GOMBAK: Sebanyak RM30,000 disumbangkan oleh PAS Kedah untuk membantu pengurusan kewangan berkaitan pembicaraan Sarawak Report sempena Liqa Fikri PAS Pusat di KUIZM, pagi tadi.
Sumbangan berkenaan diserahkan oleh Pesuruhjaya PAS Kedah, Dr Ahmad Fakhruddin Fakhrurazi kepada Presiden PAS, Dato' Seri Tuan Guru Abdul Hadi Awang sebaik sahaja pembentangan kertas kerja selesai.
Sebelum ini, Setiausaha Agung PAS, Dato' Takiyuddin Hassan telah menerima sumbangan sebanyak RM20,000 daripada PAS negeri itu pada majlis Munaqasah Ucapan Dasar Presiden, di Kompleks PAS Kedah.
Para peserta Liqa Fikri "Liqa Fikri Politik Matlamat Menghalang Cara" yang diadakan di Dewan Dato' Fadzil Noor itu dapat mengikuti dua kupasan kertas kerja iaitu "Bahaya Politik Matlamat Menghalalkan Cara" oleh Tuan Guru Abdul Hadi dan "Prinsip Rahmatan Lil A'lamin Dalam Siyasah Syar'iyyah" yang disampaikan oleh Timbalan Presiden PAS, Dato' Tuan Ibrahim Tuan Man. – HARAKAHDAILY 12/1/22019
Dengan demikian, jika diqiyaskan pada masa sekarang adalah bahwa : Orang yang hidup dari usaha Menyanyi, Musik, Alat-Alat Musik dan sejenisnya terhukumi Harom penghasilannya, sebagaimana telah dijelaskan oleh Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله. Hadits-Hadits dan atsar perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah sehubungan dengan hal ini adalah sangat banyak, namun menurut Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله, bukanlah disini tempatnya untuk menyebutkan semua larangan yang berkenaan dengan hal tersebut satu per satu, karena Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله menjelaskan dengan singkat bahwa perkara yang dibahasnya adalah berkenaan dengan perintah ber-Ittiba’ (mengikuti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم) dan larangan berbuat Bid’ah.
Kata beliau, Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله: “Ketahuilah olehmu semoga Allooh سبحانه وتعالى memberikan Taufiq agar engkau taat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Bahwa syair, lirik dan bait-bait lagu yang dinyanyikan oleh para biduan hari ini (– di zaman hidupnya Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله –), dimana melalui nyanyian-nyanyian tersebut mereka menggambarkan sesuatu yang indah-indah tentang khamr, tentang mata dan sebagainya, yang bisa menggerakkan tabiat manusia dan mengeluarkan manusia dari keseimbangan dirinya, bahkan membuat orang menjadi bergairah untuk senang dan gemar terhadap lahwun (— sesuatu yang tidak berfaedah dalam pandangan Syar’i — pent.), maka hukumnya adalah Harom.”
Kata “Harom” yang kita sering dengar, janganlah dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja, sebab “Harom” itu maknanya besar sekali. Orang yang melanggar sesuatu yang Harom, maka ia sesungguhnya termasuk orang yang berdosa, bahkan jika ia sering melakukannya, maka ia termasuk pelaku dosa besar. Na’uudzubillaahi min dzaalik.
Lalu oleh Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله dibawakan perkataan dari Imaam Ath Thobari Ibnu Jariir رحمه الله dimana beliau mengatakan dalam Kitabnya yang berjudul KitabTafsir Ibnu Jariir : “Sepakat diantara para ‘Ulama dari berbagai pelosok negeri untuk meng-Haromkan Al Ghinaa (Nyanyian) dan melarangnya.”
Berarti para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah di zaman Al Imaam Ath Thobari Ibnu Jariir رحمه الله telah sepakat untuk meng-Haromkan Nyanyian. Kemudian Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله meneruskan: “Walaupun ada yang mengatakan bahwa nyanyian itu mengajak supaya orang berbuat zuhud, tetap yang demikian itu adalah termasuk yang dilarang. Itu adalah tambahan-tambahan yang buruk. Hindarilah wahai saudaraku, ikutilah mereka orang-orang Salafus Shoolih.” Lalu disampaikan oleh beliau perkataan dari ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه: “Nyanyian itu menimbulkan kemunafikan dalam hati seseorang, sebagaimana air telah membuat suburnya tumbuhan, rumput-rumputan yang hijau.”
