Monday, June 23, 2008

Kisah Debat Dengan Ajaran Ahmadiyah..

 bnu Hasyim: Catatan Perjalanan Dari Medan:

LEPAS subuh panggung itu sudah penuh sesak dengan orang ramai yang hendak dengar debat dengan aliran yang baru sampai itu. Debat itu diadakan di panggung (bioskop) “Hok Hoa” Medan pada 15 November 1935, iaitu masa penjajahan Belanda.

Masa itu masyarakat Islam di Medan dikejutkan dengan datangnya seorang India bernama Mohammad Sadiq dengan pembantunya seorang asal Sumatera Barat Abubakar Ayub pada tahun 1934. Mereka membawa ajaran Ahmadiyah Qadian. Mereka menentang diadakan satu debat dengan tokoh-tokoh Ulama Islam.

Penyebar Ahmadiyah Qadian itu membawa satu gerobak kitab-kitab alirannya, sedangkan di pihak ulama Islam seperti Tengku Fachruddin (Ketua Majelis Syar’i Kerajaan Serdang), Tuan Syech Mahmud Hayat (Muhammadiyah), H. Ismail Lubis dan H. Abdul Majid hanya membawa secarik kertas saja.

Tetapi tiba-tiba puak-puak Ahmadiyah Qadian itu meninggalkan ruangan muzakarah, tak jadi nak debat, dengan tiada alasan menasabah. Ertinya cabut lari sebelum berhujjah. Maka para ulama yang hadir mengeluarkan pernyataan sebagai berikut (saya salin dalam bentuk tulisan asal):

{ MAKLUMAT:
Bagaimanakah pendapat dan putusan ahli-ahli Agama Islam terhadap Mirza Gulam Ahmad dan pengikut-pengikutnya?
KAOEM MOESLIMIN DAN MOESLIMAT SELOEROEHNJA.
Oentoek mendjelaskan dan menjatakan dengan seterang-terangnya tentang kepertjajaan dan i’tikad partai Ahmadiyah Al-Qadiany menoeroet poetoesan

‘Oelama-oelama Islam yang bersendikan Al-Quranoelkarim dan Al-Hadits beserta Idjma’ Oelama, teroetama oelama-oelama di Sumatera Timoer, maka oleh Komite Pembanteras i’tikad Ahmadiyah Al-Qadiany jang didirikan pada tanggal 10 Nopember di Medan telah mengemoekakan pertanjaan pada seloeroehnya oelama-oelama Islam terseboet dari keadaan i’tikad mereka itoe.
PENDAPATAN DAN KEPOETOESAN
Menoeroet penjelidikan dan pemeriksaan ahli-ahli Agama Islam maka njata dan teranglah menoeroet dalil-dalil (boekti-boekti) bahwa:
1. Mirza Gulam Ahmad Al-Qadiany jang mengaku dan mendakwakan dirinja Nabi (Rasul) dikemoedian Nabi Muhammad s.a.w. adalah pengakoean ini menjebabkan akan ianya murtad (kafir).

2. Demikian djuga pengikoet-pengikoetnja jang mereka itu mengakoei dan mempertjajai bahwa Mirza Gulam Ahmad Al-Gadiany berpangkat Nabi dan Rasoel dikemoedian Nabi Moehammad s.a.w maka dengan kepertjajaan ini mereka menjadi kafir.
KESIMPOELANNJA:
MIRZA GULAM AHMAD AL-QADIANY KAFIR (MOERTAD). PENGIKOET-PENGIKOETNJA DJUGA KAFIR (MOERTAD) BERLINDUNGLAH KITA DARI KEADAAN INI.
Di sinilah dinjatakan nama-nama oelama-oelama Islam jang telah mengkafirkan akan mereka itu;
1. J.M.T.Fachruddin Ketua Madjlis Syar’iy Kerajaan Serdang di Perbaungan.
2. Kadhi Perbaungan.
3. Sjech Al-Hadji Zainuddin bekas Mufti Kerajaan Serdang di Perbaungan.
4. Sjech Al-Hadji Mhd. Yunus Guru Besar Maktab Al-Islamiyah, Medan.
5. Sjech Al-Hadji Mhd. Ziadah bekas Guru Besar Madrasah Al-Maslurah Tandjung Pura, Langkat.
6. Sjech Abdullah Afifuddin Guru Besar Madrasah Al-Maslurah Tandjung Pura, Langkat.
7. Abd. Rahim Abdullah Guru Madrasah, Al-Maslurah Tandjung Pura, Langkat.
8. Al-Hadji Mhd. Nur Abd. Karim Kadhi Tandjung Pura, Langkat.
9. Al-Hadji Dja’far bekas Guru Besar Al-Islamiyah Medan Deli.
10. Madjlis Al-Fatwa Al-Djam. Washliyah Medan Deli.
11. Al-Hadji Abd. Madjid Abdullah Guru Agama Medan Deli.
12. Al-Hadji Abd. Karim Guru Agama Bindjai.
13. Al-Ustaz Al-Hadji Abd. Halim Hasan Guru Besar Madrasah Al-Ariyah Bindjai.
14. Abd. Rahim Hitamy Guru Madrasah Arabiyah Bindjai.
15. Zainal Arifin Abas Guru Madrasah Arabiyah Bindjai.
16. Al-Hadji Abd. Wahab Guru Agama Bandar Sinembah Bindjai.
17. Al-Hadji Mhd. Nur Khadi Bindjai
18. Al-Haji Mahmud Ismail Lubis Kadhi Sei. Kerah Medan.
19. Al-Hadji Islas Kadhi Suka Piring Medan.
20. Al-Hadji Zainal Abidin Kadhi Pematang Siantar, dan 33 oelama lainnya.
KAOEM MOESLIMIN DAN MOESLIMAT SELOEROEHNJA
Maka menilik keadaan ini terang dan njatalah:
1. Mirza Gulam Ahmad dan pengikoet-pengikoetnja kafir (keluar dari agama Islam).

