Baldatun Thayyibatun merupakan istilah yang tidak asing bagi kaum muslimin. Alangkah baiknya jika kemudian diiringi dengan mengetahui profil negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur tersebut, dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir dan sejarah Islam. Negeri manakah yang dimaksudkan?
Dalam al-Qur’ân al-Karim, Allâh SWTmengkhabarkan perihal negeri yang sukses, atau Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Allâh SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
- Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, iaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb yang Maha Pengampun”. [Saba’/34:15].
Imam ath-Thabari rahimahullah menukil dari Imam Mujahid rahimahullah, bahawa yang dimaksud dengan Baldatun Thayyibatun adalah kota ash-Shan’a.[1] Syaikh as-Sa’di menyebutkan, Saba’ adalah sebuah kabilah yang cukup terkenal di semenanjung Negeri Yaman. Tempat tinggal mereka disebut dengan Ma’rib.[2] Al-Khazin ketika menafsirkan makna dari kalimat ” مَسْكَنِهِمْ” ,( di tempat kediaman mereka) ia berkata: “Iaitu kota Ma’rib yang terletak di Negeri Yaman”. Dan yang dimaksud dengan Baldatun Thayyibatun adalah Negeri Yaman.[3]
Adapun keutamaan Negeri Saba’ telah diceritakan dalam al-Qur’ân al-Karim, diantaranya, dahulu Saba’ adalah negeri yang subur dan makmur. Kesuburan tanahnya dilukiskan dari terlihatnya di kiri kanan jalan penuh kebun-kebun menghijau, dihiasi dengan pohon-pohon berbuah lebat. Buah-buahan yang ada juga digambarkan dengan segala sifat kelazatan dan keistimewaan dibandingkan dengan buah-buahan yang ada di tempat lain di bumi.
Sehingga yang berjalan di seluruh Negeri Saba’ tak pernah merasakan lelah, haus, dan lapar, kerana jika ingin makan, tinggal memetik aneka macam buah yang terdapat di sepanjang jalan. Sehingga sejauh dan seberat apa pun perjalanan, senantiasa terasa dekat dan ringan. Ahli tafsir di kalangan tabi’in, seperti Qatâdah, dan yang lain menggambarkan betapa subur dan makmur Negeri Saba’ itu ; digambarkan, seorang wanita berjalan di bawah pepohonan dengan memanggul keranjang di atas kepalanya untuk mewadahi buah-buahan yang berjatuhan, maka keranjang itu penuh tanpa perlu susah payah memanjat atau memetiknya.[4]
Air di Negeri Saba’ mengalir dan memancar di mana-mana. Air tersebut, bersumber dari bendungan Ma’arib. Sebuah bendungan besar yang mampu menampung curahan air hujan satu kali musim hujan, cukup untuk memenuhi keperluan selama dua atau tiga tahun musim kemarau. Imam asy-Syaukâni menyebutkan dari Imam Abdurrahman bin Zaid tentang firman-Nya (Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka…)
- “Sungguh merupakan tanda kekuasan Allâh SWT pada kaum Saba’ berupa anugerah yang Allâh SWT berikan kepada mereka di tempat kediaman mereka. Mereka tidak pernah melihat adanya hewan-hewan yang berbahaya seperti nyamuk, lalat, kutu, kalajengking, ular dan hewan (pengganggu) lainnya. Bila ada iringan kafilah yang hendak melintas di perkampungan mereka dengan mengenakan pakaian yang dihinggapi oleh kutu-kutu, maka kutu-kutu itupun mati tatkala mereka melihat rumah penduduk Negeri Saba’.”[5]
Demikian keberkahan yang diberikan Allâh SWT kepada Negeri Saba’. Selain itu, tercatat dalam sejarah, penduduknya adalah penduduk yang senantiasa tunduk dan patuh dalam menjalankan perintah Allâh SWT, terbebas dari perbuatan syirik dan zhalim serta selalu mensyukuri nikmat yang Allâh SWT berikan. Sungguh mereka mencintai Allâh SWT dan Allâh SWT mencintai mereka.
Dari sisi akhlak, kaum Saba’ senantiasa meninggalkan pekerjaan yang mengandung unsur kebohongan, baik dalam ucapan maupun tindakan. Kaum Saba’ benar-benar jujur dalam berkata dan bekerja. Sehingga mereka mendapat ganjaran berupa taufik, iaitu peningkatan nilai amal mereka, keunggulan dan keberhasilan yang mencakup semua bidang pekerjaan. Baik berdagang, berternak maupun dalam bidang pertanian.
Predikat mulia, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr yang dahulu pernah diraih oleh kaum Saba’, kini hanyalah sebuah nama tanpa makna. Keberkahannya telah berganti dengan petaka berupa banjir besar yang meluluhlantakkan negeri tersebut. Penyebabnya adalah mereka berpaling dari ketaatan dan peribadatan kepada Allâh SWT, dan kebanyakan mereka tidak bersyukur kepada-Nya.
Demikian pula, jika kita senantiasa bertakwa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , tidak melakukan perbuatan syirik dan selalu bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya, maka gelar kemuliaan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr boleh dimiliki di negeri kita ini.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
- Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [al-A’râf/7:96].