Jadi, walaupun ada orang yang berdalih dengan menyatakan bahwa “Nyanyian itu supaya mengajak orang berbuat zuhud”, bila di zaman kita sekarang adalah sebanding dengan yang dinamakan sebagai “Musik Islami” dan sejenisnya; maka menurut Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله, tetap saja itu termasuk perkara yang dilarang di dalam Islam,sebagaimana penjelasan Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه bahwa Nyanyian itu menimbulkan kemunafikan pada hati seseorang.
Tentu kita harus mengetahui dan menyadari bahwa tumbuhnya kemunafikan didalam hati manusia itu adalah seperti tumbuh suburnya rumput yang hijau, tetapi secara tidak terasa dan tidak kelihatan. Nyanyian dapat membuat seseorang menjadi munafiq, tanpa disadarinya. Diantara tanda munafiq adalah suka mendengarkan Nyanyian, suka Musik dan meninggalkan Al Qur’an (Kalamullooh). Bahkan akan kita ketahui pula bahwa tanda dari orang munafiq itu adalah suka terhadap pujian.
Diantara perkataan para ‘Ulama berkenaan dengan hal tersebut adalah sebagai berikut:
Seseorang bertanya kepada Al Qasim bin Muhammad رضي الله عنه, beliau adalah cucu Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه, berkenaan dengan masalah Al Ghinaa. Maka beliau menjawab, “Aku larang kalian dari (nyanyian) itu, aku benci kalian melakukan itu (nyanyian).”
Lalu seseorang bertanya lagi, “Apakah itu Harom?”
Jawab beliau, “Wahai saudaraku, jika engkau tahu bahwa Allooh sudah membedakan antara yang Haq dan yang Baathil, lalu dimanakah letak nyanyian itu?”
Jawaban Al Qasim bin Muhammad رضي الله عنهadalah justru berupa pertanyaan lagi, yang menunjukkan jelasnya bahwa Nyanyian itu tidak ada kemungkinan termasuk sebagai perkara yang Haq. Jadi, jelaslah bahwa Nyanyian tergolong sebagai yang Baathil.
Yang sangat memprihatinkan adalah justru di zaman kita hidup sekarang ini, Nyanyian itu dijadikan sebagai bagian dari budaya Islam; padahal Nyanyian telah jauh-jauh hari diingkari oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah dan digolongkan sebagai kema’shiyatan.
Lalu bila sebagian kalangan di masyarakat kita di zaman sekarang ini berdalih bahwa mereka mengadakan “Musik Islami” itu untuk membantu dakwah, maka sadarilah: “Bagaimanakah engkau berdakwah (menyeru manusia ke jalan Alloohسبحانه وتعالى) dengan sesuatu yang dibenci dan di-Haromkan oleh Allooh سبحانه وتعالى?” Tentu tidaklah mungkin !!
‘Umar bin ‘Abdul Aziz رضي الله عنه (yang oleh Al Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله dikatakan sebagai Khaliifah yang ke-5 menuliskan sebuah surat kepada guru yang mengajar anaknya, sebagai berikut:
“Ajarilah kepada mereka, anak-anak itu dan jadikanlah sesuatu yang harus diyakini bahwa hendaknya mereka benci pada sesuatu yang tidak berfaedah. Yang mana hal itu adalah permulaannya dari syaithoon, sehingga hal itu dianggap nikmat, dianggap mensejahterakan bathin seseorang, padahal itu adalah syaithoon yang menghiasinya pada manusia. Menghadiri dan mendengarkan Al Ma’aazif adalah menumbuhkan kemunafikan dalam hati, sebagaimana rumput-rumputan telah ditumbuhkan oleh air. Aku bersumpah agar engkau, wahai Guru, menjauhkan anak-anak itu dari hadirnya mereka ke tempat-tempat yang seperti itu.”