2. Pengakoean (Asjsjahadah) mereka kepada Allah, yaitu dengan perkataan: “Asjhadu Alla Ilaaha Illalloh” binasa dan tiada diterima selama mereka tetap ber’itkad sebagai tersebut.

3. Pengakoean (Asjsjahadah) mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. dengan perkataan “Asjhaduanna Muhammadarrasuululloh”, djuga tidak makbul (sia-sia) selama mereka tetap beri’tikad sebagai tersebut.
4. Pergaulan dan perhubungan serta persaudaraan setjara Islam telah poetoeslah di antara umat Islam dengan mereka itu :
(i). Dua kalimah Asjsjahadah yaitu “Asjhadu Alla Illallooh wa asjhaduanna Muhammadarrasuullullooh” jang mereka otjapkan dan mereka tuliskan di papan-papan mereka jang tergantung di muka-muka rumah mereka itu, tidak lain melainkan sebagai umpan atau topeng untuk menjesatkan umat Islam terutama umat Islam jang kurang pengetahuannja.
(ii) Da’wah atau pengakuan mereka bahwa mereka itu orang Islam pengikut Nabi Muhammad s.a.w. dan pengikut Kitabullah Al-Quranul Karim, tidak benar dan kosong semata-mata. Hal ini tidak lain melainkan perkakas untuk penjesatkan umat Islam soepaja terdjerumus pada djaring mereka.
(iii) Segala perkataan-perkataan jang manis-manis baik jang diutjapkan dengan mulut mereka sendiri ataupun jang tertulis di dalam majalah-majalah dan soerat sebaran (maklumat) jang sengadja mereka terbitkan demikian djuga jang mereka masukkan di dalam surat-surat chabar jang dari kalimat-kalimatnja ada terbajang bahwa partai mereka ada tunduk di bawah pandji-pandji Islam dan pengikut Nabi Muhammad s.a.w. adalah doesta dan tipoean semata-mata.
KAOEM MOESLIMIN DAN MOESLIMAT SELOEROEHNJA
Sebagai telah njata dan terang bahwa Mirza Gulam Ahmad Al-Qadiany dan pengikoetnja adalah dengan sebab i’tikad mereka telah menjadi murtad (kafir). Oleh sebab itu mka segala perhoeboengan dan pertalian yang tiada diharoeskan pada Sjara’ antara oemat Islam dengan lain-lain Islam, maka tiada diharoeskan djuga dengan mereka itu. Soepaja umat Islam seluruhnja dapat mengetahui di sini diterangkan hal-hal yang terbesar misalnya.
1. Kalaoe mereka mati tidak harus (haram) disembahjangkan dan dikoeboerkan di tanah perkuburan (tanah wakaf orang Islam).2. Perkawinan (nikah) mereka tidak sah dan tidak halal dengan orang Islam.
3. Sembelihan mereka tidak halal dimakan orang Islam.4. Tidak harus dibebaskan mereka beribadat di Mesjid-mesjid dan langgar-langgar serta surau-surau wakaf orang Islam.5. Kitab Al-Quran an Al-Hadis serta kitab-kitab Agama kepoenjaan orang Islam tidak haroes diserahkan ketangan mereka.6. Oemat Islam tidak diharoeskan memberi salam kepada mereka.7. Antara oemat Islam dengan mereka tidak poesaka mempoesakai.8. Dan lain-lain. }

Jadi, soal Ajaran Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiany bukanlah perkara baharu. Ia sudah lama dijelaskan kesesatannya. Khalifah Abu Bakar Khalifah Islam Pertama berpusatkan di Madinah selepas kewafatan Rasulullah SAW... beliau mengambil-alih pemerintahan Islam, langkah awalnya ialah memerangi 'Orang Murtad'. Pertama murtad kerana ada yang mengaku jadi 'nabi', seperti Musilamah Kazzab selepas kewafatan Nabi, dan orang yang tidak mahu keluarkan zakat walaupun mereka juga mengaku beragama Islam.

Pada saya, hukum orang murtad hanya boleh wujud dalam pemerintahan yang dasar negaranya adalah dasar Islam. Kalau negara itu negara sekular seperti Malaysia, Indonesia dan sejenis dengannya, yakni Perlembagaan dan Undang-undang Dasarnya bukan Islam, maka jadilah seperti terjadi sekarang. Tak boleh selesai. Ulamak-ulamak disumbat mulut mereka menjadi 'syaitan bisu' tidak boleh menyatakan kebenaran. Kerana perlaksanaan Islam dalam negara cuma tempelan bukan dasar, bukannya Islam yang memerintah, tetapi Islam diperintah!!

Sekian, wallahu 'aklam.

Ibnu Hasyim
Medan.
23 Jun 2008

Lihat..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Sunday, June 22, 2008

Asahan Turut Lahirkan Ulama Islam..

Syeikh Abdul Hamid ulama  Asahan
 
Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

Pemimpin pertama Kerajaan Asahan, Sri Paduka Raja Abdul Jalil I bin Almarhum Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat (1630-16.. M).

