Monday, October 27, 2008

Hadiahku Untuk Deepavali..


Ibnu Hasyim
CATATAN SANTAI:

PERTARUNGAN dan pertembungan antara Dewa Rama yang baik dengan Ravana yang jahat, berakhir dengan Dewa Rama berjaya merampas Sita dari Ravana yang jahat itu.. Ada juga cerita seperti pergaduhan antara Dewa Krishna yang baik dengan Syaitan Asura (Nagasura), yang dimenangi oleh pihak baik.. Lantas dirayakan dengan pelita dan lampu-lampu oleh penganut agama Hindu… dinamakan Pesta Cahaya. Itulah asal-usul sambutan perayaan Hari Deepavali yang jatuh pada bulan ketujuh dalam kelender Hindu, biasanya pada bulan Oktober atau November.

Ertinya pertarungan antara cahaya kebenaran mengalahkan kegelapan. Dalam Al-Quran terdapat Surah An-Nur, atau cahaya, yang menyinari dan menerangkan atau memandu manusia kepada kebenaran. Bila kebenaran datang, kebatilan akan hilang sirna. Maka dalam catatan santai kali saya nukilkan sebuah kisah mereka yang menemui kebenaran, dan istiqamah dengan kebenaran itu, sehingga beroleh kemenangan dan kejayaan.

Saya panjangkan dari www. NiNafKoe BlogSite di bawah judul ‘Kisah Pilot F16, Muslimat Pertama di USA’. Ceritanya, begini..

SETELAH Papa lulus dari sekolah penerbangan Perancis, beliau menikah dengan mamaku. Papa seorang kulit hitam, namanya Charles Jacquet, mamaku seorang kulit putih, namanya Isabell

Louvrett. Keluargaku cukup demokratis, oleh karena itu, bagi Papa, pernikahan tidak memandang perbedaan kulit. Cara berpikir itu pula yang mendorong Papa untuk pindah ke Amerika. Baginya dunia itu luas, di manapun kita berada, asal mau berusaha, pasti kita menjadi seseorang. Oleh karena itu kami pindah ke Portland. Papa ditawari menjadi penerbang di suatu perusahaan.

Di sana beliau menjadi Pilot pesawat Air Bus dan menerbangkan pesawat ke banyak wilayah di Amerika. Papa mempunyai sebuah cita-cita. Ada sebuah pesawat yang sangat dicintainya. Kecepatannnya luar biasa, mach2, selain itu bodinya sempurna. Pesawat kebanggaan Amerika ini menjadi cita-cita papaku. Namanya F-16. "Voir ma dear, lihat sayang," Ujar Papa suatu kali di pangkalan pesawat terbang, tempatnya bekerja.

Beliau menunjuk ke sebuah pesawat indah. Itulah F-16. "Suatu hari, Papa akan menaikinya, begitu pula dengan Mama dan kamu ma pouppette."

Saat itulah aku tahu, betapa tingginya cita-cita Papa. Beliau bukan berasal sekolah militer, dan bukan warga negara asli Amerika. Hampir tidak mungkin baginya untuk menjadi anggota AU (Angkatan Udara) Amerika. Tapi cita-cita itu tetap dipegangnya dengan teguh dalam hati. Ya, cita-cita indah tentang menaiki burung besi yang bagaikan seekor rajawali.

***

Tujuh tahun telah berlalu sejak kepindahan kami. Usiaku sudah 12 tahun. Papa kini menjadi salah satu pegawai yang disegani di perusahaannya. Mama juga meneruskan kuliahnya, dia mengambil jurusan sastra Perancis. Jelas terlihat pada dirinya, betapa ia masih mencintai Perancis. Di rumah pun, bahasa Inggris masih terbatas pemakaiannya. Hampir sepanjang hari mama berbicara dengan bahasa Perancis. Terkadang kalau kami bepergian dengan taksi, mama suka tiba-tiba berkata, "Conduisez-moi a...ups, I mean, take me to..."

