SUATU malam, tidak lama setelah Chang Dexiu menikah dan pindah ke bahagian terpencil Cina baratdaya pada tahun 2003, dia mendengar letupan api meledak dua kali dalam waktu setengah jam.
Letupan api adalah tradisi lokal di desa Ganmi di provinsi Sichuan untuk mengumumkan kematian seseorang dalam masyarakat. Chang bertanya kepada suaminya, “Zhong”, apa yang membunuh mereka.. dan jawabannya tetap mengubah dunianya.
"Debu paru-paru," katanya. "Dan aku juga memilikinya."
Itu adalah pertama kalinya Chang, sekarang berusia 43 tahun, telah mendengar tentng penyakit itu, suatu kondisi pekerjaan yang juga dikenal sebagai silikosis. Suaminya dan ramai lelaki lain bekerja di lombong timah dan seng di daerah itu. Jutaan yang menderita sakit, sebahagian besarnya masih tidak dapat disembuhkan dan perlukan bantuan.
Pihak berkuasa telah memperkenalkan beberapa program bagi meringankan beban mereka, bahkan ada juga yang berjuang untuk bertahan tanpa pencari nafkah utama dengan pesakit yang perlukan rawatan.
Silicosis menjangkiti mantan pelombong di operasi timbal dan seng di Hanyuan. Foto: Tom Wang
Death and life in 'widows village' in the heart of China's ...
Chang tidak dapat memberi tahu Zhong sakit ketika mereka diperkenalkan, dan setelah sekitar satu tahun, mereka memutuskan untukberkahwin. Itu adalah pernikahan kedua bagi mereka berdua. Dan Zhong kini memperoleh kerja tetap sebagai sopir teksi.
Bahkan setelah malam letusan bunga api itu, dia menjelaskan mengenai penyakit tersebut kepada Zhong. Dia pikir penyakitnya akan sembuh. Lalu suatu hari, ia diserang flu yang terus berlanjut dan bertambah berat dari hari ke hari.
"Dia memilikinya ketika kita menikah, tetapi saat itu tidak parah, jadi saya tidak tahu dari penampilannya [bahwa dia sakit]," katanya. "Nanti kita sudah menjadi keluarga, dan tidak mungkin aku akan meninggalnya."
Zhong meninggal pada tahun 2017, meninggalkan Chang dengan dua putra dan sebuah rumah yang penuh hutang. Putra yang lebih tua segera meninggalkan desa untuk bekerja dan yang lebih muda, 11, ada di sekolah.
Lebih dari satu dekade ia tinggal di Ganmi, silikosis telah merenggut nyawa 15 lelaki lain di desa, termasuk tiga dari empat saudara lelaki Chang. Lambat laun, Ganmi, dengan sekitar 1,000 orang, dikenal sebagai "desa janda".
Aktivis hak-hak pekerja China ditahan ketika pihak kerajaan cuba menghentikan kempen silikosis. Ketika berita tentang “desa janda” menyebar, para wanita telah menjadi target dari media dan keingintahuan publik yang tidak diinginkan. Tahun lalu, seorang blogger tanpa sengaja membocorkan nomor telefon Chang secara online, dan dia mendapati dirinya berada di pusat pelecehan panggilan telefon.
"Banyak lelaki menelepon saya, bertanya [menggoda] apakah saya perlukan seorang suami," katanya, menambahkan bahawa ada sedikit kekhuatiran terhadap kesulitannya. "Begitu banyak panggilan telefon dan pesan masuk dari seluruh penjuru negeri."
Meskipun demikian, banyak janda di daerah itu telah menikah kembali, termasuk saudara ipar Chang, tetapi Chang belum memikirkannya.
“Keluarga saya sangat miskin, siapa yang akan memikul beban dengan saya?” Katanya.
Kadang-kadang, dia memikirkan almarhum suaminya, berharap ada seseorang yang berbagi beban dengannya. Dia bertahan hidup dengan beras dan minyak dari program penanggulangan kemiskinan pemerintah, dan sejumlah wang dari kerabatnya.
Silikosis adalah penyakit paru-paru yang menjangkiti orang-orang yang bekerja di lingkungan berdebu. Seiring waktu, silika dalam debu dapat menumpuk di paru-paru dan saluran udara, menyebabkan jaringan parut yang membuatnya sulit bernapas. Dengan pengecualian transplantasi paru-paru, tidak ada ubat tetapi perawatan dapat memperpanjang hidup pasien.
Pada 2002, Cina mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan pengusaha untuk menawarkan bantuan medis dan hidup kepada pekerja dengan penyakit akibat kerja. Pejabat kesehatan China memperkirakan bahawa pada akhir 2018, ada 975,000 kes penyakit akibat kerja dan 90 persen di antaranya, atau 873,000, adalah kes paru-paru debu. (IH)
E-Buku IH-126: Kampung Janda Di Dunia..
No comments:
Post a Comment