JAKARTA–Banyak pihak yang mendesak Ahok meminta maaf atas pidatonya di Kepulauan Seribu beberapa hari lalu. Diantaranya adalah KH. Abdullah Gymnastiar, Ustadz Felix Siaw termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Namun menanggapi desakan itu, Ahok mengungkapkan, tidak perlu ada perkataan minta maaf atas ucapannya tersebut.
"Enggak ada yang salah. Minta maaf (untuk) apa?”
Jawab Ahok singkat usai nonton bareng film Guru Bangsa Tjokroaminoto di Djakarta Theatre, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2016) seperti disitat dari detik.
Ahok sebelumnya menjelaskan, ada pihak yang sengaja untuk menebar kebencian serta provokasi lewat penggalan video dan disebarkan lewat media sosial terkait ayat Al Quran tersebut.
Menurut Blog Sangpencerah.id 'Prof.Din Syamsuddin: Ahok Telah Menistakan Al Quran',
"Bukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kalau tidak menghasilkan hal kontrovesial di tengah masyarat. Dan kini berlanjut lagi dengan dianggap menghina agama Islam terkait videonya di Kepulauan Seribu yang diunggah ke Youtube, Senin (26/09/2016) lalu.
"Pada video tersebut Ahok mengatakan bahwa Al-Qur’an surat Al Maidah ayat 51 sebagai kitab yang membodohi Umat Islam, “Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka, dibodohin gitu ya gapapa,” ujar Ahok." Jelas Blog Sangpencerah. (IH)
Jakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma'arif atau biasa disapa Buya Syafii mengatakan Gubernur DKI (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak melakukan penghinaan terhadap AlQuran terkait penyataannya saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu.
ReplyDeleteBuya Syafii mengaku telah membaca secara utuh pernyataan Ahok Kepulauan Seribu. Namun, aa mengaku tidak sempat mengikuti pendapat dan pernyataan sikap MUI yang telah dibacakan dengan penuh emosi saat diundang salah satu televisi nasional dan baru belakangan baru membaca pernyataan sikap MUI melalui internet.
"Dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina Alquran dan menghina ulama, sehingga harus diproses secara hukum," ujarnya.
Akan tetapi, menurut Buya Syafii, akal sehatnya mengatakan bahwa Ahok bukan orang jahat yang kemudian ditanggapi beragam oleh berbagai kalangan. Setelah itu, Buya Syafi'i mendapat hujatan cukup banyak dan yang membela pun demikian.
"Semua berdasarkan fatwa MUI yang tidak teliti itu. Semestinya MUI sebagai lembaga menjaga martabatnya melalui fatwa-fatwa yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan bertanggung jawab," katanya.
Ia meminta masyarakat memperhatikan dengan saksama pernyataan Ahok saat berkunjung ke Pulau Seribu beberapa waktu lalu.
"Jika diperhatikan saksama, tidak ada ucapan Ahok yang menghina. Jadi jangan percaya sama orang. 'Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pakai Surat Al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya.' Perhatikan, apa terdapat penghinaan Alquran? Hanya otak sakit saja yang berkesimpulan begitu," katanya.
Apalagi, lanjut Buya Syafii, jika sampai menista langit, jauh dari itu. Kasus yang dikesankan juga menghina ulama, menurutnya, tak perlu dibahas, karena dalam sejarah Muslim, sering muncul ulama jahat dan juga penjilat penguasa dengan fatwa murahannya.
Menurutnya, pokok masalah di sini adalah pernyataan Ahok di depan publik agar jangan percaya pada orang karena di-bohongin pakai surat Al-Maidah 51. Ahok sama sekali tidak mengatakan surat Al-Maidah 51 itu bohong.
"Yang dikritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih dirinya," tegas Buya.
Lebih jauh dikatakan, pendapat gegabah MUI ternyata telah berbuntut panjang. Salah satunya adalah demo 4 November.
"Apakah kita mau mengorbankan kepentingan bangsa dan negara itu akibat fatwa yang tidak cermat itu? Atau apakah seorang Ahok begitu ditakuti di negeri ini, sehingga harus dilawan dengan demo besar-besaran? Jangan jadi manusia dan bangsa kerdil," katanya.