Lalu ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah yang juga merupakan seorang Qodhi (Hakim) pada masanya, yakni Al Fudhail bin ‘Iyaadh رحمه الله, beliau berkata: “Al Ghinaa ruqyatuzzina(Nyanyian adalah jampi-jampi yang membawa orang untuk berzina). ”
Hal ini tidak bisa diingkari. Bermula dari Nyanyian, lalu seseorang mulailah mengkhayalkan sesuatu, lalu berakhirlah dengan zina. Baik zina yang dilakukan oleh dirinya sendiri ataupun zina sebagaimana yang sekarang banyak dilakukan dan tersebar dimana-mana, dimana para biduan dan biduanitanya memakai pakaian yang terbuka aurotnya serta berbagai kemunkaran lainnya.
Berkata Adh-Dhohhaak رحمه الله, seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah dari kalanganTaabi’iin, bahwa: “Yang disebut dengan Nyanyian adalah merusak hati dan membuat Alloohسبحانه وتعالى murka.” Berkata Yaziid Ibnul Waliid رحمه الله. “Wahai Bani Umayyah, berhati-hatilah dan hindarilah oleh kalian dari Al Ghinaa (Nyanyian). Sesungguhnya Nyanyian itu akan menambah kepada seseorang syahwat dan kemudian meruntuhkan muruu’ah (rasa malu yang dimiliki orang tersebut), dan menggiring seseorang kepada khamr dan apa yang dilakukan oleh para pemabuk.” Kalau kita perhatikan maka orang-orang yang berjoget itu adalah laksana orang yang kehilangan akal (gila), atau mungkin memang sebelumnya mereka telah meminum khamr atau narkoba, sehingga mereka melakukan gerakan-gerakan yang ia tidak sadari bahwa hal itu merupakan bagian dari kekonyolan dan bagian dari unsur Junuun (gila). Imaam Ahmad bin Hanbal رحمه الله juga mengatakan bahwa: “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan didalam hati.” Lalu beliau ditanya, bagaimanakah tentang mendengarkan Qasidah-qasidah? Dalam bahasa Arab, Qasidah artinya adalah untaian syair atau pembacaan puisi. Jadi Imaam Ahmad bin Hanbal رحمه الله ditanya bagaimana tentang mendengarkan pembacaan puisi,maka beliau mengatakan, “Aku membenci yang demikian itu. Itu adalah Bid’ah dan kelalaian. Janganlah duduk bersama mereka.” Demikianlah ketegasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah terhadap perkara Nyanyian. Hal ini bukanlah karena seorang Ahlus Sunnah anti terhadap peradaban, tetapi karena bila perkara Nyanyian itu dikaitkan dengan dienulIslam, maka akan berbenturan dengan firman Allooh سبحانه وتعالى serta berbenturan dengan rambu-rambu yang telah diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Lalu diriwayatkan pula oleh Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله, bahwa Ishaq Ibnu ‘Isa bertanya kepada Imaam Maalik رحمه الله, dimana pada zaman mereka itu Al Ghinaa (Nyanyian) itu sudah mulai ada dan mulai masuk ke wilayah Madinah. Maka Imaam Maalik رحمه الله, Imaam Ahlul Madinah dan ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ahmenjawab ketika beliau ditanya tentang masalah Al Ghinaa, “Menurut kami, yang melakukan nyanyian itu adalah mereka orang-orang yang disebut Al Fusaq (orang-orang Faasiq).” Berarti menurut Imaam Maalik رحمه الله, orang-orang yang menyanyi itu adalah orang-orang yangFaasiq. Imaam Ath Thobari رحمه الله, salah seorang Imaam Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, dan beliau adalah Ahli Tafsir yang masyhur, beliau berkata, “Imaam Maalik رحمه الله melarang kita mendengarkan nyanyian. Dari menyanyinya, mendengarkannya, beliau melarang. Apabila ada orang yang membeli budak (hamba sahaya), dan ternyata budak tersebut adalah seorang biduan, maka budak itu harus dikembalikan karena ia sudah