Kemudian firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿٧٠﴾ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
- Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allâh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mangampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allâh dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [al-Ahzâb/33:70-71].
Saba’ merupakan bagian dari Negeri Yaman, terletak di Jazirah Arab. Letaknya berdekatan dengan Saudi Arabia, yang dalam sejarah Islam telah kita ketahui adalah negeri yang memiliki banyak keutamaan, baik negeri maupun penduduknya. Telah dikenal dalam kitab-kitab sejarah Islam betapa banyaknya keutamaan serta kebaikan yang Allâh SWT limpahkan kepada negeri ini, seperti halnya Saba’ yang merupakan bagian dari Negeri Yaman.
Penduduk Negeri Yaman terkenal dengan akhlak yang mulia, baik dahulu kala pada masa jahiliyah maupun sesudah datang Islam. Negeri ini juga dikenal sebagai negeri yang mengeluarkan banyak para ulama, ahli ibadah, ahli sya’ir dan selain daripada yang demikian.
Allâh SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
- Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allâh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allâh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allâh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [al-Mâ-idah/5:54].
Kaum yang Allâh SWT sebutkan di atas, sebagai kaum yang Allâh SWT mencintai mereka dan mereka mencintai Allâh SWT, mereka adalah bangsa Yaman, sebagaimana datang penjelasan tafsir ayat di atas dalam hadits di bawah ini,
عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ الله قَالَ :سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ عَنْ قَوْلِهِ تَعَالَى : فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ ) قَالَ : هَؤُلاَءِ قَوْمٌ مِنَ الْيَمَنِ)
- Dari sahabat Jabir bin Abdillah bahwasanya ia berkata: “Rasûlullâh SAW telah ditanya tentang firman Allâh “maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya“, beliau SAW bersabda: “Mereka adalah sekelompok kaum dari Negeri Yaman”. [HR ath-Thabrani,[6] dihasankan oleh Syaikh al-Albani].[7]
Selain itu dikisahkan pada zaman Rasulullâh, Ahlul-Yaman berbondong-bondong memasuki agama Allâh, sebagaimana dikisahkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , beliau berkata, “Tatkala diturunkan ayat :
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
- ‘Apabila telah datang pertolongan Allâh dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allâh dengan berbondong-bondong,’ [an-Nashr/110:1-2]
Rasûlullâh SAW bersabda :
أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ, هُمْ أَرَقُّ قُلُوْبًا, الإِيْمَانُ يَمَانٍ وَالْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ
- Telah datang kepada kalian penduduk negeri Yaman. Mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, iman itu ada pada Yaman, dan Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada negeri Yaman [HR Imam Ahmad,[8] disahîhkan oleh Syaikh al-Albani][9].
Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Yang demikian itu merupakan pujian kepada penduduk Yaman, kerana mereka adalah kaum yang cepat berimannya, dan keimanan mereka kepada Allâh SWT bagus”.[10]
Dikisahkan pula dalam suatu hadits, Nabi SAW mendo’akan hidayah dan barakah buat penduduk Yaman.
عَنْ أَنَسٍ عَنْ زَيْدٍ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ نَظَرَ قِبَلَ الْيَمَنِ فَقَالَ اللَّهُمَّ أَقْبِلْ بِقُلُوْبِهِمْ وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا وَمُدِّنَا
- Dari Anas RA, dari sahabat Zaid bin Tsâbit RA bahawasanya Nabi SAW mengarahkan pandangannya ke arah Negeri Yaman, kemudian beliau berdoa, ‘Ya Allâh, jadikanlah di hati mereka kelapangan dalam menerima Islam dan berikanlah keberkahan kepada sha’ dan mud kami’.” [HR at-Tirmidzi.[11] Syaikh al-Albani berkata, “Hadits ini adalah hadits hasan shahîh”][12].
Demikianlah seperti yang telah dikisahkan sebelumnya, sebagai salah satu bukti dari janji Allâh SWT untuk orang-orang atau penduduk negeri yang bertakwa, iaitu Negeri Saba’. Negeri berlabel Baldatun Thayyibatun Rabbun Ghafûr. Dan kita memohon kepada Allâh SWT agar menjadikan negeri kita ini sebagai negeri yang diberkahi. Wallâhu Ta’ala ‘alam.
[Rujuk majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVI/1434H/2013. Terbitan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta.]
Footnote
[1]. Tafsir ath-Thabari, 14/284.
[2]. Lihat Tafsir as-Sa’di, 1/677.
[3]. Lubab at-Ta’wîl fi Ma’âni at-Tanzîl, 5/287.
[4]. Lihat al-Bidâyah wa an-Nihâyah, 2/193.
[5]. Fathu al-Qadîr, 4/454.
[6]. Al-Mu’jam al-Ausath, no. 1392.
[7]. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, 13/181.
[8]. Al-Musnad, no. 7723.
[9]. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, 13/182.
[10]. Syarhu as-Sunnah, 14/201.
[11]. Sunan at-Tirmidzi, no. 3924.
[12]. Shahih at-Tirmidzi, no. 3086.
Sekian.
E-Buku IH-118: Siri Politik Islam Masakini -Presiden PAS