Wednesday, July 02, 2008

Pengajaran Dari Pulau Simardan


Ibnu Hasyim: Catatan Perjalanan

"SIAPA yang menjaminmu hidup sampai waktu zohor?" Terlontar pertanyaan itu dari mulut seorang pemuda kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tokoh pemimpin bergelar 'Khulafa Ur-Rasyidin Ke 5' itu? 

Tersentak khalifah yang terkenal keadilan itu seketika, kerana sebelum itu beliau baru hendak merebahkan diri berihat setelah selesai menguburkan jenazah khalifah sebelumnya, iaitu Sulaiman bin Malik. Baru beliau hendak berihat, tiba-tiba seorang pemuda berumur 17 tahun menghampirinya dan bertanya,,

"Apa yang engkau nak buat ya Amirul Mukminin?"

"Biarlah aku tidur sekejap. Aku sangat penat dan letih, hampir tak ada tenaga yang tinggal lagi!" Jawab Umar Abdul Aziz.

"Engkau nak tidur sebelum kembalikan barang yang diambil secara paksa dari pemiliknya wahai Amirul Mukminin??" Pemuda itu tidak puas hati.

"Nanti sampai waktu zohor, aku dan yang lain-lain akan kembalikan barangan tersebut kepada pemiliknya!" Balas Umar.

Jawapan inilah yang menimbulkan pertanyaan pemuda itu seperti di atas. Pemuda itu bernama Abdul Malik, adalah anak beliau sendiri.

Cerita itu dipetik dari risalah berjodol 'Hizbul Adalah' yang tersebar pada hari Jumaat lepas di masjid Tanjung Balai terbitan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Indonesia. Antara komen risalah tersebut...

{ Kalau saja hari ini sejarah itu terulang, betapa bahagianya kita menjadi rakyat dari pemimpin seperti mereka. Kita mendapati isteri dan anak-anak sang pemimpin menjadi pembantunya untuk taat kepada Allah. Isteri dan anak-anaknya menjadi pengawas melekat dari harta, dari mana datangnya. Anak-anak akan berkata, 

"Ayah, kami lebih tahan lapar di dunia daripada panasnya api neraka. Jangan kita makan, jangan kita simpan yang bukan dari hak kita!"

Adakah (ada) anak yang seperti ini? Jawapan kita mustahil, dan kalaupun ada paling satu dua. Hari ini, berapa banyak anak-anak yang mencelakakan orang tua. Tidak bisa disalahkan salah satu pihak sahaja. Karena kata Rasul, " anak itu lahir dalam keadaan fitrah (seperti kain putih), orangtuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi atau Majusi."

Jangan salahkan anak, karena mereka mencuri, karena ayahnya ajarkan cara untuk korupsi. Jangan salahkan anak ketika mempergunakan jabatan orangtua untuk memperkaya dirinya sendiri, karena ayahnya mengajarkan hal itu semenjak kecilnya. Jangan salahkan anak, karena dia hanya peniru dari orangtuanya. Jangan salahkan anak tidak punya perasaan persaudaraan, karena kalian sering ajarkan cara bermusuhan. Apakah catatan sejarah indah ini akan terulang lagi? }

Demikian sedutannya.

Di Tanjung Balai, ada sebuah kisah dan cerita tentang legenda anak derhaka. Seperti juga cerita Malin Kundang di Sumatera Barat yang disumpah menjadi batu. Sampuraga di Mandailing Natal Sumatera Utara yang konon katanya, berubah menjadi sebuah sumur berisi air panas. Di Thailand ada cerita Pulau Jelapi, juga hasil sumpahan anak derhaka dari orang tuanya, yang pernah dikasetkan oleh penyanyi dikir barat Mat Yeh anak Pattani. Seperti juga cerita Si Tanggang di Malaysia yang telah dibuku dan difilemkan.

Kisah di kota Tanjung Balai ini, akibat derhaka terhadap ibunya, seorang pemuda dikutuk menjadi sebuah daratan yang dikelilingi perairan, yakni Pulau Simardan. Berbagai cerita masyarakat mengenainya, Simardan adalah anak wanita miskin dan yatim. Pada suatu hari, dia pergi merantau ke negeri seberang, mengadu nasib dan mencari peruntungan. 

Setelah beberapa tahun merantau dan tidak diketahui khabarnya, maka pada suatu hari ibunya yang tua renta itu mendengar berita dari masyarakatnya tentang berlabuhnya sebuah kapal layar dari Malaysia. Menurut keterangan masyarakat kepadanya, pemilik kapal itu bernama Simardan yang tidak lain adalah anaknya. Anak yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. 

Betapa bahagia bila anaknya telah kembali. Ibu Simardan lalu pergi menyusur ke pelabuhan. Di pelabuhan, wanita tua itu mejumpai Simardan sedang berjalan bersama seorang wanita cantik dan kaya raya. Dia terus memeluk erat tubuh anaknya dengan gembira, dan mengakui, Simardan itu adalah anaknya. Tidak diduga, pelukan kasih dan sayang seorang ibu, rupanya telah ditepis oleh Simardan. 

Bahkan, dengan tanpa belas kasihan Simardan menolak tubuh ibunya hingga terjatuh. Walaupun isterinya meminta Simardan untuk mengakui wanita tua itu sebagai ibunya, namun pendiriannya tetap tidak berubah. Simardan mengusir ibunya dengan mengatakan pengemis.

"Sebelum terjadinya peristiwa tersebut, Pulau Simardan masih sebuah perairan tempat kapal berlabuh. Lokasi berlabuhnya kapal tersebut, di Jalan Sentosa Kelurahan Pulau Simardan Lingkungan IV Kota Tanjung Balai..." kata tokoh masyarakat di Pulau Simardan, H.Daem, 80, warga Jalan Mesjid P. Simardan Kota Tanjung Balai.

Tanjung Balai, terletak di 20.58 LU (Lintang Utara) dan 0.3 meter dari permukaan laut. Sedangkan luasnya sekitar 6,05,90 ha dengan jumlah penduduk kurang lebih 144,979 jiwa (sensus 2003). Walaupun peristiwa tersebut terjadi di daerah Tanjung Balai, Daem mengatakan, Simardan sebenarnya berasal dari hulu Tanjung Balai atau sekitar daerah Tapanuli.

Hal itu juga dikatakan tokoh masyarakat lainnya, Abdul Hamid Marpaung, 75, warga Jalan Binjai Semula Jadi Kota Tanjung Balai. 

“Daerah asal Simardan bukan Tanjung Balai, melainkan di hulu Tanjungbalai, iaitu daerah Porsea Tapanuli,” jelasnya.

Ada lagi yang menarik dari berbagai cerita atau kisah tentang legenda anak derhaka itu. Biasanya anak yang derhaka dikatakan pergi merantau untuk mencari pekerjaan, dengan tujuan merubah nasib keluarga. Berbeza dengan Simardan, dia merantau ke Malaysia untuk menjual harta karun yang ditemukannya di sekitar rumahnya, kata Abdul Hamid Marpaung.

