PULOMAS DI INDRAMAYU (FOTO: INDRAMAYUPOST.COM):
Pulomas yang berada di Kampung Pulomas, Desa Centigi Sawah, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terdapat sebuah rawa. Rawa ini disebut-sebut jika dilihat oleh orang ‘berbakat’ akan tampak sebuah kerajaan yang dibangun dari emas murni. Dilansir dari Boombastis, kerajaan ghaib ini dipimpin oleh raja jin sakti bernama Raden Werdinata.
Kerajaan jin Pulomas Indramayu.
Muqaddimah. "Seandainya sebahagian dinding istana Pulomas itu runtuh lalu masuk ke muara Cimanuk, nescaya bakal muncul kawasan pendulangan emas terbesar di seluruh jagat.
"Dengan runtuhnya dinding istana itu maka seisi muara bakal mengandung emas melebihi kandungan lumpur emas di sungai Musi, Kalimantan. Bahkan konon akan lebih besar dari hasil perlombongan di Irianjaya.
"Malangnya, dinding istana yang dibuat dari emas itu sangat kukuh, dan istana itupun adanya hanya di alam ghaib Pulomas. "
Demikianlah muqaddimah dan bermulanya cerita rakyat Dermayu Jawa Barat dipersembahkan , sebagai pelengkap dan penutup dari kisah 3 siri 'Pasar Cari Jodoh', di Jawa Barat.
Siri 1: Kisah Pasar Jodoh Tradisional Di Desa Lebak, Jawa ...
Siri 2: Calon Isteri Pakai Sarung, Dapat Terus Nikah..
Siri 3: Tradisi 'Rangkaian' Buat Janda Bawah Umur Kian Men...
Apa yang penting dalam cerita ini, ke mana ruh cerita ini hendak di bawa? Apa iktibar yang boleh diambil? Kadang-kadang di sebalik cerita khayalan sesuai dengan perkembangan pemikiran waktu itu, akan terungkaplah kenyataan dan keazaman yang hendak disampaikan. Adanya khayalan sebagai bukti adanya kenyataan.
"Dengan runtuhnya dinding istana itu maka seisi muara bakal mengandung emas melebihi kandungan lumpur emas di sungai Musi, Kalimantan. Bahkan konon akan lebih besar dari hasil perlombongan di Irianjaya.
"Malangnya, dinding istana yang dibuat dari emas itu sangat kukuh, dan istana itupun adanya hanya di alam ghaib Pulomas. "
Demikianlah muqaddimah dan bermulanya cerita rakyat Dermayu Jawa Barat dipersembahkan , sebagai pelengkap dan penutup dari kisah 3 siri 'Pasar Cari Jodoh', di Jawa Barat.
Siri 1: Kisah Pasar Jodoh Tradisional Di Desa Lebak, Jawa ...
Siri 2: Calon Isteri Pakai Sarung, Dapat Terus Nikah..
Siri 3: Tradisi 'Rangkaian' Buat Janda Bawah Umur Kian Men...
Apa yang penting dalam cerita ini, ke mana ruh cerita ini hendak di bawa? Apa iktibar yang boleh diambil? Kadang-kadang di sebalik cerita khayalan sesuai dengan perkembangan pemikiran waktu itu, akan terungkaplah kenyataan dan keazaman yang hendak disampaikan. Adanya khayalan sebagai bukti adanya kenyataan.
Maka, bersambung balik, 'Misteri Kerajaan Jin Pulomas Indramayu' itu..
Di alam manusia, Pulomas hanya berupa rawa-rawa yang saling bersebelahan dengan muara Laut Jawa, persisnya berada di Kampung Pulomas, Desa Centigi Sawah, Kecamatan Centigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Di atas paya seluas puluhan hektar itu, menurut terawangan ghaib, berdiri kompleks istana dengan bahan terbuat dari emas murni. Kerajaan dengan keraton sangat megah itu sampai saat ini dipimpin oleh sesosok raja jin sangat sakti bergelar Raden Werdinata, dengan mahapatihnya yang juga cukup tersohor yakni Mahapatih Jongkara. Sang rajua juga dibantu Panglima Perang bergelar Panglima Kalasrenggi.