cacat.” Imaam Abu Hanifah رحمه الله, salah seorang Imaam Madzab yang Empat, beliau mengatakan bahwa beliau membenci nyanyian; dan mendengarkan nyanyian adalah bagian dari dosa.Semua ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah dari Kuufah, seperti Ibrohim An Nakhaa’i , Asy Sya’bi, Hammad, Sofyan Ats Tsauri رحمهم الله, mereka mengatakan bahwa Nyanyian adalah termasuk dosa dan bagian dari ma’shiyat. Tidak dikenal seorang pun dari mereka yang menyelisihi haromnya Musik dan Nyanyian. Imaam Asy Syaafi’iy رحمهم الله, yang demikian dekat di hati orang-orang Indonesia yang kebanyakan ber-madzab Syaafi’iy, mengatakan: “Aku datang ke sebuah negeri Iraq, lalu aku mengetahui disana ada budaya yang diada-ada oleh orang Zanaadiqoh (orang-orangZindiq atau Munaafiq), yaitu Nyanyian. Bahkan yang demikian itu telah menyibukkan mereka dari Al Qur’an.” Lalu beliau رحمهم الله mengatakan, “Al Ghinaa’u huwa maqruunun yusbihul baathil(Nyanyian itu adalah makruh, mendekati baathil).” Yang disebut “makruh” pada zaman beliau yakni zaman sebelum abad ke-3 Hijriyah maka “makruh” menurut mereka itu (‘Ulama Mutaqoddimiin) hukumnya adalah Harom. Tidak seperti yang kita pahami selama ini bahwa makruh adalah bila dilakukan itu tidak berdosa dan bila ditinggalkan adalah berpahala. Pendapat yang seperti ini adalah datangnya dari ‘Ulama belakangan (Mutaa’akhiriin). Tetapi pada zaman Imaam Asy Syaafi’iy رحمهم الله dimana beliau hidup di abad ke-2 Hijriyah, maka yang dimaksud dengan “makruh”, menurutnya adalah Harom dan mirip dengan baathil. Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله mengatakan, “Itulah perkataan ‘Ulama dalam masalah Nyanyian.” Lalu beliau رحمه الله mengatakan bahwa yang termasuk diharomkan adalah: Hadirnya wanita, Duf (rebana), Syababab (sejenis gitar) dan lain-lain kemunkaran sejenisnya. Berkata Syaikh Jamaluddin Abul Kharaj Ibnul Jauzi: “Berapa banyak orang terfitnah karena suara Nyanyian. Jangankan orang faasiq, orang yang termasuk zuhud dari dunia pun terkena. Orang yang ahli ibadah pun akan ikut terpaut hatinya, tergoda dengan Nyanyian.” Kata beliau selanjutnya, bahwa telah beliau sebutkan contoh-contoh itu semua dalam kitab yang berjudul Dzam Al Hawa, yang didalamnya dijabarkan tentang Hukum-Hukum Syari’at terhadap perkara Nyanyian. Lalu kata Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله: “Hendaknya orang yang berakal menasehati dirinya, saudaranya dan mengajak mereka agar terhindar dari tipu-daya syaithoon.” Kalau saja tidak khawatir menjadi berkepanjangan pembicaraan mengenai masalah Nyanyian ini, saya akan tambahkan lagi berbagai penjelasan tentang apa yang ada dalam masalah ini. Tetapi bagi orang yang berakal dan cerdik, orang yang Allooh سبحانه وتعالى berikan Taufiq, dan orang yang menerima nasehat, tentu akan mengikuti nasehat tersebut walaupun dengan isyarat yang pendek.
Muslimin dan Muslimat yang dirahmati oleh Allooh سبحانه وتعالى, Mudah-mudahan kita termasuk orang yang mau menerima nasehat. Dan penjelasan yang telah diuraikan diatas adalah sebagai isyarat. Adakah kita mau menerima isyarat tersebut ataukah tidak? Adakah kita mau menerima tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم atau lebih suka pada hawa nafsu? Ibarat lampu lalu lintas, maka ini adalah suatu lampu merah dimana kita hendaknya berhenti dari kema’shiyatan tersebut, bila telah datang dalil berupa Al Qur’an dan Hadits-Hadits Shohiih serta penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah tentangnya.