“Simardan bermimpi lokasi harta karun. Esoknya, dia pergi ke tempat yang tergambar dalam mimpinya, dan menemui berbagai macam perhiasan yang banyak,” tutur Marpaung lagi. 

Kemudian, Simardan merancang menjual harta karun yang ditemui itu, dan Tanjung Balai merupakan daerah yang ditujunya. Kerana, jelas Marpaung, di situ berdirinya sebuah kerajaan yang besar dan kaya. Tetapi setibanya di Tanjung Balai, kerajaan tersebut tidak mampu membayar harta karun temuan Simardan itu, sehingga dia terpaksa pergi ke Malaysia.

“Salah satu kerajaan itu, di Pulau Pinang Malaysialah yang membeli harta karun tersebut. Bahkan, Simardan juga mempersunting puteri kerajaan itu,” ungkap Marpaung lagi. 

Tetapi menurut H.Daem, tujuan Simardan pergi merantau ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa tahun di Malaysia, Simardan akhirnya berhasil menjadi orang kaya dan menyunting puteri bangsawan sebagai isterinya. Setelah berpuluh tahun merantau, Simardan akhirnya kembali ke Tanjung Balai bersama isterinya. Kedatangannya ke Tanjung Balai, menurut Daem, untuk berdagang sekaligus mencari bahan-bahan keperluan. 

Menurut Marpaung lagi, Simardan datang ke Tanjung Balai kerana tidak memiliki keturunan. Jadi atas saran orang tua di Malaysia, pasangan suami isteri itu pergi ke Tanjung Balai. Lebih lanjut dikatakan Marpaung, berita kedatangan Simardan di Tanjung Balai disampaikan masyarakat kepada ibunya.

"Gembira anak semata wayangnya kembali ke tanah air, sang ibu lalu mempersiapkan berbagai hidangan, berupa makanan khas keyakinan mereka yang belum mengenal agama. Hidangan yang disiapkan ibunya adalah makanan yang diharamkan dalam agama Islam." tutur Marpaung.

Dengan sukacita, ibu Simardan kemudian berangkat menuju Tanjung Balai bersama beberapa kerabat dekatnya. Sesampainya di Tanjung Balai, ternyata sikap dan perlakuan Simardan tidak seperti yang dibayangkannya. Simardan membantah atau tidak mengakui bahawa orang tua tersebut adalah wanita yang telah melahirnya. Hal itu dilakukan Simardan, jelas Marpaung, kerana dia malu kepada isterinya takut diketahui ibunya belum mengenal agama (Sebenarnya perlakuan begitu bukanlan dari ajaran Islam yan betul). 

“Makanan yang dibawa ibunya adalah bukti bahawa keyakinan mereka berbeda.”

Sementara menurut H. Daem, perlakuan kasar Simardan adalah kerana malu melihat ibunya yang miskin. “Karena miskin, ibunya memakai pakaian compang-comping. Akibatnya, Simardan tidak mengakui sebagai orangtuanya.”

Setelah diperlakukan kasar oleh Simardan, wanita tua itu lalu berdoa sambil memegang payudaranya. “Kalau dia adalah anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu,” begitulah kira-kira yang diucapkan ibu Simardan. 

Selesai berdoa, turun angin kencang disertai ombak yang mengarah ke kapal layar, sehingga kapal tersebut hancur berantakan. Sedangkan tubuh Simardan, menurut cerita Marpaung dan Daem, tenggelam dan berubah menjadi sebuah pulau bernama Simardan.

Para pelayan dan isterinya berubah menjadi kera putih, kata Daem dan Marpaung. Hal ini disebabkan para pelayan dan isterinya tidak ada kaitan dengan sikap derhaka Simardan kepada ibunya. Mereka diberikan tempat hidup di hutan Pulau Simardan. 

“Sekitar 40 tahun lalu, masih ditemukan kera putih yang diduga jelmaan para pelayan dan isteri Simardan,” jelas Marpaung. "Namun, akibat bertambahnya populasi manusia di Tanjung Balai khususnya di Pulau Simardan, kera putih itu tidak pernah terlihat lagi."

Di samping itu, sekitar tahun 50an masyarakat menemukan tali kapal berukuran besar di daerah Jalan Utama Pulau Simardan. Penemuan terjadi, ketika masyarakat menggali perigi (sumur). Selain tali kapal ditemukan juga rantai dan jangkar, yang diduga berasal dari kapal Simardan, kata Marpaung.

“Benar tidaknya legenda Simardan, tergantung persepsi kita. Tapi dengan ditemukannya tali, rantai dan jangkar kapal membuktikan bahawa dulu Pulau Simardan adalah perairan.”

Dari dua cerita di atas, dapat dibuat kesimpulan bahawa derhaka kepada dua ibubapa adalah dilarang oleh agama dan kemanusiaan... Kalau berlaku penderhakaan kepada ibubapa dan Allah SWT juga Rasul SAW, maka siasatlah!! 

Di situlah perlu bimbingan tarbiah dari jamaah atau parti Islam yang juga melibatkan ibubapa kepada anak-anak itu sendiri. Itu tugas yang wajib disertai atau diharungi sebagai manusia dan Muslimin..

Sekian Wallahu 'aklam.

...dari
Ibnu Hasyim
Pulau Simardan Tanjung Balai.

Lihat ..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Monday, June 30, 2008

Rakyat Indonesia Sudah Beri Peluang Islam Memerintah?


Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

LEPAS sembahyang subuh di Masjid Saksi pekan Tanjung Balai, yang tidak sampai satu saf makmum di belakang imam, saya terjumpa satu risalah berjodol 'Hizbul 'Adalah' . Buletin Menuju Kasalehan Pribadi dan Ummat- Edisi:VI 1428 H "Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada takwa..." (QS 5:8).

Risalah cetakan photostat itu baki yang tersebar pada hari Jumaat se hari sebelumnya. antara isinya mengulas tentang isu semasa setempat seperti kanaikan bahan bakar (BBM), Tanjung Balai mendapat perhargaan Adipura kota terbersih, sikap jujur yang ada kaitan dengan rasuah dan lain-lain dari sudut Islam. Dibawahnya tertera lambang PKS, yakni diterbitkan oleh PKS Tanjung Balai.

PKS adalah Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 lalu meraih 1.4 juta suara (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten). PK-Sejahtera percaya bahawa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualiti baik secara moral, intelektual, dan profesional.

Kerana itu, PK-Sejahtera sangat menambil berat ke arah wujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera. Inilah yang menapaki setiap jejak langkah dan aktiviti parti, dari sebuah entiti yang belum dikenal hingga dikenal dan terkenal sampai saat ini. Parti yang menduduki peringkat 7 dalam pemilu 1999 itu ditubuhkan pada 20 Julai 1998 di Jakarta, hasil dari konferensi pers di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru.