Kalau sudah begitu, papa dan aku hanya bisa tertawa kecil. Teman-temanku di sekolah pun cukup heran dengan keberagaman keluargaku Apalagi kalau ada pertemuan orangtua murid di
sekolah. Guru-guruku selalu memanggil nama mamaku bekali-kali, padahal
beliau sudah ada di hadapan mereka. Maklum, kulitku hitam seperti Papa, walaupun mataku biru seperti mama. Tapi ini semua membuatku bangga. Tidak semua anak beruntung sepertiku. Ya, kan? Segala sesuatunya berjalan normal, Papa bekerja, Mama kuliah, dan aku sekolah.

Tapi suatu hari, sesuatu yang benar-benar merubah kami sekeluarga. "Jai faim, Mama. Saya lapar, Mama," ujarku kepada Mama ketika tiba-tiba Papa masuk tanpa mengetuk pintu dahulu. Karena Papa baru pulang setelah seminggu penuh bekerja, aku segera berlari menujunya, biasanya, Papa akan langsung menggendongku sambil mengajakku bercanda. Tapi hari itu, dia hanya mengelus kepalaku, sambil tersenyum, dalam sekali. Lalu, tanpa basa-basi, Papa memeluk Mama, dan mulai menangis, pelan. Saat itu, pertama kalinya aku melihat laki-laki yang paling kubanggakan menangis seperti itu.

Saat itu, aku hanya memandangi, dan tidak tahu apa yang terjadi. Ketika melihatku, Mama segera berkata, "Aller pour tranguille, dear, I'll bring your dinner, in a few minutes, okay?" ujar Mama lembut.

Aku lalu naik ke atas dengan perasaan bingung. Selama 3 jam Mama dan Papa ngobrol di bawah,
sepertinya menggunakan bahasa Perancis yang "complicated" sekali. Perutku yang lapar tidak terasa lagi, aku hanya ingin tahu, ada apa di bawah sana.

***

Esok paginya aku terbangun. Rupanya semalam aku ketiduran. Cepat-cepat aku turun ke bawah. Hari ini hari Sabtu, sekolah libur. Begitu sampai dibawah, sudah ada Papa dan Mama menunggu di meja makan. Wajah mereka cerah sekali, bahkan jauh lebih tenang dari biasanya. Seperti ada jiwa baru di mata mereka yang membuat segala sesuatunya lebih baik. "Bonjour, ma pouppete," Ujar Papa sambil menenggak kopi hangatnya. "How's your sleep dear? Waktu mama ke kamarku semalam, kamu sudah tertidur. Jadi, pagi ini ada masakan istimewa, omelet kesukaanmu." Keduanya tampak berseri.

Tapi kebingunganku, belum juga reda. Papa melihat itu, lalu menyuruhku duduk di dekatnya.

"Siapa Tuhanmu, Anna?" Pertanyaan Papa yang aneh dan tidak biasa itu mengejutkanku.

Papa belum pernah bertanya seperti itu, bahkan menyinggung-nyinggung hal itu pun jarang. Iya, kami merayakan natal setiap tahun, seperti orang lain. Setiap Paskah selalu ada ayam kalkun di meja makan. Terkadang kami ke gereja, di rumahku juga ada Bible. Tapi mempelajarinya? Membukanya pun, hanya pada saat-saat khusus itu. Papa, atau Mama, yang memang sangat demokratis, benar-benar tidak peduli tentang itu. Aku pun tidak, selama kami bahagia, itu sudah cukup. Tapi kujawab juga pertanyaan papa, sepanjang pengetahuanku. "Yesus, Papa," Jawabku.

"Lalu bagaimana dengan Tuhan Bapa?" Pertanyaan Papa benar-benar membingungkanku.

"D..Dia juga, Papa," jawabku ragu.

"Lalu, Roh Kudus?"