Diceritakan oleh juru kunci Kampung Pulomas yang akrab disapa Wak Cartim, dibandingkan raja-raja lain yang menguasai alam ghaib, Raja Pulomas tergolong paling tinggi ilmu kadigdayaannya. Alam ghaib terbahagi dua wilayah, yakni kawasan atas bumi dan di bawah laut.
Alam ghaib bawah laut dikuasai Nyi Ratu Roro Kidul untuk kawasan Pantai Selatan, sedangkan Pantai Utara dikuasai Nyi Ratu Nawangwulan.
"Kesaktian Raden Werdinata sempat tercatat dalam sejarah berdirinya daerah Kabupaten Indramayu," ungkap Wak Cartim.
Raden Wiralodra, Manusia Kesatria Berdarah Biru
Dikisahkan, semasa Indramayu masih belum punya nama serta masih berupa hutan belantara, singgah seorang kesatria yang sedang memikul tugas besar. Kesatria itu berasal dari Desa Banyu Urip, Kecamatan Banyu Urip, Kabupaten Bagelen, Jawa Tengah, bergelar Raden Wiralodra. Kesatria berdarah biru dari Kerajaan Majapahit itu mengemban tugas membuka hutan belantara di lembah Sungai Cimanuk.
Untuk menjalankan tugas dari nenek moyangnya, dia ditemani seorang punakawan atau pembantu yang sangat setia serta sakti bernama Ki Tinggil. Selama tiga tahun lebih keduanya berjalan kaki dari Bagelen, Jawa Tengah dengan tujuan (membuka) hutan belantara lembah Sungai Cimanuk. Tetapi, kerana kejahilan, mereka kebablasan sampai ke hutan lembah Sungai Citarum, Kabupaten Karawang.
Berdasarkan keterangan Ki Sidum seorang manusia kuno sangat sakti dari Kerajaan Pajajaran, Raden Wiralodra dan punakawannya menyedari kalau perjalanannya itu kebablasan. Melalui perjuangan keras serta mengikuti binatang peliharaan pemberian Ki Sidum yang berupa seekor Kijang Kencana, akhirnya sampai juga mereka ke hutan di lembah Sungai Cimanuk.
Tiga bulan membabat hutan di lembah sungai, halangan pun datang. Ternyata di hulu Sungai Cimanuk ada kerajaan jin yang membawahi raja-raja kecil di alam ghaib sepanjang aliran sungai sejak Kabupaten Sumedang hingga ke muara Laut Jawa pantai utara Indramayu. Maharaja jin di hulu sungai itu bernama Budipaksa, yang didampingi seorang mahapatih bernama Bujarawis.
Maharaja Budipaksa ini membawahi raja-raja kecil, di antaranya Kerajaan Tunjungbong yang dipimpin Kalacungkring, Kerajaan Pulomas yang dipimpin Raden Werdinata, dan kerajaan-kerajaan jin lainnya sampai tercatat sebanyak 12 kerajaan.
Kehadiran Raden Wirlodra di hutan lembah Sungai Cimanuk membuat gerah bahkan mencipta keganasan menakutkan di kalangan bangsa jin dan makhluk halus lain yang menetap di lembah sungai. Atas laporan teliksandi, Mahapatih Bujarawis mengadukannya kepada Maharaja Budipaksa. Mendengar pengaduan dari mahapatihnya, Maharaja Budipaksa marah besar.
Pertarungan Jin (Maharaja Budipaksa) Dengan Manusia (Raden Wiralodra)
Tanpa buang masa, Maharaja Budipaksa didampingi Mahapatih Bujarawis menyatroni Raden Wiralodra yang sedang membabat hutan didampingi Ki Tinggil. Bermula perdebatan, terjadilah pertarungan secara kesatria di lembah Sungai Cimanuk. Maharaja Budipaksa berhadapan dengan Raden Wiralodra, sementara Mahapatih Bujarawis berhadapan dengan Ki Tinggil.
