Istilah orang Batak makan orang bisa jadi muncul kerana cuba dibuktikan melalui sejarah Batu Parsidangan di Pulau Samosir, Toba.
Catatan Perjalanan Ibnu Hasyim
Indokini: Zina, Antara Penyebab Batak Makan Orang. IH Menulis Dari Tanah Karo.
BEBERAPA hari lalu saya dijembut berceramah di Rantau Prapat kepada anak-anak usahawan muda, dan di sebuah koperasi tempatan Sumatera Utara. Semasa berpergian dalam perjalanan, saya sempat sembang-sembang dengan sekumpulan keluarga kaum Batak.
Antara topik yang panas diperbincangkan, ialah benarkah orang Batak dulu, suka makan orang?
"Mana ada.. Kanibal atau makan orang adalah suatu perilaku menyimpang dimana makhluk hidup memakan sejenisnya seperti ayam memakan ayam atau manusia memakan sesama manusia sendiri. Sunguh menjijikan memang!" Bantah seorang yang muda dari mereka.
"Tetapi mungkin juga perilaku kanibalisme ini terjadi kerana beberapa alasan misalnya tidak tersedianya bahan makanan sama sekali sehingga untuk mempertahankan diri seseorang perlu melakukan hal ini." Jelas kawannya pula, dengan agak berfakta.
Menurutnya, "Sebelum berbagai macam agama masuk ke wilayah Indonesia, suku Batak telah melakukan kanibalisme terhadap suku lainnya iaitu suku Dayak di Kalimantan. Perilaku ini tidak hanya dilakukan oleh suku Batak saja, bahkan juga berlaku di belahan bumi lainnya.
"Seperti di Karibia dan di Amerika iaitu pada suku Anazasi, bangsa Aztek, dan bangsa Maya juga ditemukan adanya perilaku ini. Selain suku Batak, di sekitar Asia-Pasifik pun juga ditemukan adanya kanibalisme pada suku lainnya iaitu suku Asmat dan suku Fore di Papua yang menyebabkan terjadinya penyakit Furu.
"Majoritti orang Batak sudah mengetahui cerita seputar kanibalisme yang ada dalam suku ini sejak dahulu kala. Cerita perilaku ini bukan isapan jempol semata. Banyak para ahli yang telah menjelaskan tentang perilaku kanibal yang dilakukan oleh suku Batak," Jelasnya.
Menurutnya lagi, antaranya adalah:
1. Marco polo.
Pada tahun 1292, Marco Polo melakukan ekspedisi di pesisir timur Sumatera dan bertemu dengan orang yang menceritakan perilaku kanibal yang dilakukan oleh orang yang tinggal di daerah pedalaman tempat ini. Orang-orang tersebut adalah suku Batak.
2. Niccolò Da Conti
Tahun 1421, Niccolò Da Conti lebih banyak menghabiskan waktunya di Sumatera untuk melakukan kegiatan perdagangan. Dia menulis tentang kehidupan penduduk yang berdiam diri di Sumatera. Niccolò Da Conti menerangkan bahawa suku Batak makan orang sesamanya iaitu dengan berperang secara terus menerus.
3. Thomas Stamford Raffles
Pada tahun 1820, Thomas Stamford Raffles mempelajari tentang perilaku dan ritual yang dilakukan oleh suku Batak. Dia menemukan fakta bahawa suku ini melakukan kenibalisme terhadap penjahat dan orang tua yang sudah tidak kuat bekerja dengan memasaknya atau memakannya mentah-mentah.
4. Franz Wilhelm Junghuhn
Dokter Jerman dan ahli geografi ini pernah mengunjungi suku Batak pada tahun 1840 dan mendapat perjamuan makan berupa daging dari tahanan yang telah disembelih dua hari sebelumnya.
5. Oscar von Kessel
Tahun 1840-an Oscar von Kessel berkunjung ke Silindung dan pada tahun 1844 orang Eropah ini mengamati kanibalisme yang terjadi di suku Batak.
6. Ida Pfeiffer
Tahun 1852, Ida Pfeiffer menemukan perilaku suku Batak yang memenggal para tahanan dan mereka mengawetkan darahnya untuk dijadikan minuman dan puding.