KINI saya berada di Tanjung Balai di tepi Sungai Asahan (bukan Tanjung Balai Karimun yang berada di daerah Riau). Kabupaten Asahan adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Utara, Indonesia.

Kabupaten ini ber'ibukota'kan Kisaran dan mempunyai wilayah seluas 4,581 km. Penduduknya berjumlah 935,233 jiwa (banci tahun 2000). Asahan juga merupakan Kabupaten pertama di Indonesia yang membentuk lembaga pengawas pelayanan umum bernama Ombudsman Daerah Asahan, melalui SK Bupati Asahan Nombor: No. 419-Huk/Tahun 2004, 20 Oktober 2004.

Menurut sejarah, Kerajaan Asahan bermula, ketika Sultan Aceh, Iskandar Muda melakukan perjalanan ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 M. Dalam perjalanan tersebut, rombongan raja ini beristirahat di sebuah kawasan, di hulu sebuah sungai yang kemudian dinamakan Asahan. Selesai beristirahat di hulu sungai ini, kemudian perjalanan dilanjutkan ke sebuah daerah yang berbentuk tanjung, iaitu daerah pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau. Di tanjung tersebut, Sultan Iskandar bertemu dengan Raja Simargolang.

Sebagai tempat menghadap kepada raja, di daerah tersebut kemudian dibangun sebuah pelataran (pelantar) atau balai. Daerah ini kemudiannya menjadi perkampungan dengan nama Tanjung Balai. Kerana letaknya yang strategik di lintasan jalur perdagangan antara Aceh dan Melaka, maka Tanjung Balai kemudian berkembang pesat. Dari pertemuan Sultan Iskandar Muda dengan Raja Simargolang di atas, hubungan mereka kemudian bertambah erat dengan perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang putri Raja Simargolang.

Dari perkawinan tersebut, kemudian lahir seorang putra bernama Abdul Jalil. Kelak, Abdul Jalil inilah yang menjadi Sultan Asahan pertama pada tahun 1630 M. Dalam perjalanan, kerana adanya ikatan kerabat dengan Aceh, maka kerajaan ini menjadi daerah bawahan Aceh hingga awal abad ke-19 M. Pada 12 September 1865 M, Asahan ditaklukkan oleh kolonial Belanda. Ketika Indonesia merdeka, Asahan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (RI) pada tahun 1946 M.

Selain dengan Aceh, hubungan Kesultanan Asahan dengan Kerajaan Batak juga terjalin dengan mesra. Bahkan, Sisingamangaraja XII, Raja Batak itu pernah berinisiatif untuk meminang putri Sultan Asahan. Pinangan tersebut disetujui oleh Sultan Asahan, kerana mereka yakin Sisingamangaraja telah memenuhi syarat untuk melakukan ijab kabul, yakni berkahwin secara Islam dengan memeluk agama Islam. Namun pernikahan tersebut batal akibat masuknya Belanda, ke daerah tersebut.

Sepanjang masa berdirinya, di Kerajaan Asahan telah berkuasa belasan orang raja. Antara silsilahnya ialah...
  1. Sri Paduka Raja Abdul Jalil I bin Almarhum Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat (1630-16.. M).
  2. Sri Paduka Raja Said Shah bin Almarhum Raja Abdul Jalil (16..-17..M)
  3. Sri Paduka Raja Muhammad Mahrum Shah ibni al-Marhum Raja Said Shah (17..-1760 M)
  4. Sri Paduka Raja ‘Abdu‘l Jalil Shah II ibni al-Marhum Raja Muhammad Mahrum Shah (1760-1765 M)
  5. Sri Paduka Raja Deva Shah ibni al-Marhum ‘Abdu‘l Jalil [al-Marhum Mangkat di Pasir Putih) 1765-1805 M)
  6. Sri Paduka Raja Said Musa Shah ibni al-Marhum Raja Deva Shah [al-Marhum Mangkat di-Rantau Panjang] (1805-1808 M)
  7. Sri Paduka Raja Muhammad ‘Ali Shah ibni al-Marhum Raja Deva Shah 1808-1813 M
  8. Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah I ibni al-Marhum Sultan Muhammad ‘Ali Shah [al-Marhum Kampung Masjid] 1813-1859 M)
  9. Sri Paduka Tuanku Sultan Ahmad Shah ibni al-Marhum Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah 1859-1888 M
  10. Sri Paduka Tuanku Al-Haji Abdullah Nikmatullah Shah ibni al-Marhum Raja Muhammad Ishak, Raja Kualuh dan Leidong, juga Yang di-Pertuan Muda di Asahan. Ia ditunjuk oleh Belanda setelah saudaranya, Sultan Ahmad Shah diturunkan secara paksa (1865-1867 M)
  11. Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah II ibni al-Marhum Tengku Muhammad ‘Adil (1888-1915 M)
  12. Sri Paduka Tuanku Sultan Sha‘ibun ‘Abdu‘l Jalil Rahmad Shah III ibnu al-Marhum Sultan Muhammad Husain (1915-1980 M)
Terdapat, 4 wilayah Kerajaan Asahan mencakup daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Struktur pemerintahannya... Asahan adalah kerajaan kecil yang menjadi bawahan Aceh, maka secara otomatik, struktur kekuasaan tertinggi berada di tangan Sultan Aceh. Di daerah Asahan sendiri, terlepas dari relasinya dengan Aceh, kekuasaan tertinggi berada di tangan sultan, yang bergelar Yang Dipertuan Besar/Sri Paduka Raja.