Konon, pertarungan dua makhluk berbeza alam itu berlangsung selama dua bulan. Karuan hal ini membuat penduduk ghaib di tempat itu bubar ketakutan. Berkat kesaktian Raden Wiralodra, Maharaja Budipaksa berjaya dilumpuhkan dan dikurung di dasar muara Sungai Cimanuk. Dikisahkan, sebelum dilumpuhkan, Maharaja Budipaksa memerintahkan Mahapatih Bujarawis supaya meminta bantuan para raja kecil taklukannya.
Namun, sepuluh raja taklukan Maharaja Budipaksa beserta mahapatihnya dengan gampangnya dilumpuhkan oleh Raden Wiralodra dan Ki Tinggil. Hanya Raden Werdinata yang masih bertahan. Dia bertarung melawan Raden Wiralodra, sementara Mahapatih Jongkara maupun Panglima Kalasrenggi kabur dihajar ilmu pamungkas Ki Tinggil.
Kerana punya kesaktian seimbang, pertarungan antara Raden Werdinata dengan Raden Wiralodra memakan masa 11 bulan. Senjata andalan Raden Wiralodra berupa Cakrabaswara yang telah melumpuhkan Maharaja Budipaksa ternyata mampu diatasi Raden Werdinata dengan menggunakan pusaka berupa tameng bernama Kopyahwaring, pusaka turun temurun Kerajaan Pulomas.
Sebelum ada yang jatuh korban, muncul Kalacungkring, penguasa ghaib Kerajaan Tunjungbong. Kalacungkring menyarankan pada Raden Werdinata supaya menghentikan pertarungan dan sebaiknya menjalin persaudaraan dengan Raden Wiralodra.
Selain dengan dalih Maharaja Budipaksa sudah dikurung di dasar muara Cimanuk, alasan yang paling utama adalah kerana ketakutan bilamana leluhur Raden Wiralodra tersinggung. Jika manusia-manusia kuno Majapahit setingkat Ki Sidum murka, nescaya kerajaan alam ghaib di sepanjang lembah Sungai Cimanuk dibuat musnah untuk selama-lamanya.
Ikat Tali Persaudaraan Jin/Manusia
Atas cadangan Kalacungkring, Raden Werdinata meminta lawannya agar menyudahi pertarungan dan mengajak mengikat tali persaudaraan hingga ke anak cucu. Sebagai pengikat persaudaraan, Raden Werdinata menyerahkan putri kesayangannya bergelar Putri Inten untuk diperistri Raden Wiralodra.
Setelah perdamaian itu, dengan dibantu para prajurit dan penduduk Pulomas, tugas mendirikan kerajaan di lembah Sungai Cimanuk lebih cepat selesai, dan Raden Wiralodra tercatat menjadi pemimpin pertama kerajaan di lembah sungai tersebut, yang hingga kini bernama Kabupaten Indramayu.
Sebagai bangsa jin yang diberi umur panjang, (meski manusia Raden Wiralodra telah meninggal dunia dan digantikan keturunannya bahkan sampai sekarang ini), Raden Werdinata masih kukuh memimpin kerajaan Pulomas didampingi Mahapatih Jongkara. Sedangkan Panglima Kalasrenggi, setelah kabur dari hadapan Ki Tinggil kini menjadi pemimpin raja kecil di Rawabolang, masuk Desa Jatisura, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.
Seiring perubahan zaman, ikatan persaudaraan antara penduduk ghaib Kerajaan Pulomas dengan penduduk Kabupaten Indramayu mulai menyimpang dari makna persaudaraan yang sejati. Penduduk Kerajaan Pulomas siap membantu berbagai problem terkait soal ekonomi yang dialami manusia penduduk Kabupaten Indramayu dengan pampasan, manusia bersangkutan, sesuai dengan perjanjian menjadi budak (hamba) di alam ghaib Pulomas hingga hari khiamat.
Seiring banyaknya penduduk bangsa manusia yang terjerumus ke dalam perjanjian jiwa, lambat laun Pulomas dikenali sebagai tempat pesugihan. Kewujudan Pulomas sebagai tempat pesugihan, belakangan gaungnya sudah meluas, sehingga orang yang mengadakan laku ritual pesugihan di Pulomas bukan setakat warga Indramayu, melainkan datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa bahkan hingga ke Sumatera.
Wak Cartim selaku juru kunci memang bukan orang yang dibekali wawasan kehumasan, sehingga dia tidak sekalipun menyediakan buku tamu di kediamannya. Tapi, dari pengakuan para tetamu yang minta dibantu melakukan ritual pesugihan, mereka banyak yang datang dari luar Kabupaten Indramayu, bahkan dari luar Pulau Jawa. Rumah juru kunci pesugihan Pulomas yang sangat tersohor itu, sukar diterima akal sihat.
Misteri
Awalnya Misteri membayangkan rumah Wak Cartim semegah Villa di Gunung Guci, namun ternyata hanya berupa pondok berdinding bilik anyaman buluh beratap welit yang diperbuat daripada daun buluh. Di dalamnya hanya terdapat ruang tamu, bilik tidur dan bilik dapur merangkap bilik mandi.Umur Wak Cartim mungkin di atas 60 tahun.
Dia hanya seorang diri menduduki rumah pondok yang berada di bawah rendangnya pohon Asam Jawa itu. Di sekelilingnya dipagari hutan bakau. Jarak dengan penempatan penduduk Desa Centigi Sawah sekitar 5 kilometer yang hanya dihubungkan jalan setapak tanpa koral. Jika siang hari, untuk sampai di rumah juru kunci boleh memanfaatkan perkhidmatan ojeg dengan ongkos Rp. 5,000.
Jika ada keinginan untuk refreshing, disyorkan jalan kaki sambil menyusuri tepian pantai. Walaupun disana-sini sudah tercipta bibir pantai curam akibat abrasi, namun tetap masih menyisakan panorama khas pantai yang indah untuk dinikmati.
Tapi jika lepas Maghrib, jangankan dibayar dua kali lipat, dibayar seratus ribu pun tidak bakalan ada tukang ojeg yang bersedia menghantar ke rumah Wak Cartim. Paling disyorkan menginap di rumah penduduk untuk berangkat keesokan paginya. Memang tidak sukar mendapat penginapan di tempat itu. Nyaris setiap rumah penduduk di kampung itu dengan senang hati disinggahi dengan membayar sewa inap sebesar Rp. 50,000 semalam.
Dengan sewa sebanyak itu malamnya mendapatkan jamuan kopi hangat berikut cemilan khas kampung, dan keesokan paginya seusai mandi mendapatkan segelas kopi disusul sarapan berupa longsong. Sehingga jika ditotal, sewa 50,000 benar-benar murah meriah. Namun ternyata tidak gampang mengadakan ritual pesugihan di Pulomas.
Selama seharian, Wak Cartim tak bosan-bosannya menasihati tamunya supaya mengurungkan rencananya yang jelas-jelas menyimpang dari syariat agama itu. Jika seharian dinasihati tetap degil, maka malamnya baru boleh digelar ritual ghaib dipandu langsung Wak Cartim. Ada juga bocoran dari Wak Cartim, khusus bagi orang yang lahir hari Jumaat, jangan cuba-cuba mengadakan ritual, kerana dijamin ditolak penduduk ghaib Pulomas.
Tidak aneh ketika menyebutkan nama Misteri yang memang lahir hari Jumaat kerana bermula suku kata "Dha", tanpa banyak dalih langsung ditolak. Tapi, kerana maksud singgah di tempat itu bukan untuk ritual pesugihan melainkan dalam rangka menghimpun bahan tulisan, dengan agak berat hati, Wak Cartim membenarkan Misteri untuk bermalam di rumah pondok miliknya.
Malamnya, sejak lepas Isya, Wak Cartim langsung mengajak Misteri bincang-bincang di ruang tamu. Di ruangan ini hanya tersedia tikar pandan dan bantal kapuk randu. Tak ada peranti meubeler, akibatnya, mesti duduk bersila di lantai tanah yang dilapisi tikar. Ada yang aneh, meski rumah berada di sekitar paya dengan dinding bilik dari anyaman buluh, namun di ruang tamu ini tidak terdengar dengungan nyamuk walau satu ekor pun.
Dalam perbincangan, Wak Cartim lebih mendominasi. Banyak sekali yang diceritakan, mulai soal tetamu-tetamu yang seluruhnya dari kalangan orang-orang gagal dan putus asa, hingga petikan sejarah kerajaan ghaib Pulomas seperti yang sudah dipaparkan di muka.
"Karena umurnya mendekati seribu tahun, Gusti Raden Werdinata kini lebih banyak berada di ruang kholwat daripada mengurusi pemerintahan. Beliau lebih banyak berdzikir kepada Allah daripada urusan dunia, "kata Wak Cartim.
Dikisahkan, semasa Indramayu masih belum punya nama serta masih berupa hutan belantara, singgah seorang kesatria yang sedang memikul tugas besar. Kesatria itu berasal dari Desa Banyu Urip, Kecamatan Banyu Urip, Kabupaten Bagelen, Jawa Tengah, bergelar Raden Wiralodra. Kesatria berdarah biru dari Kerajaan Majapahit itu mengemban tugas membuka hutan belantara di lembah Sungai Cimanuk.
Untuk menjalankan tugas dari nenek moyangnya, dia ditemani seorang punakawan atau pembantu yang sangat setia serta sakti bernama Ki Tinggil. Selama tiga tahun lebih keduanya berjalan kaki dari Bagelen, Jawa Tengah dengan tujuan (membuka) hutan belantara lembah Sungai Cimanuk. Tetapi, kerana kejahilan, mereka kebablasan sampai ke hutan lembah Sungai Citarum, Kabupaten Karawang.
Berdasarkan keterangan Ki Sidum seorang manusia kuno sangat sakti dari Kerajaan Pajajaran, Raden Wiralodra dan punakawannya menyedari kalau perjalanannya itu kebablasan. Melalui perjuangan keras serta mengikuti binatang peliharaan pemberian Ki Sidum yang berupa seekor Kijang Kencana, akhirnya sampai juga mereka ke hutan di lembah Sungai Cimanuk.
Tiga bulan membabat hutan di lembah sungai, halangan pun datang. Ternyata di hulu Sungai Cimanuk ada kerajaan jin yang membawahi raja-raja kecil di alam ghaib sepanjang aliran sungai sejak Kabupaten Sumedang hingga ke muara Laut Jawa pantai utara Indramayu. Maharaja jin di hulu sungai itu bernama Budipaksa, yang didampingi seorang mahapatih bernama Bujarawis.
Maharaja Budipaksa ini membawahi raja-raja kecil, di antaranya Kerajaan Tunjungbong yang dipimpin Kalacungkring, Kerajaan Pulomas yang dipimpin Raden Werdinata, dan kerajaan-kerajaan jin lainnya sampai tercatat sebanyak 12 kerajaan.
Kehadiran Raden Wirlodra di hutan lembah Sungai Cimanuk membuat gerah bahkan mencipta keganasan menakutkan di kalangan bangsa jin dan makhluk halus lain yang menetap di lembah sungai. Atas laporan teliksandi, Mahapatih Bujarawis mengadukannya kepada Maharaja Budipaksa. Mendengar pengaduan dari mahapatihnya, Maharaja Budipaksa marah besar.
Pertarungan Jin (Maharaja Budipaksa) Dengan Manusia (Raden Wiralodra)
Tanpa buang masa, Maharaja Budipaksa didampingi Mahapatih Bujarawis menyatroni Raden Wiralodra yang sedang membabat hutan didampingi Ki Tinggil. Bermula perdebatan, terjadilah pertarungan secara kesatria di lembah Sungai Cimanuk. Maharaja Budipaksa berhadapan dengan Raden Wiralodra, sementara Mahapatih Bujarawis berhadapan dengan Ki Tinggil.
Konon, pertarungan dua makhluk berbeza alam itu berlangsung selama dua bulan. Karuan hal ini membuat penduduk ghaib di tempat itu bubar ketakutan. Berkat kesaktian Raden Wiralodra, Maharaja Budipaksa berjaya dilumpuhkan dan dikurung di dasar muara Sungai Cimanuk. Dikisahkan, sebelum dilumpuhkan, Maharaja Budipaksa memerintahkan Mahapatih Bujarawis supaya meminta bantuan para raja kecil taklukannya.
Namun, sepuluh raja taklukan Maharaja Budipaksa beserta mahapatihnya dengan gampangnya dilumpuhkan oleh Raden Wiralodra dan Ki Tinggil. Hanya Raden Werdinata yang masih bertahan. Dia bertarung melawan Raden Wiralodra, sementara Mahapatih Jongkara maupun Panglima Kalasrenggi kabur dihajar ilmu pamungkas Ki Tinggil.
Kerana punya kesaktian seimbang, pertarungan antara Raden Werdinata dengan Raden Wiralodra memakan masa 11 bulan. Senjata andalan Raden Wiralodra berupa Cakrabaswara yang telah melumpuhkan Maharaja Budipaksa ternyata mampu diatasi Raden Werdinata dengan menggunakan pusaka berupa tameng bernama Kopyahwaring, pusaka turun temurun Kerajaan Pulomas.
Sebelum ada yang jatuh korban, muncul Kalacungkring, penguasa ghaib Kerajaan Tunjungbong. Kalacungkring menyarankan pada Raden Werdinata supaya menghentikan pertarungan dan sebaiknya menjalin persaudaraan dengan Raden Wiralodra.
Selain dengan dalih Maharaja Budipaksa sudah dikurung di dasar muara Cimanuk, alasan yang paling utama adalah kerana ketakutan bilamana leluhur Raden Wiralodra tersinggung. Jika manusia-manusia kuno Majapahit setingkat Ki Sidum murka, nescaya kerajaan alam ghaib di sepanjang lembah Sungai Cimanuk dibuat musnah untuk selama-lamanya.
Ikat Tali Persaudaraan Jin/Manusia
Atas cadangan Kalacungkring, Raden Werdinata meminta lawannya agar menyudahi pertarungan dan mengajak mengikat tali persaudaraan hingga ke anak cucu. Sebagai pengikat persaudaraan, Raden Werdinata menyerahkan putri kesayangannya bergelar Putri Inten untuk diperistri Raden Wiralodra.
Setelah perdamaian itu, dengan dibantu para prajurit dan penduduk Pulomas, tugas mendirikan kerajaan di lembah Sungai Cimanuk lebih cepat selesai, dan Raden Wiralodra tercatat menjadi pemimpin pertama kerajaan di lembah sungai tersebut, yang hingga kini bernama Kabupaten Indramayu.
Sebagai bangsa jin yang diberi umur panjang, (meski manusia Raden Wiralodra telah meninggal dunia dan digantikan keturunannya bahkan sampai sekarang ini), Raden Werdinata masih kukuh memimpin kerajaan Pulomas didampingi Mahapatih Jongkara. Sedangkan Panglima Kalasrenggi, setelah kabur dari hadapan Ki Tinggil kini menjadi pemimpin raja kecil di Rawabolang, masuk Desa Jatisura, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.
Seiring perubahan zaman, ikatan persaudaraan antara penduduk ghaib Kerajaan Pulomas dengan penduduk Kabupaten Indramayu mulai menyimpang dari makna persaudaraan yang sejati. Penduduk Kerajaan Pulomas siap membantu berbagai problem terkait soal ekonomi yang dialami manusia penduduk Kabupaten Indramayu dengan pampasan, manusia bersangkutan, sesuai dengan perjanjian menjadi budak (hamba) di alam ghaib Pulomas hingga hari khiamat.
Seiring banyaknya penduduk bangsa manusia yang terjerumus ke dalam perjanjian jiwa, lambat laun Pulomas dikenali sebagai tempat pesugihan. Kewujudan Pulomas sebagai tempat pesugihan, belakangan gaungnya sudah meluas, sehingga orang yang mengadakan laku ritual pesugihan di Pulomas bukan setakat warga Indramayu, melainkan datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa bahkan hingga ke Sumatera.
Wak Cartim selaku juru kunci memang bukan orang yang dibekali wawasan kehumasan, sehingga dia tidak sekalipun menyediakan buku tamu di kediamannya. Tapi, dari pengakuan para tetamu yang minta dibantu melakukan ritual pesugihan, mereka banyak yang datang dari luar Kabupaten Indramayu, bahkan dari luar Pulau Jawa. Rumah juru kunci pesugihan Pulomas yang sangat tersohor itu, sukar diterima akal sihat.
Misteri
Awalnya Misteri membayangkan rumah Wak Cartim semegah Villa di Gunung Guci, namun ternyata hanya berupa pondok berdinding bilik anyaman buluh beratap welit yang diperbuat daripada daun buluh. Di dalamnya hanya terdapat ruang tamu, bilik tidur dan bilik dapur merangkap bilik mandi.Umur Wak Cartim mungkin di atas 60 tahun.
Dia hanya seorang diri menduduki rumah pondok yang berada di bawah rendangnya pohon Asam Jawa itu. Di sekelilingnya dipagari hutan bakau. Jarak dengan penempatan penduduk Desa Centigi Sawah sekitar 5 kilometer yang hanya dihubungkan jalan setapak tanpa koral. Jika siang hari, untuk sampai di rumah juru kunci boleh memanfaatkan perkhidmatan ojeg dengan ongkos Rp. 5,000.
Jika ada keinginan untuk refreshing, disyorkan jalan kaki sambil menyusuri tepian pantai. Walaupun disana-sini sudah tercipta bibir pantai curam akibat abrasi, namun tetap masih menyisakan panorama khas pantai yang indah untuk dinikmati.
Tapi jika lepas Maghrib, jangankan dibayar dua kali lipat, dibayar seratus ribu pun tidak bakalan ada tukang ojeg yang bersedia menghantar ke rumah Wak Cartim. Paling disyorkan menginap di rumah penduduk untuk berangkat keesokan paginya. Memang tidak sukar mendapat penginapan di tempat itu. Nyaris setiap rumah penduduk di kampung itu dengan senang hati disinggahi dengan membayar sewa inap sebesar Rp. 50,000 semalam.
Dengan sewa sebanyak itu malamnya mendapatkan jamuan kopi hangat berikut cemilan khas kampung, dan keesokan paginya seusai mandi mendapatkan segelas kopi disusul sarapan berupa longsong. Sehingga jika ditotal, sewa 50,000 benar-benar murah meriah. Namun ternyata tidak gampang mengadakan ritual pesugihan di Pulomas.
Selama seharian, Wak Cartim tak bosan-bosannya menasihati tamunya supaya mengurungkan rencananya yang jelas-jelas menyimpang dari syariat agama itu. Jika seharian dinasihati tetap degil, maka malamnya baru boleh digelar ritual ghaib dipandu langsung Wak Cartim. Ada juga bocoran dari Wak Cartim, khusus bagi orang yang lahir hari Jumaat, jangan cuba-cuba mengadakan ritual, kerana dijamin ditolak penduduk ghaib Pulomas.
Tidak aneh ketika menyebutkan nama Misteri yang memang lahir hari Jumaat kerana bermula suku kata "Dha", tanpa banyak dalih langsung ditolak. Tapi, kerana maksud singgah di tempat itu bukan untuk ritual pesugihan melainkan dalam rangka menghimpun bahan tulisan, dengan agak berat hati, Wak Cartim membenarkan Misteri untuk bermalam di rumah pondok miliknya.
Malamnya, sejak lepas Isya, Wak Cartim langsung mengajak Misteri bincang-bincang di ruang tamu. Di ruangan ini hanya tersedia tikar pandan dan bantal kapuk randu. Tak ada peranti meubeler, akibatnya, mesti duduk bersila di lantai tanah yang dilapisi tikar. Ada yang aneh, meski rumah berada di sekitar paya dengan dinding bilik dari anyaman buluh, namun di ruang tamu ini tidak terdengar dengungan nyamuk walau satu ekor pun.
Dalam perbincangan, Wak Cartim lebih mendominasi. Banyak sekali yang diceritakan, mulai soal tetamu-tetamu yang seluruhnya dari kalangan orang-orang gagal dan putus asa, hingga petikan sejarah kerajaan ghaib Pulomas seperti yang sudah dipaparkan di muka.
"Karena umurnya mendekati seribu tahun, Gusti Raden Werdinata kini lebih banyak berada di ruang kholwat daripada mengurusi pemerintahan. Beliau lebih banyak berdzikir kepada Allah daripada urusan dunia, "kata Wak Cartim.
Jin Masuk Islam
Mendengar peristiwa kali ini, Misteri dibuat heran. Kehairanan di benak Misteri rupanya boleh terbaca. Wak Cartim langsung menjelaskan, semasa masih di bawah pengaruh Maharaja Budipaksa, Raden Werdinata tidak mempunyai agama apapun kecuali adat leluhur. Tapi, sejak rasmi mengikat persaudaraan dengan Raden Wiralodra, dia menyatakan diri masuk ajaran agama Islam.
Sebagai Raja Muslim yang taat, Raden Werdinata tidak pernah dan tidak akan menyesatkan manusia apalagi dari keturunan Raden Wiralodra. Lalu siapa yang mengadakan ikatan perjanjian pesugihan dengan bangsa manusia?
"Sama halnya bangsa manusia, bangsa jin di Pulomas pun ada yang menganut Islam dan agama lain, juga ada yang memelihara adat leluhur. Ada penduduk yang berbudi luhur ada juga yang berperangai jahat. Nah, penduduk Pulomas yang berperangai jahat inilah yang selama ini menangani proses perjanjian pesugihan dengan manusia, " urai Wak Cartim.
Secara logiknya, mustahil seorang raja mau melayani urusan manusia dari kalangan rakyat biasa. Selain tidak pernah menyesatkan, Raden Werdinata juga konsisten dengan ikatan persaudaraan dengan Raden Wiralodra meski saudaranya itu sudah meninggal dunia sejak beratus-ratus tahun silam.
Tewas tenggelam di Sungai Cimanuk
Buktinya, dalam zikirnya, suatu malam Raden Werdinata mendapat petunjuk bahawa daerah Indramayu bakal dilanda ombak pemusnah (Tsunami). Tanpa banyak pertimbangan, dia menyudahi zikirnya lalu mendatangi penguasa Pantai Utara. Di hadapan Nyi Ratu Nawangwulan, Raden Werdinata meminta supaya ombak pemusnah itu jangan sampai menerjang penduduk Indramayu.
Jika ombak pemusnah itu sampai terhempas, dia bersetuju untuk bertarung. Walaupun sedar ilmu Nyi Ratu Nawangwulan jauh lebih tinggi, demi ikatan persaudaraan dengan Raden Wiralodra, dia rela mempertaruhkan nyawanya mati di tangan Nyi Ratu Nawangwulan.
"Mujurlah Nyi Ratu Nawangwulan bersedia memenuhi permintaannya, sehingga ombak pemusnah itu urung menerjang Indramayu dan berputar menerjang daerah Pangandaran, Kabupaten Ciamis," ungkap Wak Cartim, menutup kisahnya.
Menjelang tengah malam, Wak Cartim pamit untuk mengadakan upacara peribadi di bilik tidurnya, sementara Misteri disuruh tetap di ruang tamu dengan ditemani bantal kumal. Seiring merembesnya bau buhur jin dari sela-sela dinding bilik bilik tidur, alam mimpi pun tersingkap dan Misteri tidur di ruang tamu yang lumayan sempit itu.
Sekian.
Kesimpulan dari cerita rakyat di atas, Islamlah penyelamat manusia dan jin. Dengan peraturan dan cara hidup yang membawa kebahagiaan dari dunia hingga akhirat. Wassalam.
1 comment:
Apa jadi dgn selangor. Bekas menteri kesihatan yg kononnya punya cadangan hebat. Sama macam abam, hebat perancangan tapi utk gagal. Spesis liberal yg kuat retorik dan berlagak hebat.
Post a Comment