Prajurit Tanah Batak yang menyandang parang dan tombak, sekitar 1870. (Kristen Feilberg/Tropenmuseum)
Apa benarkah orang Batak dulu, suka makan orang, ada ritual kanibalisme dalam suku Batak? Dikatakan juga alasan suku Batak melakukan ritual ini ialah untuk memperkuat tondi (jiwa) sang pemakan daging. Tetapi setelah pemerintah kolonial Belanda menduduki wilayah ini, mereka melarang praktek kanibalisme yang sudah dilakukan oleh suku Batak sejak dahulu.
Sehingga sejak tahun 1816, perilaku ini sudah jarang dilakukan oleh suku Batak. Kegiatan kanibalisme yang telah dilakukan suku Batak sudah banyak terkikis kerana pengaruh dari masuknya beberapa agama ke wilayah ini. Terutamanya agama seperi Islam, Kristen, Hindu, dan Budha yang mengajarkan nilai-nilai moral.
"Apa pandangan bapak?" Seorang tua di kalangan mereka mengarahkan pertanyaan mereka kepada saya.
"Maaf Pak. Pada saya, saya melihat dari sudut yang lain." Kata saya.
Mereka seperti terkejut.
"Pada saya orang Batak sanngup menghukum memakan hidup-hidup, atau memakan sedikit demi sedikit tanpa dibunuh terlebih dahulu terhadap mangsanya, kalau didapati tertangkap berzina." Sila lihat tulisan lalu dalam sejarah kaum Batak,
Bukti, adanya dokumen perjalanan misionaris Inggeris, Richard Burton dan Nathaniel Ward, ke Tano Batak pada 1824. Kala itu, orang Batak masih menganut kepercayaan animisme atau memuja roh leluhur.
Dalam ‘Witnesses to Sumatra: A Traveller’s Anthology’ (Reid, 1995), Burton dan Ward mengatakan, kanibalisme di Tanah Batak berkaitan dengan penegakkan hukum dan tawanan perang. Dua orang dari Baptist Missionary Society di London itu bahkan pernah melihat 20 tengkorak manusia yang masih disimpan di Desa Silindung.
“Setahun yang lalu, 20 orang sekaligus dimakan dalam sehari,” tulis Burtond dan Ward.
Berdasarkan keterangan tuan rumah tempat mereka menginap, Burton dan Ward mengatakan, 20 orang yang dimakan itu sering merampok orang-orang di jalan, sehingga perbuatan mereka tidak bisa lagi dibiarkan. Selain merampok, seseorang juga bisa dimakan hidup-hidup ketika tertangkap berzina. “Dia akan dimakan sedikit demi sedikit tanpa dibunuh terlebih dahulu.
Jasad korban perang maupun tawanan perang besar juga bisa dimakan bersama-sama. “Tetapi jika hanya dua desa yang berperang, hal tersebut dilarang,” tulis Burton dan Ward.
Namun, menurut Budayawan Batak, Sitor Situmorang, lewat bukunya ‘Toba Na Sae’ (2004), cerita Orang Batak makan orang tidak lebih dari khabar burung.
“Setahun yang lalu, 20 orang sekaligus dimakan dalam sehari,” tulis Burtond dan Ward.
Berdasarkan keterangan tuan rumah tempat mereka menginap, Burton dan Ward mengatakan, 20 orang yang dimakan itu sering merampok orang-orang di jalan, sehingga perbuatan mereka tidak bisa lagi dibiarkan. Selain merampok, seseorang juga bisa dimakan hidup-hidup ketika tertangkap berzina. “Dia akan dimakan sedikit demi sedikit tanpa dibunuh terlebih dahulu.
Jasad korban perang maupun tawanan perang besar juga bisa dimakan bersama-sama. “Tetapi jika hanya dua desa yang berperang, hal tersebut dilarang,” tulis Burton dan Ward.
Namun, menurut Budayawan Batak, Sitor Situmorang, lewat bukunya ‘Toba Na Sae’ (2004), cerita Orang Batak makan orang tidak lebih dari khabar burung.
“Hal-hal seperti itu (Orang Batak makan orang) kemudian selalu saja diulang-ulang oleh setiap pencatat dari Barat tanpa pernah menyaksikan apalagi membuktikannya,” kata Sitor yang sudah berpulang 21 Desember 2014 silam.