Hatiku gelisah, apa maksudmu Papa? "Iya! Dia juga Tuhan!"

"Lalu, ada berapa Tuhan kalau begitu?"

Aku teringat kata pastur yang masih membingungkanku sampai sekarang. "Semuanya satu Papa, hanya satu!"

"Kamu yakin Anna? Apa tiga sama dengan satu?"

Aku terdiam. Aku gelisah dan heran, apa maksud papa bertanya seperti ini.

Lalu Papa merubah pertanyaannya. "Menurutmu, kalau ada, misalnya, dua yang sempurna, diberi kesempatan untuk menguasai dunia, apa yang mereka lakukan?" Tanya Papa.

"Bi..bisa saja mereka berebut atau bekerja sama, Papa," jawabku.

"Misalnya mereka bekerja sama, dan yang satu tidak setuju dengan yang lainnya apa yang bakal terjadi?"

"Me..mereka akan bertengkar Papa."

"Tepat, my little, pouppete, satu lagi kalaupun mereka bekerja sama bukanlah pola pikir mereka sama, sehingga dalam menciptakan sesuatupun sama. Apakah perlu dua orang kalau begitu?" tanya Papa.

"Tidak Papa, satupun cukup."

Papa lalu tersenyum mendengar ucapanku. "Kalau begitu, apa perlu Tuhan yang banyak?"

Aku terdiam. Jauh di dalam hatiku seperti ada sinar terang. Ya, aku memang baru berumur dua belas tahun, tapi perasaan itu benar-benar terasa di dalam hatiku. "Tidak Papa, cukup satu!" jawabku mantap.

Tiba-tiba air mata Papa tumpah, Mama juga. Dengan suara bergetar, Papa bertanya. "Terakhir dear, apa kamu percaya Tuhan?"

Saat itu,bagaikan sekelilingku benar-benar sunyi senyap. Aku teringat betapa indah semua pertanyaan yang pernah kualami. Melihat bintang-bintang di planetarium, alam Perancis yang luar biasa, bukan hanya itu, segala sesuatu yang pernah kulihat selama ini Pasti ada yang membuat. Di pelajaran Biologi di sekolah, benda hidup tidak mungkin berasal dari benda mati. Kalau begitu, pasti segala sesuatu ini ada yang meciptakan, dan itu adalah... "Ya, Papa. I believe in God."

Kedua orang tuaku tesenyum. Damai sekali. Tanpa sadar aku menitikan air mata, seperti aku baru terbangun dari mimpi panjang, dan pertama kali melihat cahaya. Rupanya ini yang membuat Papa menangis. Kembalinya keyakinan dalam dirinya. Ya, Papa telah menemukan Tuhannya. Dan kini aku ingin mengetahuinya.

"Allah, Tuhan kita, Anna." Perlahan Papa mulai bercerita," Papa menemukan Dia saat mendengar seorang teman Papa, Muslim yang membaca kitabnya dengan bahasa yang asing sekali bagi Papa. Tapi hati Papa bergetar, walau tidak tahu artinya, hati Papa benar-benar tergetar. Saat Papa menanyakan artinya, teman Papa menjawab, 'Sesungguhnya bumi Allah itu luas, dan rezeki Allah berlimpah di mana-mana'. Papa kaget. Itu prinsip hidup Papa selama ini!

Papa tidak menyangka, prinsip hidup Papa yang selama ini banyak ditentang, ada di suatu kitab. Apa itu kebenaran? Lalu papa meminta teman Papa membacakannya ayat-ayat lain, dan hati Papa seperti disiram air sejuk."