Ada beberapa madhorot, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allooh سبحانه وتعالى tentang masalah Menyanyi, yaitu:
Mukholafatul Qur’aani Was Sunnah, bukan lagi merupakan suatu Bid’ah, melainkan terang-terangan melawan apa yang telah diharomkan oleh Allooh سبحانه وتعالى dan yang diharomkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Nyanyian menumbuhkan kemunafikan didalam hati manusia. Nyanyian mengganggu para ahli ibadah. Mengganggu orang-orang yang tadinya tidak tergiur dengan masalah dunia, lalu karena mendengar suara Musik dan Nyanyian tersebut maka mereka menjadi tergoda dan terpukau, lalu pada akhirnya menjadi orang yang tertarik dan cinta pada dunia dan melalaikan untuk mempelajari Al Qur’an dan Hukum-Hukum Allooh سبحانه وتعالى. Dan ini adalah berbahaya.
Menjauhkan manusia dari jalan Allooh سبحانه وتعالى. Orang yang tadinya mendengar dan betah terhadap Al Qur’an, maka dengan Nyanyian ia pun menjadi lebih terlena dengan suara Musik dan Nyanyiannya, serta lebih dekat pada hawa nafsunya, sementara dalam Al Qur’an itu ada aturan kehidupan, tetapi manusia lalu menjadi tidak mau diatur oleh Allooh سبحانه وتعالى dan lebih cenderung untuk mengikuti hawa nafsu dirinya.
Menjauhkan manusia dari keseriusan (Serius dalam ibadah, serius dalam mencari kebaikan dunia dan akhirat, serius berjihad, dsbnya). Tetapi Nyanyian itu akan membawa kepada ma’shiyat, dan ini tidak boleh terjadi.
Karena besarnya kemadhorotan Nyanyian, maka para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah sejak zaman dahulu sudah mewanti-wanti, memberi peringatan keras kepada kita agar tidak tergiur dengan Nyanyian. Maka waspadalah wahai kaum muslimin, bila kalian hendak menjaga dien kalian, maka hendaknya mengikuti apa yang telah dinasehatkan baik didalam Al Qur’an danSunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم serta oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah yang mu’tabar.
Mudah-mudahan kita selalu puas dengan apa-apa yang telah ditunjukkan jalannya yang lurus oleh Al Qur’an dan As Sunnah.
Video:
Joget Sasak Hot Bebas Dicium dan Dipeluk Sepuasnya
WARSAW 11 Jan. - Seorang pengarah syarikat telekomunikasi terkemuka China, Huawei Technologies Co. Ltd. ditahan polis Poland selepas dipercayai menjadi pengintip kepada China.
Portal The Guardian melaporkan, agensi perisikan Amerika Syarikat (AS) percaya syarikat telekomunikasi terkemuka itu menggunakan alat teknik dipanggil ‘backdoor’ yang berupaya untuk mengodam sistem komunikasi sesebuah negara.
Turut ditahan adalah seorang lelaki warga Poland yang dipercayai bekerjasama dengan pengintip warga China itu. Huawei Technologies Co. Ltd. dalam kenyataan balas bagaimanapun menafikan dakwaan ke atas pengarah syarikat itu dan meminta polis tempatan supaya menyiasat secara adil. -AGENSI Yang di Malaysia bagaimana?
CALON Barisan Nasional (BN), Ramli Mohd. Nor (dua dari kanan) bersama M. Manogaran (dua dari kiri) dan calon bebas Sallehudin Ab. Talib (kiri) dan Wong Seng Yee selepas penamaan calon bagi Pilihan Raya Kecil (PRK) Parlimen Cameron Highlands di Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Sultan Ahmad Shah di Tanah Rata hari ini. - UTUSAN ONLINE
CAMERON HIGHLANDS 12 Jan. - Calon Barisan Nasional (BN), Ramli Mohd. Nor berdepan dengan tiga lawan dalam saingan empat penjuru pada Pilihan Raya Kecil (PRK) Parlimen Cameron Highlands setelah bekas Presiden MyPPP, Tan Sri M. Kayveas mengumumkan menarik diri daripada bertanding sebentar tadi.
Ramli ditentang oleh calon Pakatan Harapan (PH) yang juga bekas calon Parlimen itu pada pilihan raya Umum Ke-14 (PRU14) lalu, M. Manogaran serta dua calon bebas iaitu Sallehudin Ab. Talib dan Wong Seng Yee.
