Kantor kecamatan Tanah Abang.
Catatan Perjalanan Ibnu Hasyim Jakarta Bandung (5)
INI, ole-ole dari Jakarta pula, kisahku di Tanah Abang. Tanah Abang adalah sebuah kawasan yang merupakan kecamatan di Jakarta Pusat, terkenal sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Tanah Abang, Central Jakarta City, Special Capital Region of Jakarta, Indonesia.
Padahal dulunya Tanah Abang adalah tempat berjualan kambing, yang kemudian dipugar total menjadi bangunan moden. Kawasan Tanah Abang yang dahulu memiliki terminal bus dan selalu dipadati kendaraan itu memang mempunyai sejarah yang panjang, dan usianya pun sudah ratusan tahun.
Ada banyak versi mengenai asal usul penamaan Tanah Abang. Ringkasnya..
Satu:
Hingga akhir abad ke-19 kawasan itu bernama Nabang. Pada masa itu para kondektur angkutan atau kenderaan awam sering meneriakkan jalurnya “Nabang, Nabang, ayo ke Nabang.”
Dalam penulisan formal zaman Hindia Belanda, diberi partikel “De” sehingga menjadi De Nabang. Nabang sendiri adalah jenis pohon yang tumbuh di atas bukit di kawasan tersebut.
Penduduk sekitar menyebut “Tenabang” sebagai plesetan dari De Nabang. Lantaran dikira itu benar Tenabang, maka peusahaan jawatan kereta api pada tahun 1890 mencoba “meluruskan” dengan memberi nama Tanah Abang.
Dua:
Dihubungkan dengan penyerangan Kota Batavia oleh pasukan Mataram pada tahun 1628. Serangan dilancarkan ke arah kota melalui daerah selatan iaitu Tanah Abang.
Tempat tersebut digunakan sebagai pangkalan, kerana kondisinya berupa tanah bukit dengan daerah rawa-rawa dan ada Kali Krukut di sekitarnya. Kerana tanahnya yang merah, maka merek menyebutnya “tanah abang” yang dalam bahasa Jawa bererti merah.
Tiga:
Menyebutkan bahawa Tanah Abang dari kata “abang dan adik,” iaitu dua orang besaudara kakak dan adik. Kerana adiknya tidak mempunyai rumah, dia minta kepada abangnya untuk mendirikan rumah.
Tanah yang ditempati disebut tanah abang, dan populer hingga sekarang dengan sebutan Tanah Abang. Nama Tanah Abang mulai dikenal ketika seorang kapten China bernama Phoa Bhingam meminta izin ke pemerintah Belanda untuk membuat terusan pada 1648.
Maka nama Tanah Abang dikenal sampai sekarang. (Sila rujuk buku Zaenuddin HM,“212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe" terbitan Ufuk Press Oktober 2012).
Jakarta menurut penyanyi Ebiet G. Ade..
Ebiet G. Ade - Jakarta I
Ebiet G. Ade - Jakarta II
Hari ini saya berada di Tanah Abang, sekitar Thamrin City. Aku tinggal di sebuah hotel murah, tiada bintang. Tak pernah akun jumpa hotel semurah itu di Jakarta. Harganya 180,000 Rp. kira-kira RM60. Ada hawa dingin, bilik air dalam, dua katil, kantin hotel dan lain-lain.
Dalam kawasan yang ramai penghuni-penghuni rakyat Indonesia keturunan Arab. Suasana agak Islamik, jarang terjumpa wanita-wanitanya tidak berhijab. Padaku, tempat itu sangat selesa, tempat makan mudah, beli-belah pun mudah, dan amat sesuai dengan jiwaku, seorang pengembara yang tidak banyak wang.
Situs penting di Pusat Grosir Tanah Abang lainnya adalah Mesjid Al-Makmur. Mesjid ini tumbuh bersama Pasar Tanah Abang, meskipun usianya lebih tua 31 tahun. Dibangun tahun 1704–dari Pasar Tanah Abang yang dibangun tahun 1735. Cikal bakal Mesjid Al-Makmur yang berlokasi di Jl. K.H Mas Mansyur No.6 ini adalah sebuah mushala atau langgar berukuran 12 X 8 meter yang dibangun oleh KH. Muhammad Asyuro.
Asyuro adalah bangsawan keturunan Kerajaan Mataram yang menyerbu Batavia tahun 1628. Kedua anak KH Muhammad Asyuro–KH.Abdul Murod Asyuro dan KH. Abdul Somad Asyuro–meneruskan aktivitas dakwah ayah mereka serta pembangunan Mesjid Al-Makmur sampai masuk ke abad 20.
Berdirinya Pasar Tanah Abang tahu 1735 memicu pertambahan penduduk di kawasan Tanah Abang yang dengan sendirinya ikut menambah jumlah jemaah Mesjid Al-Makmur. Langgar itu terasa sempit oleh banyaknya umat yang melaksanakan ibadah di dalamnya. Atas inisiatif tokoh masyarakat Tanah Abang keturunan Arab–Habib Abu bakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Habsyi–tahun 1915 langgar diubah menjadi masjid besar berukuran 44 meter x 28 meter.
Perluasan dimungkinkan karena adanya tanah wakaf dari Habib Abu bakar. Hebatnya arsitektur mesjid dibuat oleh seorang arsitek Belanda. Mesjid yang dibangun di atas tanah wakaf seluas 1.142 m2, ini kemudian diberi nama Al-Makmur. Habib Abu Bakar Alhabsyi adalah salah seorang pendiri rumah yatim piatu Daarul Aitam di jalan yang sama. Biaya pembangunan masjid ini sebesar f 35.000 juga ditanggung sendiri oleh Habib Abu Bakar.
Itu sebabnya mengapa dalam struktur badan pengurus Yayasan Misigit Djemat Tanah Abang Al-Mansoer (1914) selalu terdapat empat anggota keturunan Arab dan tiga orang muslim lainnya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk ungkapan terima kasih yang sangat besar atas jasa-jasa sang habib. Tahun 1932 Mesjid Al-Makmur diperluas ke arah utara seluas 508 m2. Perluasan di atas tanah wakaf Salim Bin Muhammad bin Thalib itu, pada tahun 1953 ditambah pula dengan sebidang tanah milik mesjid di bagian belakang seluas 525 m2, sehingga luas total mesjid menjadi 2.175 m2.
Ketika masih ada kuburan wakaf–kini jadi rumah susun Tanah Abang– warga keturunan Arab yang meninggal dimakamkan di kuburan tersebut setelah jenazahnya dishallatkan di Mesjid Al-Makmur. Kini masih terdapat 3 kuburan yang dikeramatkan di dalamnya, dan para peziarah masih sering mendatanginya. Arsitektur mesjid ini menyerupai arsitektur mesjid di Timur Tengah. Bangunan kubah utamanya berwarna hijau.
Kesan klasik mencuat di dalamnya, karena kusen pintu dan jendela bergaya arsitektur abad ke-17. Bagian bawah mesjid berbentuk segi empat yang mengecil di bagian atas menyerupai topi bishop atau kupola. Sedangkan puncak kedua menara yang mengapit kubah utama berbentuk bawang seperti lazimnya kubah-kubah mesjid di mana-mana. Posisi kubah dan sepasang menara tersebut menyerupai bentuk arsitektur mesjid di Asia Barat di mana pintu masuk utamanya diapit oleh dua menara tinggi.
Bangunan masjid Al Makmur menerima penghargaan Sertifikat-Sadar Pemugaran 1996. Mesjid ini dapat menampung 5,200 jamaah dan masih sering digunakan sebagai tempat musyawarah bagi Pemda DKI dan tokoh-tokoh masyarakat Tanah abang, seperti yang terlihat saat Pemda DKI menertibkan Pasar Tanah Abang Agustus 2013.
Sebelum penertiban dilakukan mesjid yang sangat bersejarah bagi warga Tanah Abang dan Kota Jakarta ini merasa dihimpit lapak para PKL dan area parkir liar yang dikelola oleh ‘anak-anak wilayah’. Kini sosoknya yang cantik sudah bias dinikmati kembali seutuhnya, kecuali halamannya yang terasa sempit akibat proyek pelebaran jalan dan pembuatan underpass K.H. Mas Mansyur beberapa tahun lalu.
Kita rihat dulu dan akan bersambung lagi, insya Allah!
Bangunan masjid Al Makmur menerima penghargaan Sertifikat-Sadar Pemugaran 1996. Mesjid ini dapat menampung 5,200 jamaah dan masih sering digunakan sebagai tempat musyawarah bagi Pemda DKI dan tokoh-tokoh masyarakat Tanah abang, seperti yang terlihat saat Pemda DKI menertibkan Pasar Tanah Abang Agustus 2013.
Sebelum penertiban dilakukan mesjid yang sangat bersejarah bagi warga Tanah Abang dan Kota Jakarta ini merasa dihimpit lapak para PKL dan area parkir liar yang dikelola oleh ‘anak-anak wilayah’. Kini sosoknya yang cantik sudah bias dinikmati kembali seutuhnya, kecuali halamannya yang terasa sempit akibat proyek pelebaran jalan dan pembuatan underpass K.H. Mas Mansyur beberapa tahun lalu.
Kita rihat dulu dan akan bersambung lagi, insya Allah!
Ibnu Hasyim
Tel 014 222 5865 (KL)
27 Jan 2017
Lihat secara keseluruhan..
E-Buku IH-113: Islam & Peluang Kerja Di Korea Selatan.
Lihat secara keseluruhan..
E-Buku IH-113: Islam & Peluang Kerja Di Korea Selatan.
No comments:
Post a Comment