PK menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK Dr Ir Nurmahmudi Ismail dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY. Pada Pemilu (Pilihan Raya Umum Indonesia) 19 Februari 1999 KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI (Republik Indonesia) dari Partai Keadilan. Pada 30 Mei 1999 lapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara (stembus accord) hasil Pemilu 1999.

Lapan patai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi. PNU. PBB. dan PSII 1905. Pada 20 Oktober 1999, PK menerima tawaran kursi Kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid. Waktu itulah dikatakan rakyat Indonesia memberi mandat kepada parti-parti Islam untuk memerintah negara, berbanding dengan pemili-pemilu (pilihan raa umum) sebelumnya sejak kemerdekaan tahun 1945, iaitu di tahun-tahun 1955, 1971, dan Pemilu 1977-1997.

Baaimana boleh jadi begitu?

Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada 21 Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas desakan publik, pemilu yang baru atau dipercepat segera dilaksanakan, sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Kemudian ternyata bahawa Pemilu dilaksanakan pada 7 Jun 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie.

Pada saat itu untuk sebahagian alasan diadakannya pemilu adalah untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia internasional, kerana pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan Produk Pemilu 1997 sudah dianggap tidak boleh percaya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyelenggaraan Sidang Umum MPR untuk memilih presiden dan wakil presiden yang baru.

Pemilu dipercepat. Peserta Pemilu kali ini adalah 48 parti. Ini sudah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai. Hasil Pemilu 1999, setelah disahkan oleh presiden, PPI (Panitia Pemilihan Indonesia) langsung melakukan pembagian kursi pada 1 September 1999.

Hasil pembagian kursi itu menunjukkan, lima partai besar memborong 417 kursi DPR atau 90.26 % dari 462 kursi yang diperebutkan. Sebagai pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35,689,073 suara atau 33.74 % dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23,741,758 suara atau 22.44 % sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997.

PKB dengan 13,336,982 suara atau 12.61 %, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11,329,905 suara atau 10.71 %, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih 7,528,956 suara atau 7.12 %, mendapatkan 34 kursi. Di luar, lima besar parti lama yang masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi sisa, atau kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997.

Pemilu legislatif 2004 pula menhasilkan:

Nom Nama Partai Politik Jumlah Suara Peratus Jum Kursi
1. PNI Marhaenisme 923,159 0.81% 1
2. Partai Buruh Sosial Demokrat 636,397 0.56% 0
3. Partai Bulan Bintang 2,970,487 2.62% 11
4. Partai Merdeka 842,541 0.74% 0
5. Partai Persatuan Pembangunan 9,248,764 8.15% 58
6. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1,313,654 1.16% 5
7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru 672,952 0.59% 0
8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1,230,455 1.08% 1
9. Partai Demokrat 8,455.225 7.45% 57
10. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1,424,240 1.26% 1
11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 855,811 0.75% 1
12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 895,610 0.79% 0
13. Partai Amanat Nasional 7,303,324 6.44% 52
14. Partai Karya Peduli Bangsa 2,399,290 2.11% 2
15. Partai Kebangkitan Bangsa 11,989,564 10.57% 52
16. Partai Keadilan Sejahtera 8,325,020 7.34% 45
17. Partai Bintang Reformasi 2,764,998 2.44% 13
18. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 21,026,629 18.53% 109
19. Partai Damai Sejahtera 2,414,254 2.13% 12
20. Partai Golongan Karya 24,480,757 21.58% 128
21. Partai Patriot Pancasila 1,073,139 0.95% 0
22. Partai Sarikat Indonesia 679,296 0.60% 0
23. Partai Persatuan Daerah 657,916 0.58% 0
24. Partai Pelopor 878,932 0.77% 2

JUMLAH SUARA SAH 113,462.414 100% 550

Hasil Pemilu Presiden Putaran Kedua 2004 pula:
Nama Pasangan Calon Presiden & Calon Wakil Presiden Jumlah Suara %
Hj. Megawati Soekarnoputri & KH. Ahmad Hasyim Muzadi 44,990,704 39.38%
H. Susilo Bambang Yudhoyono & Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla 69,266,350 60.62%JUMLAH SUARA SAH 114,257,054 100%

Akhirna, putusan meletakkan H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Indonesia sekarang. Mampukah PKS sebagai sebuah parti Islam bersama-sama parti=parti Islam lain mampu memerintah Indonesia lagi? Adakah PKS berpeluang mengepalai kumpulan yang memerintah negara, walaupun dalam jangka masa yang panjang? Kita tunggu pemilu akan datang..

Itulah indahnya politik Indonesia.

Sekian dari
Ibnu Hasyim
Medan Indonesia.
30 Jun 2008 

Lihat.. 
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Wednesday, June 25, 2008

Kupu-kupu Malam.. Ella Memuji Pelacur?


 Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

MOTOSIKAL itu pun berhenti. Dua gadis cantik berpakaian ketat, agak seksi turun dari motosikal, seorang berbangsa Cina dan seorang pribumi. Waktu senja mulai berlabuh dilihat dari atas jambatan melintasi Sungai Asahan Tanjung Balai, tempat muda-mudi bersantai itu.. walaupun dengungan azan magrib dan isyak baru berlalu.

"Itulah kupu-kupu malam." Bisik penjual minuman atas jambatan itu, sambil jarinya menunjuk kepada mereka yang sedang mengambil tempat duduk.

"Mereka mula berterbangan mencari rezeki malam hari dengan menjual tubuh. Siapa yang dapat dipikatnya, dirangkul dibawa ke tempat lain untuk digomolinya. Kebanyakan anak-anak muda yang agak berpendapatan di sini menjadi mangsa dan masuk perangkap mereka."

"Siapa mereka ini? Orang tempatan atau orang luar?" Saya tanya. "Ramaikah?"

"Tak ramai. Kalau di jambatan ini ada kira-kira sepuluh orang. Itupun semua orang luar yang datang khusus menjadi pekerja, kecuali dua orang anak Tanjung Balai ini, di mana salah seorangnya adalah penuntut sekolah. Kalau di hotel-hotel tu ramailah!" Jawabnya sambil mempelawa mereka itu duduk.

Maka jelaslah penjual minuman itu menjadi agen atau barua pencari pelacur, walaupun nampak macam tak secara langsung. Hal ini mengingatkan saya beberapa tahun lalu pernah sampai ke Tanjung Balai ini. Saya sampai waktu malam dari Medan, hotel bersih dari maksiat cuma ada satu, iaitu Hotel Ananda letaknya sebelah masjid yang saya idam-idamkan, sudah penuh. Yang ada cuma di sebuah hotel tepi sungai, itupun tinggal sebuah bilik kecil sahaja, tiada penghawa dingin dan tingkap. Terpaksalah saya terima juga.