Kesemua nama tersebut disahkan oleh Pegawai Pengurus Pilihan Raya Parlimen Cameron Highlands, Datuk Ishak Md. Napis pada pukul 10.36 pagi di pusat penamaan calon di Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Sultan Ahmad Shah di Tanah Rata dekat sini.
Sebelum ini, Kayveas menyatakan hasratnya untuk bertanding pada PRK Cameron Highlands dan menyifatkan keputusan itu merupakan yang pertama selepas mereka keluar dari BN pada 19 Mei 2018, selepas BN kalah dalam PRU14.
Bagaimanapun, Presiden MyPPP, Datuk Seri Maglin Dennis D’Cruz dalam sidang akhbarnya berkata, keputusan yang dibuat Kayveas itu tidak mendapat persetujuan majlis tertinggi parti selain mendakwa beliau bukan lagi ahli serta presiden parti.
Malah Kayveas juga dilarang untuk menggunakan logo parti tersebut jika tetap mahu bertanding pada pilihan raya kecil berkenaan. - UTUSAN ONLINE
Kerajaan PH Memalukan Diri Sendiri Guna Akta Hasutan, Kata Pemimpin PKR
KUALA LUMPUR – Sikap berdiam diri kerajaan Pakatan Harapan (PH) berhubung Akta Hasutan mencetuskan kritikan daripada pemimpin parti itu sendiri.
Bekas Ahli Parlimen Padang Serai dari PKR, N. Surendran dalam hantaran Twitternya hari ini mempersoalkan apa sudah berlaku dengan semua pemimpin PH di peringkat pusat sekarang.
Katanya, ketika menjadi pembangkang mereka lantang mendesak kerajaan Barisan Nasional (BN) ketika itu agar menghapuskan Akta Hasutan yang diluluskan bagi menggantikan Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) yang dimansuhkan.
“Apa sudah berlaku kepada semua pimpinan PH yang memprotes Akta Hasutan ketika pembangkang dahulu? Kenapa senyap dan tidak ada apa-apa tindakan selepas menjadi kerajaan,” katanya.
Beliau membuat hantaran itu bagi mengulas tindakan polis menahan tiga individu yang didapati menghina peletakan jawatan Sultan Muhammad V sebagai Yang di-Pertuan Agong.
Mereka ialah pengguna Facebook, Eric Liew; dua pemilik akaun Twitter iaitu @azhamakhtar dan @aliaastaman yang ditahan semalam selepas polis menerima beberapa laporan berhubung tindakan mereka yang memuatnaik komen berunsur hinaan menerusi media sosial itu.
Surendran menyifatkan sikap berdiam diri itu secara terang-terangan adalah sesuatu yang memalukan.
Terdahulu, Pengarah Eksekutif Lawyers For Liberty (LFL), Latheefa Koya dilaporkan berkata, penahanan individu itu bawah Akta Hasutan mengingatkan sikap tidak bertoleransi kerajaan Barisan Nasional (BN) sebelum ini terhadap kebebasan bersuara.
Katanya, PH sebelum menjadi kerajaan menentang kuat penggunaan akta itu, tetapi apabila mengambil kuasa, ia sama seperti BN.
“Adalah suatu yang mengejutkan apabila sudah menjadi kerajaan, PH juga masih menggunakan akta ini,” katanya. – MalaysiaGazette
Komen Weblog Ibnu Hasyim: Dah jadi 'syaitan bisu'. Kesian!
CAMERON HIGHLANDS: Hari ini bakal berlangsung penamaan calon bagi Pilihan Raya Kecil (PRK) P.078 Cameron Highlands.Lokasinya di Sekolah Menengah Kebangsaan SMK Sultan Ahmad Shah, Tanah Rata.
Jika segalanya berjalan lancar, pengumuman rasmi calon bertanding akan dibuat pada jam 11 pagi. Sembilan borang pencalonan sudah dibeli, bermakna ada kemungkinan pertarungan sembilan penjuru pada hari pengundian 26 Januari ini.
Namun, setakat Jumaat, hanya tiga calon yang mengesahkan bakal bertanding, iaitu Timbalan Pengerusi DAP Pahang M. Manogaran, wakil Barisan Nasional (BN) Ramli Mohd Noor dan Presiden MyPPP Tan Sri M. Kayveas.