Jabatan yang lebih rendah adalah Yang Dipertuan Muda. Untuk daerah Batubara dan kawasan yang lebih kecil, pemerintahan dijalankan oleh para Datuk. Ketika Asahan ditaklukkan oleh Belanda pada 12 September 1865, terjadi perubahan struktur kekuasaan, dengan Belanda sebagai penguasa tertinggi. Wakil tertinggi Belanda yang berada di Asahan adalah Kontroler diperkuat dengan Gouverments Besluit pada 30 September 1867 nombor 2, tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai.

Berdasarkan keputusan itu juga, Asahan dibagi mejadi tiga wilayah pemerintahan, iaitu, Onder Afdeling Batubara, Onder Afdeling Asahan dan Onder Afdeling Labuhan Batu. Walaupun Belanda memegang kekuaasan tertinggi dan membagi Asahan menjadi tiga pemerintahan, namun, pemerintahan para Datuk di wilayah Batubara tetap diakui Belanda. Hanya saja, kekuasaannya telah jauh berkurang, tidak seperti sebelumnya.

Secara khusus Belanda juga membagi wilayah kekuasaan Sultan dan para Datuk. Untuk wilayah pemerintahan kesultanan, Belanda membaginya menjad distrik dan onder distrik, yaitu, Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang, Distrik Kisaran dan Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge. Sedangkan wilayah pemerintahan para Datuk di Batubara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur, iaitu Self Bestuur Indrapura, Self Bestuur Lima Puluh, Self Bestuur Pesisir dan Self Bestuur Suku Dua (Bogak dan Lima Laras).

Ketika Belanda menyerah pada Jepun, maka Asahan secara automatik berada di bawah kekuasaan Jepun. Saat itu, Jepun yang dipimpin oleh T. Jamada mengganti struktur pemerintahan di Asahan menjadi Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu. Daerah Fuku Bunsyu adalah Batubara, sementara yang lebih kecil diubah menjadi distrik. Distrik-dsitrik tersebut adalah: Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.

Pemerintahan Fasisme Jepun berakhir pada pada 14 Ogos 1945 dan 17 Ogos 1945, kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan RI, maka berdasarkan UU Nombor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia wilayah Asahan dibentuk pada bulan September 1945. Pada masa itu pemerintahan yang dipegang oleh Jepun sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batubara masih tetap ada.

Pada 15 Mac 1946, berlaku struktur pemerintahan RI di Asahan dan wilayah Asahan dipimpin oleh Abdullah Eteng sebagai Kepala Wilayah dan Sori Harahap sebagai Wakil Kepala Wilayah, sedangkan Asahan dibagi atas 5 (lima) kewedanaan, iaitu Kewedanaan Tanjung Balai, Kewedanaan Kisaran, Kewedanaan Batubara Utara, Kewedanaan Batubara Selatan dan Kewedanaan Bandar Pulau.

Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Jun 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, iaitu Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan, sebutan Kepala Wilayah diganti dengan Bupati, sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan Patih, dan Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 wilayah kecamatan. Akhirnya, maka pada 20 Mei 1968, melalui PP Nombor 19 Tahun 1980, ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kota Tanjung Balai ke Kota Kisaran.

Jika dilihat dari kehidupan sosial budaya, sebagai kesultanan yang berada dalam pengaruh kebuadayaan Islam, maka di Asahan juga berkembang kehidupan keagamaan yang cukup baik. Bahkan, ada seorang ulama terkenal yang lahir dari Asahan, iaitu Syeikh Abdul Hamid. Ia lahir tahun 1880 M (1298 H), dan wafat pada 18 Februari 1951 (10 Rabiul Awal 1370 H). Datuk, nenek dan ayahnya berasal dari Talu, Minangkabau.

Syekh Abdul hamid belajar agama di Mekkah, kerana itu, ia sangat disegani oleh para ulama zaman itu. Dalam perkembangannya, murid-murid Syekh Abdul Hamid inilah yang kelak mendirikan organisasi Jamiyyatul Washliyyah. Sebuah organisasi yang berbasis pada aliran sunni dan mashab Syafii. Dalam banyak hal, organisasi ini memiliki persamaan dengan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang didirikan oleh para ulama Minangkabau.

Hamka

Adanya banyak persamaan ini, kerana memang para ulama tersebut saling bersahabat baik sejak mereka menuntut ilmu di Mekkah. Pandangan para tokoh agama ini sangat berbeda dengan paham reformis yang dibawa oleh para ulama muda Minangkabau, seperti Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, ayah Prof Dr HAMKA. Oleh sebab itu, sering terjadi polemik di antara para pengikut kedua faham yang agak berbeda ini.

Di paruh pertama abad ke-20, sekitar tahun 1916, di Asahan telah berdiri sebuah sekolah yang disebut Madrasah Ulumul Arabiyyah. Sebagai direktur pertama, ditunjuk Syekh Abdul Hamid. Dalam perjalanannya, madrasah Ulumul Arabiyah ini kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di Asahan. Bahkan termasuk di antara madrasah yang terkenal di Sumatera Utara, sebanding dengan Madrasah Islam Stabat, Langkat, Madrasah Islam Binjai dan Madrasah al-Hasaniyah Medan.

Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis 

Di antara ulama terkenal lulusan sekolah Asahan ini adalah Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis (1908-1972 M). Peninggalan tertulis warisan Kerajaan Asahan hanya berkaitan dengan buku-buku di bidang keagamaan yang dikarang oleh para ulama untuk kepentingan pengajaran.