"Anna, Mama pun merasakan itu. Tadi malam Papamu menceritakan semuanya. Inilah yang Mama belum dapatkan selama ini. Islam! Menyembah Tuhan yang satu! Inilah jalan hidup yang Mama dan Papa cari. Bertahun-tahun, ya kau tahu sendiri Anna, hidup bahagia, tapi hati penuh kegelisahan. Dan kini, hanya dengan sepotong ayat saja, Papa dan Mama merasakan hidup yang sebenarnya. Anna, kau masih kecil, kami tidak memaksamu, tapi apa kau merasakan sesuatu? Coba rasakan di dasar hatimu, my little pouppete."

Aku tidak bisa berkata, tapi kepalaku kuanggukan. Dengan penuh keyakinan. Ya, aku masih kecil, tapi aku sudah merasakannya, getaran itu benar-benar menggema ke seluruh tubuhku. Pagi itu, sarapan kami terasa penuh makna. Seperti ruang-ruang kosong di relung hati, terisi sedikit demi sedikit. Bahkan sinar matahari pun terasa lebih jauh-lebih rendah.

***

Hari itu juga, kami ke rumah teman Papa, Mr.Ahmad Brown, dia sudah masuk Islam selama lima tahun. Dia AU Amerika Serikat yang sedang cuti. Papa bilang, di AU, perkembangan Islam sangat pesat. Terutama dari golongan orang kulit hitam. Papa memiliki banyak kenalan dari AU, karena seperti yang kalian tahu kecintaannya pada pesawat F-16. Rupanya Papa mencuri-curi tahu ke mana saja pesawat itu berdinas, bagaimana onderdilnya, dan banyak lagi. Kami bertiga diajak oleh teman Papa ke sebuah masjid sederhana diPortland.

Tempat ini merupakan salah satu tempat syiar Islam yang masih jarang ditemukan di Portland. Kami bertiga masuk ke dalam dan melihat beberapa orang sedang sujud, membaca kitab, atau bergumam-gumam. Wajah mereka tenang sekali. Beberapa adalah orang Amerika asli, atau juga berkulit hitam seperti Papa. Tapi yang paling banyak adalah orang Asia. Teman Papa lalu mengajak kami bertemu pemimpin agama, pastur kalau di Kristen.

Lalu secara sederhana, saat Papa minta diIslamkan, dengan mata yang berkaca-kaca, dia menyuruh kami mengikuti perkataannya, "Asyhadu anla ilaha illAllah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, I witness that there is no God except Allah, and I witness that Muhammad is his messenger."

Singkat, tanpa perlu ritual berlebihan. Beliau lalu memberikan kami masing-masing sebuah kitab.

"This is Qur'an. Bacalah, pelajari. Tidak usah terlalu di buru. Ini juga sebuah kitab fiqih untuk mempelajari Islam, banyak buku yang bisa kalian pinjam dan pelajari, dan kami semua siap membantu. Apa saja. Bersabarlah, remember, Actually God is with whom is patient."

***

Kami sekeluarga perlahan-lahan mulai mempelajari Islam. Setiap habis Maghrib, selama satu jam sampai waktu Isya' kami belajar membaca Al-Qur'an. Kalau Papa pergi tugas, istri Mr. Ahmad yang membantu. Islam perlahan-lahan mulai menjadi tiang penyangga hidup kami.

***

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Terutama bagi Mama. Beliau mulai memakai kerudung. Dan pakaiannya, benar-benar mencerminkan Muslimah. Tapi, teman-teman di kampusnya mulai menjauhinya. Hanya beberapa yang, benar-benar demokratis mau berteman dengannya. Untunglah, teman-teman Muslimah bertambah banyak. Sehingga Mama tidak merasa sendiri.

Tapi ada satu hal yang terberat. Saat Mama menceritakan keIslamannya kepada orangtuanya, Grandma terutama, marah besar. Saat mama berbicara di telepon, air matanya tumpah. Lalu tiba-tiba ia diam, kemudian memanggil-manggil, "Mama, oh Mama, mama."

Teleponnya diputuskan. Mama hanya bisa bersandar di dada Papa sambil menangis. Papa terus berkata, "Actually God is with whom is patient, Ma Cherie. He is. He is.”