PRK Parlimen Cameron Highlands diadakan selepas Mahkamah Pilihan Raya mengisytiharkan kemenangan Datuk C. Sivarraajh daripada BN pada Pilihan Raya Umum ke-14 (PRU14) Mei 2018 terbatal dan tidak sahapabila didapati berlaku amalan rasuah untuk mempengaruhi pengundi di kawasan itu.
Pada PRU14, Sivarraajh memenangi kerusi Parlimen Cameron Highlands dengan memperoleh 10,307 undi. (AA)
Syukur 'Mowgli Malaysia', seorang dalam sejuta - Jurugambar
KUALA LUMPUR 11 Jan. - Rupanya Malaysia juga ada Mowgli iaitu watak dalam The Jungle Book. Dalam kisah dongeng berlatarbelakangkan negara India itu Mowgli adalah seorang budak yang sangat akrab dengan haiwan.
Di Malaysia, Mohd Syukur Khamis, 14, boleh dianggap sebagai Mowgli kerana keakrabannya dengan haiwan. Setidak-tidaknya iaitulah yang diberitahu oleh Nazri Sulaiman seorang jurugambar yang menjadikan Syukor dan haiwan peliharaan ayahnya sebagai subjek yang dirakam.
Syukor bersama sekumpulan kerbau.-Foto Facebook Syukor Khamis-Kampong Boy.
Kelihatan Syukor bergurau bersama salah seekor kambing peliharaannya.-Foto FB Syukor Khamis - Kampung Boy.
Apa yang menarik mengenai gambar-gambar yang dirakam Nazri menunjukkan betapa mesranya hubungan haiwan seperti kerbau, lembu dan kambing dengan Syukor.
Jelas Nazri, kawan Syukor bukan hanya kerbau, kambing dan lembu tetapi juga angsa dan burung. Syukor dan haiwan-haiwannya bergurau seperti 'kawan-kawan sekolah'.
Menurut Nazri, Syukor adalah anugerah Allah kepada keluarganya kerana dalam sejuta orang pun susah nak jumpa seorang kanak-kanak sepertinya.
"Saya pernah jumpa ketika travel di Indonesia dan Thailand seorang budak baik dengan seekor kerbau jinak yang telah dicucuk hidungnya. Itu biasa.
"Tapi tak pernah saya jumpa seorang budak yang boleh berkawan dengan 70-80 ekor kerbau (yang tidak dicucuk hidungnya) dalam satu masa. Mereka dah kenal dah dengan Syukor ni.
"Sesetengah kerbau ada namanya seperti Awang (dah mati), Semek, Baba dan kambing ni pun namanya Bo," kata Nazri dalam catatannya di Facebook.
Foto yang dikongsi di Facebook Syukor Khamis - Kampong Boy
Menurut Nazri, Syukor tinggal di Terengganu dan mereka yang mahu melawat Mowgli Malaysia dan haiwan-haiwannya ini bolehlah berhubung melalui Facebook 'Syukor Khamis - Kampong Boy'.
Nazri berkata, ayah Syukor yang dikenali sebagai Pak Khamis akan membawa tetamu ke kandang kerbaunya di Kubang Bujuk bersama Syukor.
"Walaupun kerbau-kerbau tu dah kenal dgn Syukor tetapi ia tetap haiwan jugak, faktor keselamatan tetap diutamakan. Sebab itu ayahnya mesti ada bersama.
"Bagi orang dari luar Terengganu yang nak datang sama ada untuk melawat atau mengambil gambar, Pak Khamis ada sediakan bilik di kawasan halaman rumahnya. Jadi tak perlulah nak sewa bilik hotel mahal-mahal kat Kuala Terengganu tu," kata Nazri.-UTUSAN ONLINE
Bekas Ketua Hakim Negara, Abdul Hamid Mohamad mendakwa Yang di-Pertuan Agong, Sultan Muhammad V melakukan beberapa kesilapan semasa menduduki takhta, termasuk berhubung pengampunan ke atas Presiden PKR, Anwar Ibrahim.