Berikut ini beberapa buah buku yang dikarang oleh Syeikh Abdul Hamid di Asahan, iaitu:
  1. Ad-Durusul Khulasiyah 
  2. Al-Mathalibul Jamaliyah 
  3. Al-Mamlakul ‘Arabiyah. 
  4. Nujumul Ittiba. 
  5. Tamyizut Taqlidi Minal Ittiba. 
  6. Al-Ittiba. 
  7. Al-Mufradat. 
  8. Mi‘rajun Nabi.
Kerana itu sepatutnya, Tanjung Balai mewarisi budaya cara hidup Islam yang syumul, walaupun masyarakatnya juga majmuk seperti di sebahagian daerah-daerah lain di Indonesia. Sepatutnya kegiatan-kegiatan Islam dan parti politik Islam mampu bertapak kukuh...

Sekian sebagai catatan kenangan dalam santai kali ini.

Ibnu Hasyim
Medan, Indonesia.
22 Jun 2008 

Lihat..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Monday, June 16, 2008

PAS Parti Islam Unik Di Dunia??


Catatan Santai:
Ibnu Hasyim



KENYATAAN Dr Mujahid Yusof Rawa AJK Agung PAS (16 Jun) baru-baru ini mengenai 'cadangan orang bukan Islam yang ingin menjadi ahli PAS mungkin akan menjadi kenyataan.. ' (walaupun belum ada keputusan resmi) adalah suatu yang menarik. Bahkan menurut beliau selaku Pengerusi Lajnah Perpaduan Nasional, perkara tersebut antara cadangan serius dibincangkan untuk menjadikan kelab itu sebagai sayap parti.



Katanya, ia penting untuk dijadikan sayap parti dalam usaha untuk membuka medan baru supaya PAS boleh diterima dan dilihat identitinya sebagai parti pelbagai bangsa. "Bukan hanya melalui kelab tetapi sebagai keahlian itu sendiri sudah menunjukkan PAS parti berbilang bangsa."



Menurutnya, perkara tersebut dijangka akan dibincangkan dalam Muktamar Agung PAS pada bulan Ogos nanti. Tambahan pula katanya, perkembangan mesyuarat-mesyuarat kawasan sudah ada usul-usul menjirus ke arah itu. Kemungkinan besar katanya, Kelap Penyokong PAS akan dijadikan sebagai sayap parti sama seperti Dewan Pemuda PAS, Dewan Muslimat dan Dewan Ulama.



Katanya, sayap tersebut akan mempunyai strukturnya tersendiri, "Bagi saya ini satu penghargaan kepada bukan Melayu dan bukan Islam untuk duduk dalam sebuah parti Islam sebagai tempat dalam struktur parti."



Katanya lagi, selain itu sayap tersebut akan memberi ruang yang lebih efektif untuk meneroka medan politik baru PAS iaitu medan pengundi bukan Melayu yang merupakan pengundi baru bagi PAS. Penerimaan orang bukan Islam sebagai ahli PAS dapat membuktikan kepada parti lain bahawa PAS lebih serius menghampiri dirinya kepada kelompok berbilang kaum.



Pengerusi Kelab penyokong PAS Pusat, Hu Pang Chaw pula berkata, cadangan tersebut menepati masanya selaras fenomena politik negara sekarang. "Perjuagan PAS sudah terbukti dengan pemerintahannya di Kelantan ia adalah untuk Melayu, Cina dan India dan ia seperti adik beradik. "Sebab itu saya sanggup memikul jawatan pengerusi kelab ini," katanya. Beliau berkata orang Melayu juga harus sedar bahawa Islam bukan untuk orang Melayu (sahaja), dan orang Cina dan India pula kena ingat Islam itu membawa mesej yang jelas iaitu keadilan untuk semua.



Kalau hal ini berlaku menjadikan PAS adalah parti Islam yang unik di dunia. Kemenangan PAS tidak mengharapkan kepada pakatan parti-parti pembangkang semata-mata, bahkan mempunyai kekuatan tersendiri di kalangan kepelbagaian kaum di dalam masyarakat majmuk. Bahkan kalau pula dapat memerintah sebuah negara seperti Malaysia, tentu ia akan menjadi Negara Islam Contoh Sejagat.



16-06-08
Medan Indonesia.

Thursday, June 12, 2008

Merentasi Selat Melaka Tanpa Pengenalan Diri..

Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan


"AKU masuk ke Indonesia tanpa apa-apa surat pengenalan diri dari Pelabuhan Kelang... Tiada paspot, kad pengenalan (ktp) dan lain-lain.." kata seorang yang saya temui di Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara.

Mereka juga masuk tidak ikut peraturan imigresen?

Menurutnya, dia berasal dari Kalimantan.. masuk ke Malaysia Timur beberapa tahun lalu, tanpa apa-apa dokumen pun. Dia datang bekerja di KL, tetapi kini tekanan agak kuat kepada pendatang tanpa izin oleh pemerintah Malaysia, maka dia terpaksa balik ke Indonesia, buat permit kerja. Dia pilih pulang ke negaranya ke Tanjung Balai (bukan Kalimantan) untuk buat permit kerja kerana dekat dengan Pelabuhan Kelang.

"Tentu banyak halangannya, bagaimana boleh tak kena tangkap pihak imingrasi??" Saya tanya.