Sitor menduga, catatan Orang Batak makan orang oleh sejumlah pencatat Barat hanyalah prasangka belaka, setelah mereka menyaksikan tengkorak manusia di rumah-rumah halak hita.
“Mereka sama sekali tidak mengetahui adat kebiasaan menggali dan menyimpan tengkorak leluhur di rumah sebelum dimasukkan dalam kubur batu,” kata Sitor tentang tradisi mangokal holi (menggali dan memindahkan tengkorak leluhur).
Asumsi ini, kata Sitor, yang kemudian berkembang di benak orang-orang Barat lain sampai akhir abad ke-19, termasuk Modigliani.
Kata saya seterusnya, "Pada saya kaum Batak dulu-dulu pun menyedari betapa najisnya perbuatan zina, sehingga sanggup membunuh dan memakan manusia hidup-hidup. Hanya manusia bertamaddun dan menuju beragama saja yang menyedari hal ini, dan tidak membiarkan virus sosial itu menjahanamkan manusia dari dunia hingga ke akhirat.
Untuk kebaikan manusia jugalah maka Islam menurunkan perundangan untuk mendidik dan menuntun ke jalan yang lurus. Ihdinassithal mustaqim..
Sekian, besok saya akan ke Jakarta pula.
Bersambung, As-salamu 'alaukum.
“Mereka sama sekali tidak mengetahui adat kebiasaan menggali dan menyimpan tengkorak leluhur di rumah sebelum dimasukkan dalam kubur batu,” kata Sitor tentang tradisi mangokal holi (menggali dan memindahkan tengkorak leluhur).
Asumsi ini, kata Sitor, yang kemudian berkembang di benak orang-orang Barat lain sampai akhir abad ke-19, termasuk Modigliani.
Kata saya seterusnya, "Pada saya kaum Batak dulu-dulu pun menyedari betapa najisnya perbuatan zina, sehingga sanggup membunuh dan memakan manusia hidup-hidup. Hanya manusia bertamaddun dan menuju beragama saja yang menyedari hal ini, dan tidak membiarkan virus sosial itu menjahanamkan manusia dari dunia hingga ke akhirat.
Untuk kebaikan manusia jugalah maka Islam menurunkan perundangan untuk mendidik dan menuntun ke jalan yang lurus. Ihdinassithal mustaqim..
Sekian, besok saya akan ke Jakarta pula.
Bersambung, As-salamu 'alaukum.
Presiden Jokowi..
Singapura dikatakan menjadi mitra strategis Indonesia dalam membangun kawasan wisata Danau Toba. Setelah membuat master plan pembangunan wisata Danau Toba, Negeri Singa itu juga sepakat berinvestasi di danau kebanggaan orang Batak ini pada 2017.
Ibnu Hasyim bergambar kenangan di rumah buangan Presiden Indonesia Pertama, sebagai tahanan politik.. di Parapat, pinggir Danau Toba.
Bab 1
Bab II
- Rahsia Beca Motosikal Besar Siantar, Misi Kristia.. siri 1
- Nommensen, Kisah Hero Kristian Di Tanah Batak.. siri 2
- Tuak Batak, 'Dang dao tubis sian bona na.' siri 3
- Islam & Sisingamangaraja Penyatu Kaum Batak siri 4
- Islam Masuk Mandailing Mula Dg Dendam Seks siri 5
- Misteri Anak Haram Pimpinan Teroris Islam.. siri 6
- 1 Ramadan Mula Penyerbuan Teroris Ke T/Batak. siri 7
- Lagu Batak Ini Untuk Holocoust Yahudi? siri 8
Bab IV
Cukup sampai di sini. Insya Allah akan bersambung lagi.
Sila lihat siri Indonesiakini..
1 comment:
kenapa Tun berjuang untuk kroni anak cucu ber mati matian menghalang musuh utama Tun berkuasa...
sedikit sebanyak jawapan ada di link ini.
Keluarga Cendana mirip keluarga Tun
Jokowi vs Cendana
https://youtu.be/Pit1gXZSy3E
layannnnn..
Post a Comment