Di sekolah, teman-temanku tetap bersikap baik. Bahkan mereka suka bertanya yang aneh-aneh. Seperti, "Dalam Islam, ada Santa Klausnya, nggak?" atau "Wah, asik dong. Kamu ngak usah ke gereja lagi tiap minggu." Dan banyak komentar lagi komentar lain. Sekolahku memang multi etnik, dan sangat liberal. Selama tidak mengganggu mereka, semua akan seperti biasa saja.

Walaupun ada juga orangtua atau guru yang sinis, hal itu tidak kupedulikan. Mereka saja yang berpikir terlalu sempit.

***

Setahun berlalu, tiba-tiba di negara bagian ini muncul desas-desus mengerikan. Kabarnya orang-orang kulit hitam banyak yang tiba-tiba menghilang. Banyak yang mengatakan bahwa mereka menjadi korban penculikan sekte-sekte fanatik ras kulit putih. Polisi, FBI, sudah diturunkan ke berbagai kota, tapi hasilnya secara konkret belum juga muncul. Papa sangat khawatir. "Isabell, aku akan cuti. Atasanku memaklumi. Lagipula aku belum mengambil cutiku yang sebulan. Dan kini, tugasku untuk menjaga kalian. Setidak-tidaknya sampai keadaan mereda. Oke? J'etaime I don't want to lose you."

Situasi benar-benar gawat. Sudah beberapa mayat yang hilang yang ditemukan, dengan kondisi memilukan. Para maniak itu bahkan selalu meninggalkan pesan mengerikan, bahwa tidak jarang jorok, 'Die you Negros!, atau 'Pig's skin ever better than your!" dan banyak lagi. Perlindungan bagi kaum kulit hitam dari Harlem. Kemarin, mayat seorang pastur kulit hitam ditemukan. Aku khawatir dengan Papa.

" Don't worry ma pouppete. Allah with us. Kita harus berani, dan selalu waspada. Okay?"

Sampai hari itu. Hari dimana semua kebahagiaanku direnggut. Papa sedang berkendara dari kota. Kami sedang dalam pejalanan pulang. Karena ada pemblokiran jalan, kami terpaksa lewat jalan kecil. Malam itu sepi sekali. Tiba-tiba di tengah jalan, terdengar bunyi tembakan. Papa cepat-cepat mengerem. Ternyata ban kami pecah. Lalu, muncul orang-orang bertudung putih, berjalan mendekat sambil membawa obor dan senjata. Pakaian mereka putih, dengan lambang salib terbalik. Aku ketakutan, Mama juga, tapi Papa memegang tangan kami sambil terus berkata, "Ingat, apapun yang terjadi, Allah selalu bersama kita, Macherie."

Mereka menyuruh kami turun dari mobil. Kalau tidak, mereka mengancam kepala kami akan ditembak. Papa menurut. Lalu kami digiring ke dalam hutan, perjalanannya cukup jauh, aku ingin menangis, tapi aku percaya, aku harus kuat. Kami tiba di sebuah lapangan luas. Di sana ada lebih banyak lagi orang-orang bertudung putih. Mereka beteriak kasar, bersorak-sorai, sambil
membakar kayu-kayu.
Pandanganku lalu tertuju ke sebuah penjara kayu. Panjang, dan di dalamnya, banyak orang kulit hitam! Kami didorong ke sana. Tiba-tiba Mamaku ditarik lengannya.

"Lepaskan istriku!" Papa coba berontak. Mama berusaha untuk lepas, tapi sia-sia.

Orang tiba-tiba berkata. "Wanita ini seorang kulit putih. Tapi lihat! Keluarganya Negro, cih, menjijikan! Tubuhnya sudah ternoda oleh si hitam itu! Negro hina! Dan,apa ini?" Ujarnya sambil menarik kerudung Mama, "Ini benda yang dipakai wanita-wanita Islam itu. Cih! Ini lebih hina lagi. Tidak ada pantas-pantasnya, bahkan untuk di muka bumi ini! Mau apakan dia?" Ujarnya sambil berteriak keras.

"Bakar! Bakar! Bakar!" orang-orang itu mulai menjadi liar. Lalu orang tadi berkata lagi, "Semua ingin kau bakar. Tapi demi ras kulit putih kita, kuberi kau kesempatan. Tinggalkan keluargamu, juga Islammu. Kau akan kami bebaskan, setuju?"

Papa tiba-tiba berteriak. "Isabell! Lakukan! Lebih baik seorang dari kita selamat! Lakukan! Lakukan!"

Tepat setelah itu. Kulihat mata biru mama dengan penuh keyakinan menatap tajam kepada orang itu, lalu berkata. "Aku tidak akan melepaskan agamaku walaupun kulitku lepas dari dagingnya.

Dan aku tidak akan meninggalkan keluargaku, walau nyawa taruhannya!" Orang itu gemetar, lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mengurung mamaku juga. Kami dilempar ke dalam, bersama orang-orang kulit hitam lainnya. Tubuh mereka kurus sekali, badannya penuh luka. Banyak juga wanita dan anak-anak seusiaku. Beberapa tampak berasal dari keluarga miskin, tapi ada juga yang berada sepertiku.

Seorang laki-laki tiba-tiba berbicara kepadaku. "Hari ini mereka akan membunuh lima orang dari kita."

Lalu anak lain menyahut. "Lalu, mayatnya dibawa entah kemana... seperti ayahku," gadis kecil itu menerangkan, lalu menangis.

Mamaku lalu memeluknya dan bertanya. "Tidak adakah yang bisa kita lakukan?"

Tiba-tiba seorang berbisik kepada Papa. Papa mengangguk, sebentar wajahnya tenang, lalu pucat sekejap dan tenang kembali. Ada apa, Papa? Papa mendekat kepadaku dan Mama, lalu berkata pelan. "Mereka telah mematahkan salah satu dari kayunya. Akan cukup bagi anak-anak dan wanita untuk keluar. Anna, kamu seorang pandu di sekolah, bawa mereka ke tempat pemblokiran polisi tadi, Isabell, kau jaga para wanita dan anak-anak ini. Okay?"

Belum sempat aku membantah, Mama cepat-cepat memotong sambil memegang kedua tangan Papa. "Charles, bagaimana denganmu? Bagaimana kau keluar? A..aku tidak mau pergi sendiri!" Air mata mama mulai tumpah, Papa memandangku dengan sangat dalam. Lalu Mama jatuh ke pelukan Papa, menangis sambil mengucap nama Allah. Aku menyelinap masuk di antara mereka, dan ikut menangis.

***

"Ayo saatnya sudah tiba. Anna, bawa anak-anak keluar, juga para wanita. Depechez vous! Cepatlah! Mumpung mereka sedang tertidur, Papa dan lainnya akan menahan mereka dari sini! Cepat lari!"

Setelah semuanya keluar, aku kembali ke Papa. Tidak, tidak mungkin aku meninggalkan Papa. Tepat saat semuanya berjalan sempurna, tepat saat kami menemukan kehidupan di jalan yang lurus. Aku tidak rela, Papaku yang kucinta. Sang Pilot yang kukagumi. Ma Papa. "Ayolah Anna. Yang lain membutuhkanmu."

"Tapi Papa, kenapa harus begini? Tidak Papa! Tidak!"

"Chest-la-vie. Kamu harus tabah, ma pouppet. Kalau Papa memang harus pergi bukankah Papa akan pegi ke tempat yang lebih baik? Ke sisi Allah. Prier to Dieau. Kita akan bertemu lagi, Okay?" Papa lalu mencium keningku, lama, sampai kurasakan air matanya mengalir di keningku.

"Come on, Anna dear," Mama memanggilku. Dia Lalu mematap lekat kepadaku Papa." A toute a I'huere. I'll be missing you," Lama sekali keduanya bertatapan, lalu dengan lembut Papa mencium kening Mama.

Dan berkata berkali-kali. "J'etaime macherie. J'etaime. J'etaime Isabell, J'etaime Anna. J'etaime..." Lalu perlahan dilepaskannya pegangannya," Allez vous-en! Lari sejauh mungkin. Ingat pesan Papa, jaga Mamamu!"

"Soyez tranguille I will Papa, I will." Perlahan aku keluar, Mama memegangiku. Tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat kami. Kami bergegas. "Noubliez pas, Anna, 'Asyhaduanla ilaha....."

"IllAllah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..." Aku dan Mama membalas, lalu kami pergi. Para penjahat itu mulai berkumpul.

"Ingat cita-cita Papa, pouppete, F-16 burung besi kecintaan Papa. Wujudkan cita-cita Papa, Noubliez pas! J'etaime, J'etaime Isabell, J'etaime Anna!"

"J'etaime Papa! J'etaime"

"J'etaime Charles! J'etaime Mama” dan aku lalu pergi berlari. Aku memimpin mengikuti arah bintang, semak-semak belukar yang melukai kakiku, tidak kuingat lagi. Pardoner Papa!

Aku tidak ingat lagi ketika tiba di tempat pemblokiran polisi bagaimana kami menjelaskan kejadiannya, lalu masuk ke hutan dengan polisi. Aku tidak ingat bagaimana para biadab itu terkepung. Aku bermimpi, di suatu tempat, putih, dan halus. Papa!

"Wonderful ma pouppete. Kau berhasil. Sekarang jaga mamamu. Papa akan ke tempat yang akan berkumpul bersama lagi. N'oubliez pas! God is with whom is patient! Wujudkan cita-cita Papa. Goodbye ma pouppete!” Lalu sosok Papa menghilang, pandanganku berputar, lalu aku terbangun. Wajah yang saat itu aku lihat, Mama!

"Oh, Anna. Anna, be patient. Papa is gone. He's with Lord Now." Mama lalu memelukku erat.

"Kami berterima kasih," tiba-tiba seorang berkulit hitam berbicara. Wajahnya sedih sekali, "Papamu telah menyelamatkan hidupku. Dia melindungiku dari tembakan biadab-biadab itu. Papamu tidak menderita, dia pergi dengan senyum di wajahnya. Dia teus mengucap 'Allah... Allah', dan dia sempat meninggalkan pesan untukmu, Anna, ma pouppete, jaga mamamu.

Ingat cita-cita Papa. Preir to Dioer, J'etaime..."

Aku menangis, Mama juga. Papa kini telah pergi, tapi ke tempat yang lebih baik. Sampai aku juga kesana. Wait for me, Papa. I'll make your dreams come true. J'etamine..

***

Papa mendapat gelar kehormatan dari pemerintah AS. Hidup Mama dan aku mendapat tunjangan, dan aku mendapat beasiswa. Aku melanjutkan ke sekolah militer. Mama, dengan tabah, membangun kembali dirinya. Beliau mengajar sastra Perancis di universitas-universitas

Portland dan Seattle. Mama juga aktif mendakwahkan Islam di berbagai tempat. Perlahan kami membangun kembali keluarga kami, grandma bahkan memaafkan mama dan memutuskan untuk pindah ke Amerika untuk membantu Mama. Namun dengan hakus Mama menolak. Katanya, "I can raise my own child, trust me momm."