'Ya!" Katanya. "Aku tumpang kapal sayur. Tongkang itu bertolak petang, sampai sana sebelum subuh pagi.. Susahnya masa kapal nak keluar dari pelabuhan. Aku bersama 5 lagi yang macam aku juga tiada apa-apa dokumen disumbat masuk dalam suatu ruang isi barang dekat enjin, hanya muat untuk duduk dan tidur sahaja.. dalam gelap dan panas. Ramai-ramai, berhimpit-himpit.. Aku bayangkan macam dalam liang kubur, rasa dah mati!"

"Campur lelaki perempuan ke?"

"Ya. Bersama kami tu ada seorang anak gadis.. Tapi tak lama kira-kira 2 jam berlepas dari laut Malaysia, kami boleh keluar di dalam bot, baru boleh lihat laut. Kami diberi makan bersama anak kapal.. nasi dan sedikit sayur bersama ikan kering. Kerana lapar, ku baham jugak!" Jawabnya. "Kami diberi tahu pihak polis laut telah naik ke tongkang sayur itu dan menggeledah mencari 'kambing' (manusia seludupan seperti kami ini disebut kambing) tapi tak jumpa."

Katanya, lebih teruk lagi, bila sampai ke Tanjung Balai dalam Sungai Asahan di kawasan Indonesia, "..Secepat kilat kami dihumban keluar masuk ke perahu kecil, disorokkan tidur terlentang dalam perut perahu ditutupi dengan papan supaya nampak seperti nelayan yang cuma dua orang sahaja di dalamnya. Apa lagi hujan turun mencurah-curah, cukup sejuk. Perahu kecil itu memasuki anak-anak sungai, dihantar ke pinggir hutan yang berlumpur, merentasi semak-semak ke tempat beca sedang menunggu. Dari situlah kami dihantar ke distinasi masing-masing."

"Barapa tambangnya?"

"Kami sudah bayar di Pelabuhan Kelang sebanya RM400 tiap orang dengan janji tiada apa-apa bayaran lagi setelah itu. Tetapi bila di tengah laut, kami diminta lagi oleh tekong bot sebanyak Rp100,000 (kira-kira RM40) per orang untuk upah perahu yang membawa ke darat. Aku lihat hampir terjadi pergaduhan kerana ada yang tidak cukup duit."

"Ya. Aku juga pernah dengar sebelum ini, seorang pelarian Bangla ditelanjangkan di dalam kapal kerana memeriksa wang di badan." Saya menambah. "Nak buat macam mana, di laut mereka berkuasa! Bagaimana dengan solat, apakah boleh dan dibenarkan?"

"Walaupun tekong itu orang Kristen, nampaknya dia menghormati saya nak sembahyang." Jelasnya.

Hal ini mengingatkan saya di Malaysia kita-kira pertengahan tahun 70an dulu... Ramai orang yang nak balik kampung atau pergi kerja di musim perayaan di KL terpaksa tumpang lori surat khabar, kerana menjimatkan atau tidak cukup pengangkutan masa itu. Mereka juga duduk bersesak-sesak dalam lori yang ditutupi surat khabar... mereka juga disebut 'kambing'. Begitu juga beberapa tahun lalu, saya mengenali seseorang yang kerjanya membawa orang yang tanpa apa-apa dokumen dari seberang Sungai Kolok Thailand sampai ke Phnom Penh Kemboja di dalam van.

Nampaknya, masalah sekatan dan peraturan di sempadan menjadi masalah antarabangsa yang sukar dihapuskan, walaupun di Amerika sendiri. Yang penting, kemasukan pendatang-pendatang luar perlu diarahkan ke arah yang menguntungkan agama.. Apakah persempadanan negara dapat membantu atau menghalang perkembangan agama Islam??

Sekian.

Ibnu Hasyim, 
Tanjung Balai,
12 Jun 2008

Lihat juga..
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

Sunday, June 08, 2008

Tanjung Balai, Kota Mafia Menuju Kamatian..


 Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

AZAN solat Isyak bergema melalui puncak menara masjid. Terdengar dari berbagai arah.. dari atas jambatan yang baru dibina kira-kira setahun itu, merentasi sungai antara pekan Tanjung Balai ke Kampung Sui Jawi Jawi. Lampu-lampu dari bot-bot dan rumah-rumah tepian sungai berkerdipan berkilauan, dalam air sungai yang bergelombang tenang itu, menambah serinya lagi.

Walaupun tenang, tapi ada sejarahnya. Sungai yang beberapa tahun lalu terkenal sebagai tempat penyeludupan antara yang terbesar di kepulauan Sumatra, antara Malaysia, Singapura dan Indonesia. Barangan seperti minyak masak, gula dan lain termasuk narkoba, dadah atau wanita. Sekarang sudah berkurang walaupun beberapa hari lepas keluar dalam akhbar perampasan puluhan guni-guni ganja dan seorang rakyat Malaysia ditahan berhubung dengan penyeludupan dadah ekstesi di Tanjung Balai.

Kerajaan Indonesia sekarang sudah menampakkan ketegasan dan kesannya mula terasa, bila ramai pegawai ditahan di penjara kerana dituduh rasuah.

"Dua tahun dulu usaha kami tak seperti ini Pak..." Kata tukang beca berinjin yang membawa saya ke jambatan itu. "Pendapatan kami turun hampir separuh Pak. Ditambah lagi dengan BBM (Bahan Bakar Minyak) menghimpit kami. Oh sengsaranya kami."

