*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan
الحَمْدُ ِللهِ اللَّطِيْفِ الرَّؤُوْفِ اْلمَنَّانِ، الْغَنِيِّ اْلقَوِيِّ السُّلْطَانِ، الحَلِيْمِ اْلكَرِيْمِ الرَحِيْمِ الرَّحْمَنِ، اْلمُحِيْطِ عِلْمًا بِمَا يَكُوْنُ وَمَا كَانَ، يُعِزُّ وَيُذِلُّ، ويُفْقِرُ وَيُغْنِي، كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍ. أَحْمَدُهُ عَلَى الصِّفَاتِ اْلكَامِلَةِ اْلحِسَانِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ وَبِالشُّكْرِ يَزِيْدُ اْلعَطَاءَ وَاْلاِمْتِنَانَ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ المَلِكُ الدَّيَّان، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ إِلَى اْلإِنْسِ وَاْلجَانِّ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تَوَالَتِ اْلأَزْمَانُ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً. أَمَّا بَعْدُ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن.
Ma’āsyiral Muslimīn raḥimakumullāh
Dalam kesempatan mulia ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah shubhanahu wata’ala, dengan cara mengerjakan perintah-Nya dengan ikhlas, khusyuk, lagi penuh tawakal.
Juga, mari kita tingkatkan ketakwaan kita dengan cara menjauhi larangan Allah shubhanahu wata’ala dengan semangat berhijrah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan terpuji dan diridhai oleh-Nya.
Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, para shahabat, dan umatnya hingga yaumulkiamah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu buah keimanan dan ketakwaan seseorang, terlihat dari kualitasnya dalam bekerja. Bekerja juga menjadi bukti syukur kita kepada Rabb Yang Mahakuasa atas nikmat sehat, nikmat waktu luang, dan nikmat kekuatan.
Bukti kita bersyukur adalah, kita mengoptimalkan segenap daya dan upaya yang telah Allah anugerahkan kepada kita dengan sebaik-baiknya.
Bekerja juga merupakan bentuk ejawantah bahwa kita betul-betul menjalankan amanah Allah shubhanahu wata’ala berupa khalifatullahi fil ardh.
Ini secara tegas Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat,“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan Nama-Mu?”Allah berfirman,“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Ayat tersebut menjelaskan rencana Allah shubhanahu wata’ala menciptakan manusia sebagai khalifah atau wakil Allah untuk mengelola bumi.
Materi Khutbah Jumat: Pembuka dan Penghalang Pintu Rezeki
Agar dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, maka yang harus dilakukan oleh seorang hamba adalah bekerja dengan baik. Bekerja dengan baik saja tentu tidak cukup, tetapi juga harus dengan semangat yang membara. Semangat inilah yang perlu ditingkatkan dan itulah yang disebut dengan etos kerja.
Ma’āsyiral Muslimīn raḥimakumullāh
Banyak ayat al-Quran berisi petunjuk yang dapat meningkatkan etos kerja seseorang. Di antaranya adalah:
Pertama: Manajemen Waktu
Seorang Muslim dituntut untuk mempergunakan waktu seefektif mungkin sehingga ia dapat mengisi waktunya dengan segala bentuk aktivitas yang bermanfaat. Terlebih bila sedang mengerjakan suatu pekerjaan.
Berkali-kali kita temukan ayat yang berisi sumpah Allah shubhanahu wata’ala menggunakan waktu seperti wal ‘ashri, wadh dhuha, wal laili, wan nahari, dan lain sebagainya.
Ini mengandung pesan, setiap orang yang ingin sukses harus bisa mempergunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu adalah modal terbaik.
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Rabb-mulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirāh: 7–8)
Ayat tersebut mengisyaratkan, jika seseorang ingin meraih keberhasilan dalam usahanya, maka tidak boleh ada waktu yang ia sia-siakan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan suatu karya yang bermanfaat dan bermaslahat.
Apabila menyelesaikan suatu pekerjaan segera ia susul dengan pekerjaan bermanfaat lain dengan sungguh-sungguh. Ayat tersebut juga memberi isyarat, pentingnya sebuah perencanaan dalam satu pekerjaan.
Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan, sebelum kita melakukan satu pekerjaan, cobalah membuat perencanaan yang baik dengan tahapan pekerjaan yang sistematis dan target yang dapat diukur. Apabila satu tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap berikutnya dengan bersungguh-sungguh.
Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang Muslim dalam bekerja harus memiliki etos kerja yang tinggi.
Materi Khutbah Jumat: 3 Cara Meningkatkan Takwa
Namun yang perlu diingat, kunci keberhasilan pekerjaan yang kita lakukan bukan hanya terletak kepada etos kerja saja, melainkan juga disandarkan kepada ridha Allah shubhanahu wata’ala.
Inilah isyarat yang terdapat dalam ayat kedelapan surah di atas, “Dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap.” Inilah yang membedakan antara etos kerja yang diajarkan oleh al-Quran dengan etos kerja yang diajarkan oleh selainnya.
Jamaah sidang Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Kedua: Bekerja Sesuai Bidang dan Kompetensi
Etos kerja seseorang akan terlihat apabila pekerjaan yang ia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Tidak kalah penting pula, jika orang tersebut memang menginginkan pekerjaan itu.
Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang bukan bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi, jangan harap dapat memperoleh hasil maksimal. Yang ada justru sebaliknya: kegagalan.
Allah shubhanahu wata‘ala berfirman:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
“Katakanlah (Muhammad),“Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing”. Maka Rabb-mu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS. Al-Isrā’: 84)
Ayat ini mengisyaratkan, Allah menganugerahi setiap hamba-Nya dengan potensi dan kecenderungan tertentu. Dalam bahasa modern disebut dengan talenta atau bakat.
Seseorang yang dapat dengan baik mengenali dan menggali potensi pemberian Allah tersebut, kemudian dapat mewujudkan dalam bentuk kecakapan dan kompetensi dalam bidang tertentu, bukan suatu yang sulit bagi dirinya untuk dapat meningkatkan etos kerja dan meraih hasil maksimal.
Ma’āsyiral Muslimīn raḥimanī wa raḥimakumullāh
Hal tidak kalah penting dalam meningkatkan etos kerja ini, seorang Muslim harus tetap mengikuti petunjuk Allah shubhanahu wata’ala dalam bekerja.
Hal yang harus diperhatikan adalah:
Pekerjaan tidak boleh menjadikan kita lupa kepada Allah
Sekeras apa pun orang bekerja, setinggi apa pun etos kerja yang dimiliki, tidak boleh menjadikan dirinya lupa kepada Allah shubhanahu wata’ala.
Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Maksud jual beli dalam ayat tersebut mencakup seluruh bentuk aktivitas atau pekerjaan manusia. Maka apa pun aktivitas dan pekerjaan yang dilakukannya tidak boleh menjadikannya melupakan Allah shubhanahu wata’ala.
Ayat tersebut ditutup dengan pernyataan Allah, “Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Hal ini mengisyaratkan, boleh jadi ada orang yang tetap bekerja dengan etos tinggi tanpa peduli dengan aturan-aturan Allah. Ini jelas merugikan dirinya sendiri. Sebab, hasil pekerjaan tersebut tidak akan membawa kebahagiaan hidupnya di dunia apalagi di akhirat.
Sebaliknya, yang terjadi adalah orang akan mengalami kecanduan kerja, dan itu akan berakibat buruk bagi keseimbangan hidupnya.
Ma’āsyiral Muslimīn raḥimanī wa raḥimakumullāh
Ketiga: Etos Kerja Tinggi Jangan Melupakan Shalat dan Zakat
Ibadah shalat adalah bagian dari teknis dan mekanisme yang Allah shubhanahu wata’ala ciptakan agar manusia dapat memelihara komunikasinya dengan Allah.
Sesibuk apa pun seseorang, kalau ingin hidupnya diberkahi dan Bahagia, maka harus senantiasa menjaga shalatnya.
Setelah memeroleh hasil dari pekerjaannya, ia dituntut untuk memberikan hak-hak saudaranya yang kurang beruntung (fakir miskin) dengan membayar zakat.
Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah:
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلْقُلُوبُ وَٱلْأَبْصَٰرُ
“Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).” (QS. An-Nūr: 37)
Dari rambu-rambu di atas yang paling penting untuk diperhatikan adalah tidak boleh melakukan pekerjaan yang diharamkan oleh Allah shubhanahu wata’ala.
Kalau larangan Allah subhanahu wata’ala tersebut tetap dilanggar, maka akan membawa kehancuran bagi individu orang tersebut juga bagi masyarakat sekitarnya. Misalnya, dengan melakukan perjudian dan bentuk kecurangan lainnya.
Salah satu ayat yang menjelaskan hal ini adalah Surah al- Ma’idah: 90–91.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan–perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah: 90)
اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ
“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti?” (QS. Al-Maidah: 91)
Semoga Allah shubhanahu wata’ala senantiasa menuntun langkah kaki kita untuk selalu menetapi jalan kebaikan sebagaimana yang diajarkan Allah shubhanahu wata’ala dalam firman-Nya dan Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ،
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:
يَا أَيًّهَا الحَاضِرُوْن، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ}، قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا}، وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}،
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ الله، اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.
Download PDF Materi Khutbah Jumat Singkat dakwah.id
Membangun Etos Kerja Islami di sini:
Naskah Khutbah Jumat 10 Hari Pertama Muharram 1442H, Kemuliaan dan Kehormatan 10 Nabi di Hari Asyura - Pikiran Rakyat Bogor
Semoga bermanfaat