Kisah Pasar Jodoh Tradisional (Siri 1)
TIAP Jumaat petang, lepas solat Asar, tepat di depan Pasaraya Parean, muda mudi berkumpul. Tak hanya itu, janda dan duda juga ikut berbaur di sana, untuk mencari pendamping lawan jenis. Jika sesuai, mereka bakal bercinta atau berpacaran dan kemudian melamar hingga berkahwin.
"Di sini memang dikenali sebagai Pasar Jodoh," kata Yuani, warga asal Desa Parean Bulak saat berbincang dengan merdeka.com.id, Indonesia Sabtu sore minggu lepas.
Nama daerahnya begitu terkenal di sepanjang jalan pantai utara. Mulai dari Jalan Layang Pamanukan hingga Bandar Indramayu semua orang hampir tahu. Pasar Jodoh, begitu nama sebuah pasarraya tradisional di Desa Lebak, Kecamatan Kandang Haur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pasaraya Parean itu merupakan salah satu pasaraya tradisional di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Kabupaten Lebak
Letaknya tepat di samping pejabat Kuwu Desa Bulak. Ehwal sebutan nama Pasar Jodoh bermula dari tradisi warga Desa Parean Girang yang berada di seberang pasaraya itu. Lantaran tak ada hiburan, saban malam minggu muda-mudi di sana kerap keluar untuk sekadar melihat hiburan.
Maklum tempat itu dulunya merupakan pejabat pembantu Bupati Indramayu. Pertemuan muda-mudi itu pun berkesudahan pada suka sama suka. Jika keduanya saling tatap mata dan suka, maka lelakinya akan mengenakan sarung untuk tackle perempuan.
"Dulu di sini itu pejabat bupati," ujar Yuani.Menurut Yuani pengenaan sarung oleh lelaki untuk tackle wanita di Pasar Jodoh memang mempunyai sejarah tersendiri.
Dulunya wanita Desa Parean Girang memang mengenakan pakaian kain rajutan. Kain itu dibuat sendiri oleh wanitanya. Sedangkan lelakinya kerap membawa sarung jika perjalanan.Yuani tak tahu bila tradisi mencari jodoh di Pasar Parean itu bermula. Namun dia berkata, tradisi itu lebih dikenali dengan 'rangkaian'.
"Mungkin kerana sarung yang digunakan untuk tackle perempuan itu menyebabkan disebut rangkaian," tutur Yuani.
Sebenarnya ada banyak versi berkembang soal tradisi rangkaian di Pasar Jodoh Kandang Haur. Sikin, warga Kabupaten Indramayu punya sejarah sendiri soal tradisi rangkaian. Menurut dia istilah 'rangkaian' diertikan mencari jodoh saat terang bulan. Dimana para nelayan asal Desa Parean Girang itu berkumpul kerana sedang tidak turun ke laut.
Ada kepercayaan jika waktu terang bulan ikan-ikan di laut berdiam di dasar laut sehingga sukar ditangkap.
"Dari dulu memang terkenalnya seperti itu, namanya Pasar Jodoh. Tradisi, namanya Rangkaian," ujar Sikin.
Biasanya, dari hasil rangkaian, lelaki yang mendapat pasangan wanitanya akan mengajak untuk jajan. Nanti wanita tersebut akan mengajak teman-teman wanitanya untuk ikut makan bersama. Usai makan-makan, wanita tersebut akan dihantar oleh lelaki yang didapatnya dari Pasar Jodoh. Lelaki itu juga sekaligus akan melamar kepada keluarganya untuk dijadikan tunangan.
"Usai dihantar biasanya nanti ditandai," kata Yuani.
Bersambung..
Pasar induk jodoh di Batam sementara.