"Kenapa?" Saya tanya.

"Kan kota ini mendapat jolokan Kota Mafia sarang penyeludupan!? Apabila berlaku pembanterasan tuntus dari pemerintah, maka kota ini terasa begitu sepi, pedagang-pedagang keluar masuk sudah kurang. Berbelanja pun sudah tidak lumayan lagi, kerana kegiatan penyeludupan sudah kurang. Kami tukang-tukang beca pun terasa perit himpitannya.." Dia yang hantar saya dengan beca naik di tengah jambatan itu.

Di atas jambatan itu ada gerai-gerai jualan minuman dan makanan ringan. Ada kerusi meja untuk pesantai. Apalagi malam ini malam minggu. Anak-anak muda mulai bertambah ramai. Sayup-sayup terdengar lagu-lagu dangdut bergema dari kedai-kedai makan di tebing sungai. Saya duduk berhampiran dengan seorang penjual kacang rebus, antara peniaga-peniaga kecil yang ramai itu.

"Aku dulu memang pernah cuba mengayuh beca, tapi memang gak bisa bertahan. Maka aku jual kacang rebus di atas jambatan ini, baru bisa simpan wang sikit Pak..." Jelas penjual kacang rebus itu.

Dia berasal dari Tanah Karo, keturunan Batak beragama Islam. Berhijrah ke Tanjung Balai cari rezeki penyambung kesempurnaan hidup. "Aku yakin dengan berniaga aku boleh hidup agak mewah seperti orang-orang itu." Sambil jarinya menunjuk-nunjuk ke arah sebuah kereta sederhana kalau di Malaysia, nisbahnya 1:100 dengan motosikal yang lalu-lalang di situ. Ertinya motosikal jauh lebih banyak digunakan dari kereta.

"Berapa kilogram paling banyak boleh dijual pada malam-malam minggu begini?"

"Kira-kira 20 kilo bagi satu kereta surung. 1 kilo untung bersih kira-kira Rp2700 (lebih kurang RM1). Bini aku pun, aku siapkan satu kereta surung untuknya.. Jadi agak lebih baik dari jadi tukang beca, yang mahu dapatkan Rp27000 satu hari pun sakit!"

Sedang kami bercerita itu, tiba-tiba beberapa anak muda, yang seorang darinya memegang gitar menyapa saya, "Pak! Mahu dengar nyanyian Pak?"

Saya mengangguk. Mereka terus menyanyikan sebuah lagu Indonesia dengan aksi gembira, walaupun sebenarnya lagu itu lagu sedih. Imbalannya saya dermakan Rp1000.

"Mereka adalah antara ramai anak-anak muda nganggur... Mereka masih belum nampak peluang mencari rezki di kota mafia yang akan menemui kematian ini. Mereka dan warga kota ini harus bersiap untuk menghidupi kota ini kembali, menghidupinya melalui rezeki yang halal." Kata penjual kacang rebus itu dengan bersemangat. "Bukan hanya tugas pemimpin rakyat sahaja!"

Ibnu Hasyim: 
08-06-08 Tanjung Balai Asahan
Indonesia.

Saturday, May 31, 2008

Politik Mie Aceh


Ibnu Hasyim: Catatan Perjalanan


MOTOSIKAL yang saya tumpangi berhenti depan sebuah warung, tertulis ‘Mie Acheh Istimewa Titi Bobrok’, di Jalan Setia Budi Medan.

“Istimewanya mie Aceh ini buatan sendiri orang Islam, antara campuran tepungnya termasuk rempah dan segala macam.. membuat rasanya lain dari yang lain.” Kata kawan saya itu, sambil turun dari motosikal terus masuk ke kedai itu.

Kedai itu agak maju, 3 kali ganda berbanding 10 tahun lalu waktu itu saya juga menjadi antara peminatnya. “Apakah pengunjung-pengunjungnya hadir kerana simpati kepada perjuangan rakyat Aceh?” Tanya saya.

Hal ini mengingatkan saya kepada pertemuan pagi tadi dengan seorang bekas tentera Republik Indonesia (RI), yang baru-baru ini mendapat hadiah penghargaan kerana jasa perjuangannya kepada negara sejak sebelum merdeka lagi. (RI merdeka pada 1947). Beliau adalah Abdullah Zaman (atau Abdul Rahman) yang lahir pada 22-3-1928, berumur kira-kira 80 tahun, tetapi masih kuat badan dan ingatannya.

“Saya adalah anak buah kepada Tengku Daud Barueh, ulama pejuang pembebasan Negara Aceh. Beliau adalah pemimpin PUSA atau Persatuan Ulama Seluruh Aceh. Beliau bersama Karto Suwirio dari Jawa Barat dan Kahar Muzakkir dari Sulawesi sama-sama berjuang untuk menegakkan Darul Islam atau Negara Islam di RI sejak belum merdeka lagi.” Kata Bapak Abdullah.

“Dan atas nama perjuangan kemerdekaan, beliau sanggup membantu Seokarno dengan menghadiah sebuah kapal terbang milik rakyat Aceh kepada Seokarno, kerana waktu itu Aceh mempunyai dua buah kapal terbang. Sukarno berjanji akan memberi kebebasan kepada Aceh untuk menegakkan Negara Islam sesudah merdeka.”

“… Bermakna Aceh mempunyai kekuatan yang kuat di saat perjuangan kemerdekaan Indonesia masih tiada kekuatan peralatan.. Bagai mana boleh jadi begitu?” Sampuk saya.

Pertama kerana dasar Islam itu sendiri bisa melahirkan mujahid-mujahid tulin… hingga ada yang bergabung di bawah MASYUMI atau Majlis Syura Muslimin Indonesia. Kedua kerana rakyat Aceh terdiri dari ramai pedagang-pedagang. Contohnya wujud Kesatuan Saudagar Muslim di Aceh masa itu yang membantu perjuangan Islam Aceh… Ini yang ramai orang tidak tahu…” Jelas Bapak Abdullah lagi.

“Terngiang-ngiang di telinga aku pesan Tengku Daud Barueh kepada kami anak-anak buah perjuangannya dulu.. ‘Perjuangan kita hari ini adalah jambatan emas buat anak cucu kita akan datang.’ Aku ingat kata-kata beliau itu sampai sekarang!”

Tetapi dengan rasa sedih dan pilu Bapak Abdullah berkata lagi, “Tetapi selepas merdeka, Aceh cuma diletakkan di bawah Kecamatan Medan atau Sumatera Utara. Untuk dapatkan hak Negara Islam perlu dapat kelulusan dari Medan. Suekarno lepas tangan. Begitulah… perjuangan Islam yang besar dan luas telah di’kecil’kan oleh nasionalis Suekarno. Maka perjuangan terpaksa diteruskan, walaupun masih dalam kelompok sendiri yang kononnya sudah merdeka. Jambatan Emas harapan rakyat Aceh hanya jadi Titi Bobrok (jambatan reput)..”

Kawan saya pembawa motosikal yang saya tumpangi ke gerai mei Aceh itu berkata, “Hingga baru beberapa tahun kebelakangan ini selepas malapetaka tsunami, berlaku perjanjian damai antara GAM atau Gerakan Aceh Merdeka dengan RI… maka pertembungan sudah tiada lagi. Kita singgah ke gerai mei ini tidak lagi diangap sebagai para simpati kepada golongan yang ditindas oleh RI. Tetapi ramainya mungkin cuma kerana sedap dan lazatnya sahaja!.”

Hal ini membuat saya pula merasa sedih dan pilu apabila mengenagkan politik di negara sendiri. Bagaimana pula kalau Pakatan Rakyat berjaya memerintah Malaysia, apakah PAS atau golongan pejuang-pejuang Islam akan menerima nasib seperti Tengku Daud Barueh tersebut??

Demikian catatan santai untuk kali ini… Wallahu ‘aklam.
Hasil carian imej untuk gambar .ibnuhasyim.com
Gambar kenangan semasa berkunjung ke nagara China.. Ibnu Hasyim.

Ibnu Hasyim
Medan Indonesia 
31 Mei 08

Friday, May 30, 2008

Ingatan Pada Wakil Rakyat.. Dari Sumut.


Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

TENGAHARI tadi saya sembahyang Jumaat di sebuah kampong di luar kota Medan, kira-kira 2 jam perjalanan, melalui lorong tanah merah, melintasi ladang-ladang dan perkebunan. 

Khatibnya agak muda. Antaranya berkhutbah mengulas akhbar di Medan hari ini, katanya..

Seseorang melihat temannya sedang bersedih dan keluh-kesah, “Kenapa kau bersedih?”

“Aku hilang wang Rp 5,000 (kira-kira RM1.50).”

Lalu digantikan oleh temannya itu. Tiba-tiba dia menangis pula. “Mengapa kau menangis pula selepas dapat ganti?”

“Kerana kalau duit itu tidak hilang tentu wang aku sudah ada Rp 10,000…”

!!!!!!!!!!!

Teringat saya pula kepada ucapan Tok Guru Nik Aziz …Tiap makanan yang kita makan, walau macam mana mahal dan sedap pun, hanya sekadar yang boleh diterima oleh perut, dan akhirnya tempat simpannya cuma ditandas sahaja…

Jadi di mana manfaatnya? Manfaat di akhirat ialah harta yang dermakan dan membela rakyat miskin atau untuk jalan Allah, atau buat kebajikan. Itu yang dapat melepasi sekatan tol di akhirat. Pahala kebajikan itulah ‘duit’ untuk melepasi tol tersebut.

Khatib tadi menyeru orang ramai supaya berderma membuat masjid yang sedang diperbaharui, walaupun penduduk-penduduk kampong itu nampaknya tidak se mewah rakyat Kuala Lumpur. Bahkan waktu hendak pulang ke Medan, saya disekat di jalan-jalan raya, bukan oleh polis tetapi oleh mujahidin-mujahidat remaja dari beberapa masjid yang sedang mengutip derma.

Demikianlah di Indonesia, derma untuk masjid antara cara kutipannya ialah melalui derma dipingggir-pinggir jalan melalui sekatan-sekatan jalan raya atau diletakkan tong derma di tengah-tengah jalan. Itulah peluang berbuat kebajikan, samada tenaga dan harta.

Patutkah peringatan-peringatan seperti ini diberitahu kepada wakil-wakil kita yang menang dalam pilihan raya baru lalu?

Sekian, wallahu ‘aklam.
Hasil carian imej untuk ibnu hasyim
Bingkisan Ibnu Hasyim 
dari Medan Sumut, Indonesia.
30 Mei 2008

Ikutilah Catatan Perjalanan Seterusnya..

E-Buku IH-8 Catatan Perjalanan.'Medan-Tanjung Balai'
Bab I
Bab II
Bab III
Ikutilah sambungannya dalam catatan perjalanan yang lain.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails