Gambar atas: Padang pasir penghuni jin?
Mari kita berkenalan dengan makhluk 'jin'.
Satu:
Ya, lihat firman ini, ertinya... "Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat [51]: 56).
Begitu, tujuan Allah menciptakan jin dan manusia, yakni semata-mata untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.
Dua:
Kerana itu, golongan jin dan manusia terbahagi dua, iaitu Muslim dan kafir. Jin pun masukIslam.
Sila renung ayat ini... Dalam Alquran surah Jin [72] ayat 1-2. "Telah diwahyukan kepadaku bahawa sekumpulan jin mendengar Alquran. Lalu, mereka berkata, `Sesungguhnya, kami telah dengar Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Kerana itu, kami percaya dan kami tidak akan persekutukan Allah SWT dengan siapa pun juga."
Peristiwa ini terjadi semasa Rasul SAW bersama sahabat-sahabat sedang melaksanakan shalat Subuh. Ketika itu, Rasul SAW membaca surah Ar-Rahman [55] ayat 1-78.
Dalam surah Ar-Rahman ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, "Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Ketika ayat ini dibacakan, para jin yang hadir masa itu langsung menjawabnya dengan kalimat, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami."
Ibnu Mas'ud menyatakan, beliau ikut menyaksikan malam turunnya ayat Jin ini. Rasulullah SAW bersabda, "Aku dihadiri juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka."
Peristiwa ini terjadi di sebuah masjid yang terletak di kampung Ma'la, tidak jauh dari pekuburan kaum Muslim di Kota Makkah. Dan kini, masjid itu dinamakan dengan Masjid al-Jin atau Masjid al-Bai'ah. Sebab, di tempat inilah jin berbaiat atau menyatakan keIslaman mereka kepada Rasulullah SAW untuk beriman kepada Allah SWT dan Kitab-Nya. (ini, gambar masjid itu.)
Masjid Jin di Makkah
Masjid ini menjadi monumen terpenting antara Rasulullah SAW dan para jin. Diceritakan pada saat itu, para Jin hendak pergi ke Tihamah. Namun, mereka mendengar bacaan Alquran. Mereka sangat takjub mendengarnya, dan mereka berdialog dengan Rasulullah SAW, lalu menyatakan keimanannya. Mereka kemudian menyampaikan hal itu kepada kaum jin. Penyampaian para jin yang berbaiat dengan Rasul SAW itu diabadikan dalam Alquran surah Al-Ahqaf [46]: 29-32.
Tiga:
Dalam Asbab an-Nuzul karya Jalaluddin as-Suyuthi disebutkan sebab-sebab turunnya surah Al-Ahqaf ayat 29-32. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas'ud. Ketika Rasulullah SAW sedang membaca ayat-ayat Alquran, ada beberapa jin (sejumlah riwayat menyebutkan jumlahnya ada sembilan jin dan sebahagian lain menyebutkan tujuh jin) yang turut dengar bacaan Alquran dari Rasulullah SAW.
Kemudian, salah satu dari jin itu mengingatkan teman-temannya, "Diamlah, perhatikan bacaannya." Sesudah itu mereka kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan kaum mereka kepada jalan yang benar.
Dalam kitab Ad-Durur al-Manshur disebutkan bahawa jumlah jin yang datang kepada Rasulullah SAW itu sebanyak tujuh jin. Sementara itu, menurut Ibnu Mas'ud sebagaimana dikutip Syekh Abdul Mun'im Ibrahim, dalam kitabnya Ma Qabla Khalqi Adam dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam? Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, jumlah mereka sebanyak sembilan dan salah satu dari jin itu bernama Zauba'ah.
Responsif Dalam kitab Fath al-Bari bi syarh Shahih al-Bukhari bab Dzikru al-Jin disebutkan, pemimpin para jin itu bernama Wirdan. Jin-jin itu berasal dari Nasibain, iaitu sebuah daerah terletak di perbatasan antara negara Irak dan Suriah, iaitu di dekat Mosul.
Menurut Abdullah ibnu Umar, ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah SAW ketika itu adalah surah Ar-Rahman. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada bagiku selain golongan jin yang lebih baik dalam merespons surah Ar-Rahman daripada kamu."
Sahabat-sahabat bertanya, "Boleh ke, ya Rasul?" Rasulullah menjawab, "Ketika aku membaca ayat `Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan,' para jin berkata, "Wahai Tuhan kami, tidak ada sedikit pun dari nikmat-Mu yang kami dustakan."
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya mengenai bagaimana mereka (golongan jin) menafakuri dan menadaburi (menelaah dan mencerna) ayat-ayat Allah SWT. Ketika ayat Alquran bertanya sesuatu, para Jin itu dengan cepat merespons pertanyaan Allah.
Empat:
Sementara itu, para sahabat masih terdiam dan terpaku mendengarkan ayat-ayat tersebut. Para jin lebih respek terhadap ayat yang banyak menggunakan kalimat istifham (pertanyaan) daripada manusia. Namun, diamnya para sahabat dalam merespons ayat Alquran ini masih lebih baik dibandingkan dengan orangorang kafir Quraisy yang enggan mengimani dan meyakini kebenaran Alquran dan ajaran Islam.
Teguran, menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur'an, surah Jin dan Al-Ahqaf itu memberikan teguran kepada orang-orang kafir Quraisy dan Arab di Makkah yang terlambat merespons keimanan. Sementara itu, jin yang bukan berasal dari golongan manusia lebih cepat dalam menerima dan merespons dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW.
Para Jin ini terbagi dua..
- yakni jin kafir dan jin Islam (mukmin). Jin yang beriman akan ditempatkan di surga,
- sedangkan jin kafir akan ditempatkan di neraka.
Rasulullah SAW menggambarkan bahawa Jin-jin itu terbagi tiga golongan...
- yakni golongan yang boleh terbang di udara,
- golongan ular dan anjing,
- serta golongan yang bermukim dan hidup berpindah-pindah.
Lihat hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Maqasid asy-Syaithan, dalam bahagian Hawatif, riwayat al-Hakim, dan juga hadis lainnya.
Lima:
Sebagaimana manusia dan haiwan, jin- jin ini juga makan dan minum, menikah, beranak, serta mati. Menurut Syekh Abdul Mun'im Ibrahim, para jin ini adalah penghuni dunia yang hidup di tempat-tempat sepi dari manusia dan di padang pasir. Dan, diantara para jin itu ada yang hidup di pulau-pulau di tengah laut, di tempat sampah, di tempat rusak, dan di antara mereka ada yang hidup bersama manusia.
Jin memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia, seperti terbang, naik ke langit, mendengar apa yang tidak boleh di dengar oleh manusia, dan mereka juga melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
Enam:
Bolehkah jin diperintah manusia?
Sejumlah ulama berpendapat, manusia dan jin sama-sama dibebani dengan hukum taklifi (kewajiban dan larangan). Sebab itu, jin- jin pun berkewajiban menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Lihat surah Adz-Dzariyat [51]: 56. Mereka yang menjalankan perintah tersebut tentu saja akan mendapatkan balasan pahala dari Allah dan yang mengerjakan larangan-Nya juga akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dalam surah Ar-Rahman terdapat sejumlah pernyataan Allah SWT yang berulang-ulang tentang "kamu berdua mendustakan" (tukazziban). Yang dimaksud di sini adalah jin dan manusia.
Lalu, dari manakah mereka mengetahui semua perintah itu, dan bagaimana mereka metaatinya? Adakah rasul yang berasal dari golongan jin? Tak ada keterangan mengenai hal ini. Hanya saja, Alquran menyebutkan, jin dan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah.
Dalam Alquran disebutkan, setiap umat itu ada seorang rasul yang diutus kepada mereka untuk menyeru dan mengajaknya pada jalan kebenaran. "Tiap-tiap umat mempunyai rasul. Apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya." (QS Yunus [10]: 47).
Menurut sejumlah pendapat ulama, tidak ada jin yang diutus menjadi nabi dan rasul. Sebab itu, nabi dan rasul hanya berasal dari golongan manusia. Dan, setiap nabi dan rasul itu berkewajiban menyampaikan dakwahnya kepada umat manusia dan golongan jin. Kerana itulah, ada jin yang beriman dan ada pula yang tidak. Yang beriman disebut dengan jin Muslim dan yang ingkar atau jahat berasal dari golongan jin kafir.
Tujuh:
Manusia memerintah jin.
Seorang manusia yang pernah memerintah jin terjadi pada zaman Nabi Sulaiman AS. Di masa Nabi Sulaiman berkuasa, pernah sebahagian jin dengan izin Allah SWT diperintahkan untuk bekerja di bawah kekuasaannya. Mereka berbuat apa yang dikehendaki Nabi Sulaiman, seperti membuat gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang besarnya seperti kolam, dan periuk yang tetap berada di atas tungku. Lihat QS Saba [34] ayat 12-13.
Peristiwa Nabi Sulaiman yang memberikan tugas kepada kaum jin ini juga menunjukkan bahwa para jin mempunyai keterampilan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut. Tetapi, ilmu yang mereka miliki juga sangat terbatas. Misalnya, mereka baru mengetahui bahawa Nabi Sulaiman wafat setelah jasadnya tersungkur kerana tongkatnya dimakan rayap atau anai-anai.
Sejumlah ulama juga berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW juga memperoleh anugerah yang sama. Beliau juga dapat menundukkan jin. Dalam suatu kesempatan, beliau pernah bermaksud mengikat salah satu jin yang menganggu ketika sedang shalat, tetapi maksud tersebut beliau batalkan kerana mengingat permohonan Nabi Sulaiman memperoleh anugerah yang tidak wajar diperoleh seseorang pun sesudah beliau.
Lapan:
3 Tingkat
Ibnu Taimiyah membahagi manusia yang mampu memerintah jin pada tiga tingkat.
1) Memerintah jin sesuai dengan yang diperintahkan Allah, yakni beribadah hanya kepada-Nya dan taat kepada Rasul-Nya. Siapa yang melakukan ini, ia termasuk wali Allah yang paling utama.
2) Memanfaatkan jin untuk tujuan-tujuan mubah (bukan yang dilarang bukan pula yang dianjurkan agama) sambil memerintahnya melaksanakan kewajiban dan menghindari larangan Allah. Orang seperti ini bagaikan raja. Kalaupun ia termasuk wali Allah, peringkatnya di bawah peringkat pertama tadi.
3) Menggunakan jin untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti syirik dan membunuh. Manusia yang termasuk kategori ketiga ini menurut Ibnu Taimiyah sebenarnya telah tertipu oleh syaitan.
Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi, seorang ulama al-Azhar kontemporeri, berpendapat, Allah SWT dengan Qudrat-Nya mampu menjadikan jenis makhluk yang rendah memperalat dan mengatasi jenis makhluk yang tinggi. Syekh asy-Sya'rawi menambahkan, kemungkinan yang tergambar dalam pemikiran mengenai kekuasaan manusia atas jin adalah terhadap jin yang baik atau yang jahat.
Jin yang baik, sebagaimana manusia yang baik. Menurut asy-Sya'rawi, mereka tidak mungkin rela diperalat oleh siapapun. Dengan demikian, bolehlah dikatakan bahawa tidak ada jin yang ditundukkan atau diperalat manusia, kecuali yang jahat. Begitu juga manusia, yang dapat diperalatkankan, ialah yang jahat. (IH)
Ini, siapa peralatkan siapa?
Jenis jin yang sangat berbahaya kepada Islam dan umat Islam dan negara:
ReplyDelete1. Jin kafir harbi roket yang sangat memusuhi Islam dan umat Islam.
2. Jin liberal mata satu ternakan jin ifrit roket.
3. Jin liberal-syiah cap kuali ternakan jin ifrit roket.
4. Jin-jin ternakan wak jahit komedi.
Jenis jin no 1, no 2 dan no 3 telah membentuk pakatan kaki kencing sokongan syaitan Zionis untuk menggulingkan kerajaan Melayu-Islam dan memberi kuasa kepada jin roket untuk membentuk negara sekular-plural-liberal dan menafikan hak Islam dan hak Islam.
Pakatan jin kafir harbi-luberal-syiah ini telah berjaya menyihir sebilangan rakyat materialistic untuk menyokong dan mengundi mereka dengan menggunakan mentera persepsi dan jampi serapah menipufesto kesatuan jin kafir harbi-liberal-syiah.
Akhirnya semua janji indah itu telah menjadi air kencing yang sangat hancing.
Jin no. 4 adalah jin lidah biawak yang pandai main wayang. Di waktu puak puak mereka jatuh terguling, mereka berceramah konon mahukan perpaduan kaum Melayu Islam.
Apabila mereka sudah mula merasa kuat, mereka meroyan histeria mahu memusnahkan perpaduan kaum Melayu Islam semata-mata kerana menyelamatkan kluster mahkamah.
Puak-puak jin gila kuasa ini adalah seperti orang yang sedang lemas di sungai, sanggup buat apa sahaja untuk menyelamatkan diri mereka dan kroni mereka demi agenda peribadi mereka bukan kerana agenda rakyat.