Waktu saya masuk bilik hendak tidur, pintunya sentiasa diketuk orang. Rupanya diketuk oleh pelacur-pelacur yang sedang menagih pelanggan. Kerana suasana bilik terlalu panas, saya terpaksa buka pintu dan melihat keluar. Hee.. puluhan pelacur-pelacur muda mungkin ramai yang belasan tahun sedang menunggu dan melayani pelanggan di depan hotel itu. Ada yang berkeliaran dan ada yang duduk-duduk di atas motosikal penunpang. Mereka datang mengerumuni saya. Saya masuk ke bilik dan tutup pintu.

Tetapi kerana tak tahan bilik terlalu panas dan terkurung, saya keluar semula dengan pakaian jogging dan berjalan-jalan pusing pekan itu hingga pagi. Berjalan-jalan melihat pekan yang penuh dengan kupu-kupu malam berterbangan dan berpelesiran... hingga masuk waktu subuh dan saya bersholat di masjid berhampiran. Itu dulu! Tetapi dalam beberapa hari lepas, saya terbaca di akhbar sekitar Sumatra Utara banyak perkara-perkara menarik berlaku.

Orang ramai mulai bertindak memberi amaran dan merobohkan kafe-kafe atau kedai-kedai makan yang terdapat jualan minuman keras, judi dan layanan perempuan-perempuan lacur.. yang diiringi juga muzik rock dan dangdut. Bahkan di Jawa dikatakan ada badan-badan sukarela seperti Front Pembela Islam yang bertindak dengan kerjasama pegawai keselamatan. Terutama yang didirikan menyalahi hukum dan undang-undang negara tetapi didalangi oleh pihak-pihak tertentu hingga kafe-kafe tersebut ada 'kuasa kebal' membangunkan semula walaupun telah dirobohkan oleh orang ramai.

Begitu juga baru-baru ini di Binjai, sekumpulan pembela Islam (kira-kira 2,000 orang) membantah dan memberi amaran akan merobohkan sebuah gereja yang dibina di atas tanah tanpa izin pemerintah kerana di dalam kawasan orang Islam. Teringat juga saya petang tadi semasa naik beca melawat suatu kawasan kafe-kafe seperti itu di luar pekan Tanjung Balai yang masih ada.

"Mengapa di kawasan itu tidak dirobohkan?" Saya tanya.

"Kerana kawasan ini terdapat ramai orang Kristen." Jawabnya, sambil jarinya menunjukkan kepada sebuah gereja besar dengan lambang salibnya terpampang, ditepi jalan di situ. "Di situlah lambang dan tunjang keampuhan mereka... "

Jelasnya lagi, "Walaupun begitu kafe-kafe seperti ini sudah tidak mendapat sambutan lagi di sini, kerana pihak pemerintah telah berjaya membanteras penyeludupan dan kegaiatan mafia. Wanita-wanita tidak lagi dapat diseludupkan sebagai pekerja seks keluar negara melalui Tanjung Balai, kononnya termasuk Malaysia."

Font Pembela Islam (FBI)

Berbalik kepada 'kupu-kupu malam', apakah ia sama seperti lagu 'rama-rama' yang dinyanyikan oleh artis wanita ratu rock Malaysia Ella yang sering ditayangkan sebagai hiburan di tv-tv Malaysia? Bahkan lagu-lagunya juga turut membantu dan memeriahkan kafe-kafe seperti tersebut? Apakah lagunya ini turut memuja pelacur atau pekerja-pekerja seks?? Sama-samalah kita nilaikan...

Wallahu aklam.

Ibnu Hasyim
Tanjung Balai Asahan.
28 Jun 2008 

Lihat.. 
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Monday, June 23, 2008

Kisah Debat Dengan Ajaran Ahmadiyah..

 bnu Hasyim: Catatan Perjalanan Dari Medan:

LEPAS subuh panggung itu sudah penuh sesak dengan orang ramai yang hendak dengar debat dengan aliran yang baru sampai itu. Debat itu diadakan di panggung (bioskop) “Hok Hoa” Medan pada 15 November 1935, iaitu masa penjajahan Belanda.

Masa itu masyarakat Islam di Medan dikejutkan dengan datangnya seorang India bernama Mohammad Sadiq dengan pembantunya seorang asal Sumatera Barat Abubakar Ayub pada tahun 1934. Mereka membawa ajaran Ahmadiyah Qadian. Mereka menentang diadakan satu debat dengan tokoh-tokoh Ulama Islam.

Penyebar Ahmadiyah Qadian itu membawa satu gerobak kitab-kitab alirannya, sedangkan di pihak ulama Islam seperti Tengku Fachruddin (Ketua Majelis Syar’i Kerajaan Serdang), Tuan Syech Mahmud Hayat (Muhammadiyah), H. Ismail Lubis dan H. Abdul Majid hanya membawa secarik kertas saja.

Tetapi tiba-tiba puak-puak Ahmadiyah Qadian itu meninggalkan ruangan muzakarah, tak jadi nak debat, dengan tiada alasan menasabah. Ertinya cabut lari sebelum berhujjah. Maka para ulama yang hadir mengeluarkan pernyataan sebagai berikut (saya salin dalam bentuk tulisan asal):

{ MAKLUMAT:
Bagaimanakah pendapat dan putusan ahli-ahli Agama Islam terhadap Mirza Gulam Ahmad dan pengikut-pengikutnya?
KAOEM MOESLIMIN DAN MOESLIMAT SELOEROEHNJA.
Oentoek mendjelaskan dan menjatakan dengan seterang-terangnya tentang kepertjajaan dan i’tikad partai Ahmadiyah Al-Qadiany menoeroet poetoesan

‘Oelama-oelama Islam yang bersendikan Al-Quranoelkarim dan Al-Hadits beserta Idjma’ Oelama, teroetama oelama-oelama di Sumatera Timoer, maka oleh Komite Pembanteras i’tikad Ahmadiyah Al-Qadiany jang didirikan pada tanggal 10 Nopember di Medan telah mengemoekakan pertanjaan pada seloeroehnya oelama-oelama Islam terseboet dari keadaan i’tikad mereka itoe.
PENDAPATAN DAN KEPOETOESAN
Menoeroet penjelidikan dan pemeriksaan ahli-ahli Agama Islam maka njata dan teranglah menoeroet dalil-dalil (boekti-boekti) bahwa:
1. Mirza Gulam Ahmad Al-Qadiany jang mengaku dan mendakwakan dirinja Nabi (Rasul) dikemoedian Nabi Muhammad s.a.w. adalah pengakoean ini menjebabkan akan ianya murtad (kafir).

2. Demikian djuga pengikoet-pengikoetnja jang mereka itu mengakoei dan mempertjajai bahwa Mirza Gulam Ahmad Al-Gadiany berpangkat Nabi dan Rasoel dikemoedian Nabi Moehammad s.a.w maka dengan kepertjajaan ini mereka menjadi kafir.
KESIMPOELANNJA:
MIRZA GULAM AHMAD AL-QADIANY KAFIR (MOERTAD). PENGIKOET-PENGIKOETNJA DJUGA KAFIR (MOERTAD) BERLINDUNGLAH KITA DARI KEADAAN INI.
Di sinilah dinjatakan nama-nama oelama-oelama Islam jang telah mengkafirkan akan mereka itu;
1. J.M.T.Fachruddin Ketua Madjlis Syar’iy Kerajaan Serdang di Perbaungan.
2. Kadhi Perbaungan.
3. Sjech Al-Hadji Zainuddin bekas Mufti Kerajaan Serdang di Perbaungan.
4. Sjech Al-Hadji Mhd. Yunus Guru Besar Maktab Al-Islamiyah, Medan.
5. Sjech Al-Hadji Mhd. Ziadah bekas Guru Besar Madrasah Al-Maslurah Tandjung Pura, Langkat.
6. Sjech Abdullah Afifuddin Guru Besar Madrasah Al-Maslurah Tandjung Pura, Langkat.
7. Abd. Rahim Abdullah Guru Madrasah, Al-Maslurah Tandjung Pura, Langkat.
8. Al-Hadji Mhd. Nur Abd. Karim Kadhi Tandjung Pura, Langkat.
9. Al-Hadji Dja’far bekas Guru Besar Al-Islamiyah Medan Deli.
10. Madjlis Al-Fatwa Al-Djam. Washliyah Medan Deli.
11. Al-Hadji Abd. Madjid Abdullah Guru Agama Medan Deli.
12. Al-Hadji Abd. Karim Guru Agama Bindjai.
13. Al-Ustaz Al-Hadji Abd. Halim Hasan Guru Besar Madrasah Al-Ariyah Bindjai.
14. Abd. Rahim Hitamy Guru Madrasah Arabiyah Bindjai.
15. Zainal Arifin Abas Guru Madrasah Arabiyah Bindjai.
16. Al-Hadji Abd. Wahab Guru Agama Bandar Sinembah Bindjai.
17. Al-Hadji Mhd. Nur Khadi Bindjai
18. Al-Haji Mahmud Ismail Lubis Kadhi Sei. Kerah Medan.
19. Al-Hadji Islas Kadhi Suka Piring Medan.
20. Al-Hadji Zainal Abidin Kadhi Pematang Siantar, dan 33 oelama lainnya.
KAOEM MOESLIMIN DAN MOESLIMAT SELOEROEHNJA
Maka menilik keadaan ini terang dan njatalah:
1. Mirza Gulam Ahmad dan pengikoet-pengikoetnja kafir (keluar dari agama Islam).

2. Pengakoean (Asjsjahadah) mereka kepada Allah, yaitu dengan perkataan: “Asjhadu Alla Ilaaha Illalloh” binasa dan tiada diterima selama mereka tetap ber’itkad sebagai tersebut.

3. Pengakoean (Asjsjahadah) mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. dengan perkataan “Asjhaduanna Muhammadarrasuululloh”, djuga tidak makbul (sia-sia) selama mereka tetap beri’tikad sebagai tersebut.
4. Pergaulan dan perhubungan serta persaudaraan setjara Islam telah poetoeslah di antara umat Islam dengan mereka itu :
(i). Dua kalimah Asjsjahadah yaitu “Asjhadu Alla Illallooh wa asjhaduanna Muhammadarrasuullullooh” jang mereka otjapkan dan mereka tuliskan di papan-papan mereka jang tergantung di muka-muka rumah mereka itu, tidak lain melainkan sebagai umpan atau topeng untuk menjesatkan umat Islam terutama umat Islam jang kurang pengetahuannja.
(ii) Da’wah atau pengakuan mereka bahwa mereka itu orang Islam pengikut Nabi Muhammad s.a.w. dan pengikut Kitabullah Al-Quranul Karim, tidak benar dan kosong semata-mata. Hal ini tidak lain melainkan perkakas untuk penjesatkan umat Islam soepaja terdjerumus pada djaring mereka.
(iii) Segala perkataan-perkataan jang manis-manis baik jang diutjapkan dengan mulut mereka sendiri ataupun jang tertulis di dalam majalah-majalah dan soerat sebaran (maklumat) jang sengadja mereka terbitkan demikian djuga jang mereka masukkan di dalam surat-surat chabar jang dari kalimat-kalimatnja ada terbajang bahwa partai mereka ada tunduk di bawah pandji-pandji Islam dan pengikut Nabi Muhammad s.a.w. adalah doesta dan tipoean semata-mata.
KAOEM MOESLIMIN DAN MOESLIMAT SELOEROEHNJA
Sebagai telah njata dan terang bahwa Mirza Gulam Ahmad Al-Qadiany dan pengikoetnja adalah dengan sebab i’tikad mereka telah menjadi murtad (kafir). Oleh sebab itu mka segala perhoeboengan dan pertalian yang tiada diharoeskan pada Sjara’ antara oemat Islam dengan lain-lain Islam, maka tiada diharoeskan djuga dengan mereka itu. Soepaja umat Islam seluruhnja dapat mengetahui di sini diterangkan hal-hal yang terbesar misalnya.
1. Kalaoe mereka mati tidak harus (haram) disembahjangkan dan dikoeboerkan di tanah perkuburan (tanah wakaf orang Islam).2. Perkawinan (nikah) mereka tidak sah dan tidak halal dengan orang Islam.
3. Sembelihan mereka tidak halal dimakan orang Islam.4. Tidak harus dibebaskan mereka beribadat di Mesjid-mesjid dan langgar-langgar serta surau-surau wakaf orang Islam.5. Kitab Al-Quran an Al-Hadis serta kitab-kitab Agama kepoenjaan orang Islam tidak haroes diserahkan ketangan mereka.6. Oemat Islam tidak diharoeskan memberi salam kepada mereka.7. Antara oemat Islam dengan mereka tidak poesaka mempoesakai.8. Dan lain-lain. }

Jadi, soal Ajaran Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiany bukanlah perkara baharu. Ia sudah lama dijelaskan kesesatannya. Khalifah Abu Bakar Khalifah Islam Pertama berpusatkan di Madinah selepas kewafatan Rasulullah SAW... beliau mengambil-alih pemerintahan Islam, langkah awalnya ialah memerangi 'Orang Murtad'. Pertama murtad kerana ada yang mengaku jadi 'nabi', seperti Musilamah Kazzab selepas kewafatan Nabi, dan orang yang tidak mahu keluarkan zakat walaupun mereka juga mengaku beragama Islam.

Pada saya, hukum orang murtad hanya boleh wujud dalam pemerintahan yang dasar negaranya adalah dasar Islam. Kalau negara itu negara sekular seperti Malaysia, Indonesia dan sejenis dengannya, yakni Perlembagaan dan Undang-undang Dasarnya bukan Islam, maka jadilah seperti terjadi sekarang. Tak boleh selesai. Ulamak-ulamak disumbat mulut mereka menjadi 'syaitan bisu' tidak boleh menyatakan kebenaran. Kerana perlaksanaan Islam dalam negara cuma tempelan bukan dasar, bukannya Islam yang memerintah, tetapi Islam diperintah!!

Sekian, wallahu 'aklam.

Ibnu Hasyim
Medan.
23 Jun 2008

Lihat..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Sunday, June 22, 2008

Asahan Turut Lahirkan Ulama Islam..

Syeikh Abdul Hamid ulama  Asahan
 
Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

Pemimpin pertama Kerajaan Asahan, Sri Paduka Raja Abdul Jalil I bin Almarhum Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat (1630-16.. M).

KINI saya berada di Tanjung Balai di tepi Sungai Asahan (bukan Tanjung Balai Karimun yang berada di daerah Riau). Kabupaten Asahan adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Utara, Indonesia.

Kabupaten ini ber'ibukota'kan Kisaran dan mempunyai wilayah seluas 4,581 km. Penduduknya berjumlah 935,233 jiwa (banci tahun 2000). Asahan juga merupakan Kabupaten pertama di Indonesia yang membentuk lembaga pengawas pelayanan umum bernama Ombudsman Daerah Asahan, melalui SK Bupati Asahan Nombor: No. 419-Huk/Tahun 2004, 20 Oktober 2004.

Menurut sejarah, Kerajaan Asahan bermula, ketika Sultan Aceh, Iskandar Muda melakukan perjalanan ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 M. Dalam perjalanan tersebut, rombongan raja ini beristirahat di sebuah kawasan, di hulu sebuah sungai yang kemudian dinamakan Asahan. Selesai beristirahat di hulu sungai ini, kemudian perjalanan dilanjutkan ke sebuah daerah yang berbentuk tanjung, iaitu daerah pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau. Di tanjung tersebut, Sultan Iskandar bertemu dengan Raja Simargolang.

Sebagai tempat menghadap kepada raja, di daerah tersebut kemudian dibangun sebuah pelataran (pelantar) atau balai. Daerah ini kemudiannya menjadi perkampungan dengan nama Tanjung Balai. Kerana letaknya yang strategik di lintasan jalur perdagangan antara Aceh dan Melaka, maka Tanjung Balai kemudian berkembang pesat. Dari pertemuan Sultan Iskandar Muda dengan Raja Simargolang di atas, hubungan mereka kemudian bertambah erat dengan perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang putri Raja Simargolang.

Dari perkawinan tersebut, kemudian lahir seorang putra bernama Abdul Jalil. Kelak, Abdul Jalil inilah yang menjadi Sultan Asahan pertama pada tahun 1630 M. Dalam perjalanan, kerana adanya ikatan kerabat dengan Aceh, maka kerajaan ini menjadi daerah bawahan Aceh hingga awal abad ke-19 M. Pada 12 September 1865 M, Asahan ditaklukkan oleh kolonial Belanda. Ketika Indonesia merdeka, Asahan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (RI) pada tahun 1946 M.

Selain dengan Aceh, hubungan Kesultanan Asahan dengan Kerajaan Batak juga terjalin dengan mesra. Bahkan, Sisingamangaraja XII, Raja Batak itu pernah berinisiatif untuk meminang putri Sultan Asahan. Pinangan tersebut disetujui oleh Sultan Asahan, kerana mereka yakin Sisingamangaraja telah memenuhi syarat untuk melakukan ijab kabul, yakni berkahwin secara Islam dengan memeluk agama Islam. Namun pernikahan tersebut batal akibat masuknya Belanda, ke daerah tersebut.

Sepanjang masa berdirinya, di Kerajaan Asahan telah berkuasa belasan orang raja. Antara silsilahnya ialah...
  1. Sri Paduka Raja Abdul Jalil I bin Almarhum Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat (1630-16.. M).
  2. Sri Paduka Raja Said Shah bin Almarhum Raja Abdul Jalil (16..-17..M)
  3. Sri Paduka Raja Muhammad Mahrum Shah ibni al-Marhum Raja Said Shah (17..-1760 M)
  4. Sri Paduka Raja ‘Abdu‘l Jalil Shah II ibni al-Marhum Raja Muhammad Mahrum Shah (1760-1765 M)
  5. Sri Paduka Raja Deva Shah ibni al-Marhum ‘Abdu‘l Jalil [al-Marhum Mangkat di Pasir Putih) 1765-1805 M)
  6. Sri Paduka Raja Said Musa Shah ibni al-Marhum Raja Deva Shah [al-Marhum Mangkat di-Rantau Panjang] (1805-1808 M)
  7. Sri Paduka Raja Muhammad ‘Ali Shah ibni al-Marhum Raja Deva Shah 1808-1813 M
  8. Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah I ibni al-Marhum Sultan Muhammad ‘Ali Shah [al-Marhum Kampung Masjid] 1813-1859 M)
  9. Sri Paduka Tuanku Sultan Ahmad Shah ibni al-Marhum Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah 1859-1888 M
  10. Sri Paduka Tuanku Al-Haji Abdullah Nikmatullah Shah ibni al-Marhum Raja Muhammad Ishak, Raja Kualuh dan Leidong, juga Yang di-Pertuan Muda di Asahan. Ia ditunjuk oleh Belanda setelah saudaranya, Sultan Ahmad Shah diturunkan secara paksa (1865-1867 M)
  11. Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah II ibni al-Marhum Tengku Muhammad ‘Adil (1888-1915 M)
  12. Sri Paduka Tuanku Sultan Sha‘ibun ‘Abdu‘l Jalil Rahmad Shah III ibnu al-Marhum Sultan Muhammad Husain (1915-1980 M)
Terdapat, 4 wilayah Kerajaan Asahan mencakup daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Struktur pemerintahannya... Asahan adalah kerajaan kecil yang menjadi bawahan Aceh, maka secara otomatik, struktur kekuasaan tertinggi berada di tangan Sultan Aceh. Di daerah Asahan sendiri, terlepas dari relasinya dengan Aceh, kekuasaan tertinggi berada di tangan sultan, yang bergelar Yang Dipertuan Besar/Sri Paduka Raja.

Jabatan yang lebih rendah adalah Yang Dipertuan Muda. Untuk daerah Batubara dan kawasan yang lebih kecil, pemerintahan dijalankan oleh para Datuk. Ketika Asahan ditaklukkan oleh Belanda pada 12 September 1865, terjadi perubahan struktur kekuasaan, dengan Belanda sebagai penguasa tertinggi. Wakil tertinggi Belanda yang berada di Asahan adalah Kontroler diperkuat dengan Gouverments Besluit pada 30 September 1867 nombor 2, tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai.

Berdasarkan keputusan itu juga, Asahan dibagi mejadi tiga wilayah pemerintahan, iaitu, Onder Afdeling Batubara, Onder Afdeling Asahan dan Onder Afdeling Labuhan Batu. Walaupun Belanda memegang kekuaasan tertinggi dan membagi Asahan menjadi tiga pemerintahan, namun, pemerintahan para Datuk di wilayah Batubara tetap diakui Belanda. Hanya saja, kekuasaannya telah jauh berkurang, tidak seperti sebelumnya.

Secara khusus Belanda juga membagi wilayah kekuasaan Sultan dan para Datuk. Untuk wilayah pemerintahan kesultanan, Belanda membaginya menjad distrik dan onder distrik, yaitu, Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang, Distrik Kisaran dan Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge. Sedangkan wilayah pemerintahan para Datuk di Batubara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur, iaitu Self Bestuur Indrapura, Self Bestuur Lima Puluh, Self Bestuur Pesisir dan Self Bestuur Suku Dua (Bogak dan Lima Laras).

Ketika Belanda menyerah pada Jepun, maka Asahan secara automatik berada di bawah kekuasaan Jepun. Saat itu, Jepun yang dipimpin oleh T. Jamada mengganti struktur pemerintahan di Asahan menjadi Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu. Daerah Fuku Bunsyu adalah Batubara, sementara yang lebih kecil diubah menjadi distrik. Distrik-dsitrik tersebut adalah: Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.

Pemerintahan Fasisme Jepun berakhir pada pada 14 Ogos 1945 dan 17 Ogos 1945, kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan RI, maka berdasarkan UU Nombor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia wilayah Asahan dibentuk pada bulan September 1945. Pada masa itu pemerintahan yang dipegang oleh Jepun sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batubara masih tetap ada.

Pada 15 Mac 1946, berlaku struktur pemerintahan RI di Asahan dan wilayah Asahan dipimpin oleh Abdullah Eteng sebagai Kepala Wilayah dan Sori Harahap sebagai Wakil Kepala Wilayah, sedangkan Asahan dibagi atas 5 (lima) kewedanaan, iaitu Kewedanaan Tanjung Balai, Kewedanaan Kisaran, Kewedanaan Batubara Utara, Kewedanaan Batubara Selatan dan Kewedanaan Bandar Pulau.

Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Jun 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, iaitu Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan, sebutan Kepala Wilayah diganti dengan Bupati, sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan Patih, dan Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 wilayah kecamatan. Akhirnya, maka pada 20 Mei 1968, melalui PP Nombor 19 Tahun 1980, ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kota Tanjung Balai ke Kota Kisaran.

Jika dilihat dari kehidupan sosial budaya, sebagai kesultanan yang berada dalam pengaruh kebuadayaan Islam, maka di Asahan juga berkembang kehidupan keagamaan yang cukup baik. Bahkan, ada seorang ulama terkenal yang lahir dari Asahan, iaitu Syeikh Abdul Hamid. Ia lahir tahun 1880 M (1298 H), dan wafat pada 18 Februari 1951 (10 Rabiul Awal 1370 H). Datuk, nenek dan ayahnya berasal dari Talu, Minangkabau.

Syekh Abdul hamid belajar agama di Mekkah, kerana itu, ia sangat disegani oleh para ulama zaman itu. Dalam perkembangannya, murid-murid Syekh Abdul Hamid inilah yang kelak mendirikan organisasi Jamiyyatul Washliyyah. Sebuah organisasi yang berbasis pada aliran sunni dan mashab Syafii. Dalam banyak hal, organisasi ini memiliki persamaan dengan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang didirikan oleh para ulama Minangkabau.

Hamka

Adanya banyak persamaan ini, kerana memang para ulama tersebut saling bersahabat baik sejak mereka menuntut ilmu di Mekkah. Pandangan para tokoh agama ini sangat berbeda dengan paham reformis yang dibawa oleh para ulama muda Minangkabau, seperti Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, ayah Prof Dr HAMKA. Oleh sebab itu, sering terjadi polemik di antara para pengikut kedua faham yang agak berbeda ini.

Di paruh pertama abad ke-20, sekitar tahun 1916, di Asahan telah berdiri sebuah sekolah yang disebut Madrasah Ulumul Arabiyyah. Sebagai direktur pertama, ditunjuk Syekh Abdul Hamid. Dalam perjalanannya, madrasah Ulumul Arabiyah ini kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di Asahan. Bahkan termasuk di antara madrasah yang terkenal di Sumatera Utara, sebanding dengan Madrasah Islam Stabat, Langkat, Madrasah Islam Binjai dan Madrasah al-Hasaniyah Medan.

Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis 

Di antara ulama terkenal lulusan sekolah Asahan ini adalah Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis (1908-1972 M). Peninggalan tertulis warisan Kerajaan Asahan hanya berkaitan dengan buku-buku di bidang keagamaan yang dikarang oleh para ulama untuk kepentingan pengajaran.

Berikut ini beberapa buah buku yang dikarang oleh Syeikh Abdul Hamid di Asahan, iaitu:
  1. Ad-Durusul Khulasiyah 
  2. Al-Mathalibul Jamaliyah 
  3. Al-Mamlakul ‘Arabiyah. 
  4. Nujumul Ittiba. 
  5. Tamyizut Taqlidi Minal Ittiba. 
  6. Al-Ittiba. 
  7. Al-Mufradat. 
  8. Mi‘rajun Nabi.
Kerana itu sepatutnya, Tanjung Balai mewarisi budaya cara hidup Islam yang syumul, walaupun masyarakatnya juga majmuk seperti di sebahagian daerah-daerah lain di Indonesia. Sepatutnya kegiatan-kegiatan Islam dan parti politik Islam mampu bertapak kukuh...

Sekian sebagai catatan kenangan dalam santai kali ini.

Ibnu Hasyim
Medan, Indonesia.
22 Jun 2008 

Lihat..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Monday, June 16, 2008

PAS Parti Islam Unik Di Dunia??


Catatan Santai:
Ibnu Hasyim



KENYATAAN Dr Mujahid Yusof Rawa AJK Agung PAS (16 Jun) baru-baru ini mengenai 'cadangan orang bukan Islam yang ingin menjadi ahli PAS mungkin akan menjadi kenyataan.. ' (walaupun belum ada keputusan resmi) adalah suatu yang menarik. Bahkan menurut beliau selaku Pengerusi Lajnah Perpaduan Nasional, perkara tersebut antara cadangan serius dibincangkan untuk menjadikan kelab itu sebagai sayap parti.



Katanya, ia penting untuk dijadikan sayap parti dalam usaha untuk membuka medan baru supaya PAS boleh diterima dan dilihat identitinya sebagai parti pelbagai bangsa. "Bukan hanya melalui kelab tetapi sebagai keahlian itu sendiri sudah menunjukkan PAS parti berbilang bangsa."



Menurutnya, perkara tersebut dijangka akan dibincangkan dalam Muktamar Agung PAS pada bulan Ogos nanti. Tambahan pula katanya, perkembangan mesyuarat-mesyuarat kawasan sudah ada usul-usul menjirus ke arah itu. Kemungkinan besar katanya, Kelap Penyokong PAS akan dijadikan sebagai sayap parti sama seperti Dewan Pemuda PAS, Dewan Muslimat dan Dewan Ulama.



Katanya, sayap tersebut akan mempunyai strukturnya tersendiri, "Bagi saya ini satu penghargaan kepada bukan Melayu dan bukan Islam untuk duduk dalam sebuah parti Islam sebagai tempat dalam struktur parti."



Katanya lagi, selain itu sayap tersebut akan memberi ruang yang lebih efektif untuk meneroka medan politik baru PAS iaitu medan pengundi bukan Melayu yang merupakan pengundi baru bagi PAS. Penerimaan orang bukan Islam sebagai ahli PAS dapat membuktikan kepada parti lain bahawa PAS lebih serius menghampiri dirinya kepada kelompok berbilang kaum.



Pengerusi Kelab penyokong PAS Pusat, Hu Pang Chaw pula berkata, cadangan tersebut menepati masanya selaras fenomena politik negara sekarang. "Perjuagan PAS sudah terbukti dengan pemerintahannya di Kelantan ia adalah untuk Melayu, Cina dan India dan ia seperti adik beradik. "Sebab itu saya sanggup memikul jawatan pengerusi kelab ini," katanya. Beliau berkata orang Melayu juga harus sedar bahawa Islam bukan untuk orang Melayu (sahaja), dan orang Cina dan India pula kena ingat Islam itu membawa mesej yang jelas iaitu keadilan untuk semua.



Kalau hal ini berlaku menjadikan PAS adalah parti Islam yang unik di dunia. Kemenangan PAS tidak mengharapkan kepada pakatan parti-parti pembangkang semata-mata, bahkan mempunyai kekuatan tersendiri di kalangan kepelbagaian kaum di dalam masyarakat majmuk. Bahkan kalau pula dapat memerintah sebuah negara seperti Malaysia, tentu ia akan menjadi Negara Islam Contoh Sejagat.



16-06-08
Medan Indonesia.

Thursday, June 12, 2008

Merentasi Selat Melaka Tanpa Pengenalan Diri..

Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan


"AKU masuk ke Indonesia tanpa apa-apa surat pengenalan diri dari Pelabuhan Kelang... Tiada paspot, kad pengenalan (ktp) dan lain-lain.." kata seorang yang saya temui di Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara.

Mereka juga masuk tidak ikut peraturan imigresen?

Menurutnya, dia berasal dari Kalimantan.. masuk ke Malaysia Timur beberapa tahun lalu, tanpa apa-apa dokumen pun. Dia datang bekerja di KL, tetapi kini tekanan agak kuat kepada pendatang tanpa izin oleh pemerintah Malaysia, maka dia terpaksa balik ke Indonesia, buat permit kerja. Dia pilih pulang ke negaranya ke Tanjung Balai (bukan Kalimantan) untuk buat permit kerja kerana dekat dengan Pelabuhan Kelang.

"Tentu banyak halangannya, bagaimana boleh tak kena tangkap pihak imingrasi??" Saya tanya.

'Ya!" Katanya. "Aku tumpang kapal sayur. Tongkang itu bertolak petang, sampai sana sebelum subuh pagi.. Susahnya masa kapal nak keluar dari pelabuhan. Aku bersama 5 lagi yang macam aku juga tiada apa-apa dokumen disumbat masuk dalam suatu ruang isi barang dekat enjin, hanya muat untuk duduk dan tidur sahaja.. dalam gelap dan panas. Ramai-ramai, berhimpit-himpit.. Aku bayangkan macam dalam liang kubur, rasa dah mati!"

"Campur lelaki perempuan ke?"

"Ya. Bersama kami tu ada seorang anak gadis.. Tapi tak lama kira-kira 2 jam berlepas dari laut Malaysia, kami boleh keluar di dalam bot, baru boleh lihat laut. Kami diberi makan bersama anak kapal.. nasi dan sedikit sayur bersama ikan kering. Kerana lapar, ku baham jugak!" Jawabnya. "Kami diberi tahu pihak polis laut telah naik ke tongkang sayur itu dan menggeledah mencari 'kambing' (manusia seludupan seperti kami ini disebut kambing) tapi tak jumpa."

Katanya, lebih teruk lagi, bila sampai ke Tanjung Balai dalam Sungai Asahan di kawasan Indonesia, "..Secepat kilat kami dihumban keluar masuk ke perahu kecil, disorokkan tidur terlentang dalam perut perahu ditutupi dengan papan supaya nampak seperti nelayan yang cuma dua orang sahaja di dalamnya. Apa lagi hujan turun mencurah-curah, cukup sejuk. Perahu kecil itu memasuki anak-anak sungai, dihantar ke pinggir hutan yang berlumpur, merentasi semak-semak ke tempat beca sedang menunggu. Dari situlah kami dihantar ke distinasi masing-masing."

"Barapa tambangnya?"

"Kami sudah bayar di Pelabuhan Kelang sebanya RM400 tiap orang dengan janji tiada apa-apa bayaran lagi setelah itu. Tetapi bila di tengah laut, kami diminta lagi oleh tekong bot sebanyak Rp100,000 (kira-kira RM40) per orang untuk upah perahu yang membawa ke darat. Aku lihat hampir terjadi pergaduhan kerana ada yang tidak cukup duit."

"Ya. Aku juga pernah dengar sebelum ini, seorang pelarian Bangla ditelanjangkan di dalam kapal kerana memeriksa wang di badan." Saya menambah. "Nak buat macam mana, di laut mereka berkuasa! Bagaimana dengan solat, apakah boleh dan dibenarkan?"

"Walaupun tekong itu orang Kristen, nampaknya dia menghormati saya nak sembahyang." Jelasnya.

Hal ini mengingatkan saya di Malaysia kita-kira pertengahan tahun 70an dulu... Ramai orang yang nak balik kampung atau pergi kerja di musim perayaan di KL terpaksa tumpang lori surat khabar, kerana menjimatkan atau tidak cukup pengangkutan masa itu. Mereka juga duduk bersesak-sesak dalam lori yang ditutupi surat khabar... mereka juga disebut 'kambing'. Begitu juga beberapa tahun lalu, saya mengenali seseorang yang kerjanya membawa orang yang tanpa apa-apa dokumen dari seberang Sungai Kolok Thailand sampai ke Phnom Penh Kemboja di dalam van.

Nampaknya, masalah sekatan dan peraturan di sempadan menjadi masalah antarabangsa yang sukar dihapuskan, walaupun di Amerika sendiri. Yang penting, kemasukan pendatang-pendatang luar perlu diarahkan ke arah yang menguntungkan agama.. Apakah persempadanan negara dapat membantu atau menghalang perkembangan agama Islam??

Sekian.

Ibnu Hasyim, 
Tanjung Balai,
12 Jun 2008

Lihat juga..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails