CATATAN PERJALANAN IBNU HASYIM
PETANG itu beberapa hari lepas, aku yang menaiki ojek atau motosikal tambang sampai ke hujung kampung di Tanjung Riau, Pulau Batam Indonesia. Melalui di celah rumah-rumah tua nelayan kampung Melayu yang berhujung dengan laut.
Aku bersama pemandu ojek singgah disebuah kedai minum, yang penjualnya adalah wanita dan keluarganya. Setelah kami perkenalkan diri wanita yang tua antara mereka berkata..
"Kampung Tanjung Riau ini menjadi kampung tua sejak tahun 2008 lalu. Sejak tahun 2014, telah bersertifikat resmi dari Badan Pemerintah terkait, seperti BP Batam, Pemko, dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
"Kampung Tanjung Riau memiliki berpenduduk kira-kira 2,300 kepala keluarga. Kampung Tua Tanjung Riau masuk dalam wilayah Kecamatan Sekupang Kota Batam."
Apabila mengetahui saya orang luar, dia terus bercerita dengan penuh bersemangat, jelasnya lagi..
"Tanjung Riau mulanya diperuntukkan sebagai tempat pertemuan para raja atau kerabat diraja Kerajaan Riau Lingga. Daerah ini dijadikan sebagai tempat mengatur strategi dalam upaya mengusir penjajah. Para kerabat diraja tidak hanya datang dari Penyengat dan Tanjungpinang tapi juga ada yang berasal dari Siak Sri Inderapura dan Inderagiri."
"Siapa yang mula buka Tanjung Riau ini? Tanya pemandu ojek.
"Tanjung Riau dibuka oleh To’ Keling dan To’ Usu atas perintah dari Penyengat pada tahun 1918." Jelas wanita itu.
Menurutnya, daerah ini diapit oleh dua sungai yakni Sungai Temiang dan Sungai Pembunuh atau Sungai Harapan. Masyarakat pada waktu itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang merupakan utusan kerajaan. Sedangkan tempat berhampiran yang ramai penduduknya adalah Teluk Senimba sebagai kampung bagi orang-orang Melayu.
Salah satu pemandangan laut di Kampung Tua Tanjung Riau
Sebenarnya, nama Batam sendiri dahulunya adalah Pulau Batang, yang ditandai pada sebuah peta perlayaran VOC tahun 1675 yang masih tersimpan di perpustakaan Universiti Leiden. Bahkan sumber lain menyebutkan nama Batam saat ini hanya ditemukan di Traktat London tahun 1824.
Menurut sejarah, Batam pertama kali dihuni oleh orang Laut, sebutan lain untuk orang Laut ini adalah orang Selat. Diperkirakan merekalah suku asli Batam yang ber-ras Melayu. Orang Selat ini menghuni Batam pertama kali pada 231 M yang disebut Pulau Ujung pada zaman Singapura. Namun, ada pula menyebutkan pulau yang pernah dijadikan medan peperangan oleh Laksamana Hang Nadim menumpas penjajah ini, telah ditempati oleh Orang Selat pada abad ke 14, atau tepatnya diakhir tahun 1300an.
Mereka menempati wilayah ini sejak zaman kerajaan Tumasik, yang kini disebut Singapura. Pulau Batam masa itu dipimpin oleh Laksamana Hang Nadim, berpusat di Bentang, kini di sebut Pulau Bintan. Lalu dipimpin pula oleh Sultan Johor hingga pertengahan abad ke 18 yang mana kerajaan Malaka masa itu di puncak kejayaan... Hingga terbentuklah kerajaan Riau Lingga yang dipimpin oleh Yang Dipertuan Muda Riau.
Kemudian dari berbagai silsilah keluarga kerajaan Melayu ini disebut-sebutlah nama Raja Isa. Raja Isa sendiri adalah Putra dari Raja Ali dengan Permaisurinya yang bernama Raja Buruk binti Raja Abdulsamad. Raja Ali sendiri adalah cucu dari Yang Dipertuan Muda Riau V ibni Daeng Kamboja Yang Dipertuan Muda Riau III. Dari silsilah keluarga kerajaan tersebut, jelaslah bahawa Raja Isa masih keturunan Yang Dipertuan Muda Riau.
Pada zamannya, Raja Isa adalah tokoh penting dalam keluarga kerajaan Riau. Raja Isa juga membuka sebuah perkampungan baru di Batam yang kemudian diberi nama ' Nongsa'. Ada dua sumber fakta..
- Sumber Belanda dari tahun 1833 [Beknoopte Aantekening over het Eiland Bintang 1833]
- dan 1837 [Beknopte Aantekening van Het Eiland Bintang Nederlansch Etablissant en Eenige daar toe Behoorende Eilande 1837] yang masih tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Hingga akhir kejayaan kerajaan Melayu pada abad 1911, Batam dipimpin oleh Raja Jaafar yang kemudian dihapuskanlah Kerajaan Riau-Lingga oleh penjajah Hindia Belanda pada tahun 1913.
Batam hari ini..
Objek Wisata Pantai Nongsa Batam
Juga indahnya Batam?
Setelah runtuhnya sistem Kerajaan Riau-Lingga, maka di era 1960an, Batam ditunjuk sebagai basis logistik minyak bumi yang bersumber di Sambu. Lalu, sepuluh tahun kemudian, Batam ditetapkan sebagai Lingkungan Kerja Daerah Industri dengan dukungan dari Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam yang dikenal sebagai Badan Otorita Batam, berlandaskan pada Kepres no. 41 tahun 1973.
Dilanjut dengan disahkannya Peraturan Pemerintah pada tahun 1980an, dengan no.34 tahun 1983 yang menegaskan bahwa Kecamatan Batam ditingkatkan menjadi Kotamadya Batam yang bertugas menjalankan Administrasi Pemerintahan dan Kemasyarakatan dan mendukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam.
Pada akhir tahun 1990an, berdasarkan pada Undang-Undang no.53 tahun 1999, maka Kotamadya Batam disahkan menjadi Daerah Otonomi untuk menjalankan fungsi Pemerintahan dan Pembangunan dengan bekerjasama dengan Badan Otorita Batam. Lalu, setelah melalui proses panjang selama hampir 2 tahun, akhirnya dikeluarkanlah Undang-Undang no.25 tahun 2002 tentang pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.
Maka jadilah Batam sebagai kota industri kini. Apakah pembangunan Batam akan terus menjadi seperti Pulau Singapura yang terkeluar dari kekuasaan anak pribumi? Dari kisah kekuasaan raja-raja Melayu 'lagenda Singapura Dilanggar Todak' sehingga pribumi Melayu jadi rakyat kelas 3 di sana sekarang?
Atau dikatakan seperti yang sedang diikuti oleh pulau-pulau di utara Jakarta yang kononnya sedang menangani pembangunan sekarang?
Insya Allah, bersambung..
Ibnu Hasyim, Catatan Perjalanan.
ibnuhasyim@gmail.com
Tanjung Riau, Batam.
ibnuhasyim@gmail.com
Tanjung Riau, Batam.
Ogos 2017
Lihat sebelum ini..
- Misteri Bangsa Indo Ini Berasal Dari Taiwan.. -Ibn...
- Ku Jumpai Suku Sakai Di Sumatera Ini.. -Ibnu Hasyi...
- Misteri Lagu Nina Bobo, Misi Penjajah Kristian/Be...
Lihat ..
E-Buku IH-113: Perjalanan Ke Pulau Singa.
No comments:
Post a Comment