Menulis dalam satu rencana yang disiarkan di laman Umno Online dan juga laman web peribadinya, Abdul Hamid berkata, adalah satu kesilapan bagi Seri Paduka untuk memberitahu Perdana Menteri Dr Mahathir bahawa baginda bersetuju untuk mengampunkan Anwar.
"Bahawa adalah satu kesilapan bagi Yang di-Pertuan Agong memberitahu Dr Mahathir bahawa baginda bersetuju untuk mengampunkan Anwar sebelum mesyuarat Lembaga Pengampunan dan menerima kunjungan Anwar.
“Lebih buruk lagi apabila Seri Paduka memberitahu Anwar bahawa beliau diampunkan kerana ketidakadilan yang dilakukan kepadanya.
“Itu demoralise mahkamah, pendakwa raya dan polis kerana ia seolah-oleh menyatakan bahawa mereka kelihatan seperti alat kerajaan sebelumnya,” katanya.
Luar waktu pejabat
Selain peristiwa itu, bekas ketua hakim negara itu juga menyentuh tentang semasa pemerintahan Yang di-Pertuan Agong, baginda sering mengadakan majlis-majlis angkat sumpah di luar waktu pejabat.
Ini, katanya, termasuk majlis mengangkat sumpah pelantikan kontroversi Md Rauf Sharif sebagai ketua hakim Negara dan Zulkefli Ahmad Makinuddin sebagai presiden mahkamah rayuan untuk tempoh lanjutan yang dilakukan pada waktu malam.
“Begitu juga majlis angkat sumpah Richard Malanjum sebagai ketua hakim negara. Ini adalah fungsi rasmi Yang di-Perttuan Agung yang serius. Ia patut dilakukan di waktu pejabat,” katanya.
Abdul Hamid juga berkata, majlis mengangkat sumpah Dr Mahathir sebagai perdana menteri ketujuh negara juga wajar diberi perhatian khusus.
Katanya, apa yang berlaku pada malam 9 Mei sebaik sahaja pengumuman keputusan pilihan raya ke-14 menunjukkan bahawa Pakatan Harapan (PH) telah mendapat majoriti, Dr Mahathir telah ke Istana Negara untuk mengangkat sumpah sebagai perdana menteri.
Tanpa diundang
Ini, kerana, beliau takut kiranya akan berlaku lompatan parti oleh ahli-ahli parlimen yang baru dipilih itu yang akan menyebabkan PH kehilangan majoriti.
“Bagi saya, adalah memalukan bagi seorang bakal perdana menteri untuk pergi tanpa diundang, pada waktu malam, mungkin untuk mengejutkan Yang di-Pertuan Agong jika baginda sedang beradu, untuk mengangkat sumpah beliau sebagai perdana menteri.
“Kedua, Agong tidak sepatutnya nampak seperti menjalankan tugasnya di bawah tekanan. Seri Paduka berhak memuaskan dirinya siapa, menurut pendapatnya, mempunyai sokongan majoriti Ahli-Ahli Parlimen yang baru dipilih itu,” katanya.
Menurut Abdul Hamid, jika ahli-ahli Parlimen yang baru dipilih hendak menyeberang dan menyeberang balik malam itu, mereka seharusnya dibenarkan berbuat demikian.
“Sekurang-kurangnya, Seri Paduka sepatutnya berpeluang untuk memuaskan diri baginda siapa yang mempunyai sokongan majoriti, pada siang hari keesokan harinya,” katanya.
Sambil menyifatkan upacara mengangkat sumpah perdana menteri adalah upacara paling penting yang dilakukan oleh Yang di-Pertuan Agong, kata bekas ketua hakim negara itu, ia perlu dilakukan di majlis yang sesuai.
“(Ia) dihadiri oleh para VIP termasuk, saya cadangkan, mantan perdana menteri terakhir, dan disiar secara langsung oleh televisyen.
“Ia akan membuktikan bahawa demokrasi berjalan dengan baik di Malaysia. Ia juga menunjukkan kematangan ahli-ahli politik di Malaysia..
“Saya harap di masa hadapan Yang diPertuan Agong tidak akan tunduk kepada tekanan. Biarkan calon perdana menteri piket di luar Istana Negara sepanjang malam jika beliau mahu,” katanya. (K/Mk)