
“Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila dibangun di kalangan penduduk. Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat persegi, dan di salah satu sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang bendera. Lukisan relief manusia diukir di dinding, yang mungkin dewa-dewa Hindu .....”.
Menurut Shadee, dalam bukunya “Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust”, pada permulaan kedatangan Belanda ke Sumatera Timur di tahun 1862, wilayah Pagurawan dan Tanjong berada langsung di bawah jajahan Datuk Lima Puluh dari Batu Bara yang kemudian tunduk pula kepada Siak.
Dalam tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepafa Pemerintah Kerajaan Siak sehingga kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur lepas dari kerajaan Siak. Maka mereka berhubungan langsung dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diikat dengan perjanjian Politik Contract (27 pasal).
Pada tahun 1889 residensi Sumatera Timur terbentuk dan beribukota di Medan. Berdasarkan Sensus Penduduk yang diselenggarakan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933, penduduk asli Batu Bara berjumlah 32,052 jiwa.
Begitu, imbasan sejarah Batubara.
"Bagaimana kalau pelancong nak pergi ke sana?" Saya tanya.
"Mengunjunginya, dapat menaiki perahu bermotor dari dermaga Tanjung Tiram, sekitar 145 kilometer dari Kota Medan. Kira-kira tidak lebih dari 1 jam menggunakan speedboat.
"Sepanjang perjalanan, hamparan biru laut akan memanjakan mata. Gelombang ombak membuai dan kapal nelayan yang sedang menangkap ikan. Jika beruntung, dapat menikmati tingkah ikan terbang." Jawab kawan kita lagi.
Ikan terbang.. hebatnya keindahan ciptaan Allah SWT.
Akhirnya, berbalik kepada sejarah Batubara, laporan Pemerintah Inggeris dari Penang, Jhon Anderson, mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya 'Mission to The Eastcoast of Sumatra' sebagai berikut:
“Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila dibangun di kalangan penduduk. Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat persegi, dan di salah satu sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang bendera. Lukisan relief manusia diukir di dinding, yang mungkin dewa-dewa Hindu .....”.
Menurut Shadee, dalam bukunya “Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust”, pada permulaan kedatangan Belanda ke Sumatera Timur di tahun 1862, wilayah Pagurawan dan Tanjong berada langsung di bawah jajahan Datuk Lima Puluh dari Batu Bara yang kemudian tunduk pula kepada Siak.
Dalam tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepafa Pemerintah Kerajaan Siak sehingga kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur lepas dari kerajaan Siak. Maka mereka berhubungan langsung dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diikat dengan perjanjian Politik Contract (27 pasal).
Pada tahun 1889 residensi Sumatera Timur terbentuk dan beribukota di Medan. Berdasarkan Sensus Penduduk yang diselenggarakan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933, penduduk asli Batu Bara berjumlah 32,052 jiwa.
Begitu, imbasan sejarah Batubara.
Ibnu Hasyim, Catatan Perjalanan Batu Bara2.
ibnuhasyim@gmail.com
ibnuhasyim@gmail.com
Pangkalan Dodek Baru, Medang Deras,
Kebupaten Batu Bara. Indonesia.
Julai, 2016
2 comments:
Makasih krna info tentang areal baru di Indo. Saya dulu kerja bgtu lama di Indon & sudah hampir ke seluruh Indonesia.
Tempat yg paling saya suka ialah Danau Tawuti di Kanupaten Luwu Timur. Sayang gambar banyak terhapus bila hard disk korupt.
Teruskan kembara di Indon sbb negara luas & beranika budaya.
Negeri. Orang2 batak kristian. Katolik. Laknat .....makan. babi....he...hee.....geli....
Relex. Dikampung. Lagi. Baik....
Pasang. Lukah, jerat , jerat. Burung. Kutip. Jering....jual. dapat. Duit. ....duit. halal...
Malam. Sanndat. Sotong....
Sebelum. Tido...
Buat. Anak.....
Bangun. Dari. Tido......
Buat. Anak. Lagi......
Post a Comment