***

Mesin pesawat berbunyi halus. Sayap F-16 yang kokoh ini membawaku terbang ke angkasa. Hari ini, Anna Marie Fatimah Jacquet, penerbang Muslimat pertama, mewujudkan cita-cita Papa. Terus membumbung tinggi ke langit yang dicintai Papa. A'toute a I'houre Papa. Sampai kita bertemu kembali....( Nur)

Keterangan:

N'oubliez pas: jangan lupa
Soyez tranguille: jangan khawatir
Allez vouz-en: larilah
A'toute I'heure: selamat tinggal
J'etaime aku mencintaimu
Chest la vie: inilah hidup
Aller puor tranguille: pergilah ke kamar
Harlem: tempat perkampungan orang-orang negro

Penulis :Ulfah Mardhiah Siregar Annida No.21/XI

Demikianlah catatan santai kali ini, dan inilah hadiah saya kepada pelayar-pelayar weblog ini.. Semoga Allah menunjukkan jalan yang benar dan mendapat hidayah kepada manusia seluruhnya. Wallahu 'aklam. Insya Allah bertemu lagi akan datang…

Catatan santai: ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Oktober 26, 08. KL.

Saturday, October 25, 2008

Tutup Premis Judi Di Negeri Pakatan Rakyat Segera –Dr Haji Mohamad Hasyim.


BY ASYOK KUMAR

AMPANG Oktober 08 – Premis-premis judi perlu ditutup sama sekali dengan segera di negara ini, negara yang mengaku agama rasminya adalah agama Islam. Kalau PAS dan ANGKATAN yang mengambil-alih Kelantan dari BN 1990 dulu sanggup berhempas pulas bersungguh-sungguh melaksanakan kawalan tersebut, mengapa kerajaan-kerajaan Pakatan Rakyat (PR) sekarang masih mendiamkan diri membisu seribu bahasa sehingga sekarang?

Demikian kenyataan yang dibuat oleh Dr Haji Muhammad Hasyim selaku Presiden Grup Universiti Ulu Klang di suatu majlis perjumpaan Hari Raya yang diadakan di sebuah restoran di sini baru-baru ini.

Menurut beliau lagi, sehingga Dewan Ulama PAS terpaksa menegur negeri-negeri PR yang meluluskan lesen-lesen berkaitan dengan sumber kewangan haram seperti judi dan arak (Lihat Harakahdaily 28 Ogos 08). Bahkan difahamkan, Dewan Ulamak akan terus memberi nasihat dan pandangan kepada semua kerajaan di bawah PR dalam isu tersebut. Mereka akan tetap mempertahankan sumber-sumber yang halal sebagai peneraju utama dalam menjalankan urus tadbir negeri-negeri ini seperti yang pernah dinyatakan Ketuanya, Dato' Haji Muhammed Daud Iraqi, kira-kira 2 bulan lalu, ternyata sehingga sekarang masih belum apa-apa lagi.

Menyentuh tentang situasi berbeza di antara negeri-negeri PR terutamanya terhadap kaum-kaum lain, Dr Haji Mohamad juga menyedari suasana ini, namun beliau tetap berharap kerajaan mengkaji semula lesen-lesen yang diberikan itu. Contohnya di Kelantan, lesen judi tidak dibenarkan terus kerana ia juga memberi mudarat kepada kaum-kaum lain, dan tidak mendapat sebarang tentangan pun hingga kini…terus berjalan dengan baik. Hanya lesen jualan arak sahaja dikeluarkan, itu pun untuk kaum bukan Islam sahaja. Kata beiau lagi.

“Pihak kerajaan PR perlu membuat satu garis panduan tentang kawasan dan jenis-jenis perniagaan berkaitan premis arak, iaitu hanya menghadkan di kawasan-kawasan yang penduduknya terdiri dari kaum-kaum lain.. dan pihak penguatkuasa juga perlu menjalankan tugas dengan sebaik mungkin dalam memantau umat Islam supaya tidak terlibat dengan minuman keras dan pelbagai jenis perjudian. Begitulah tolerensinya agama Islam!” Jelas beliau lagi.

“Tetapi sehingga kini kita belum dengar apa-apa tindakan berkesan yang diambil!” Sindirnya lagi.

Thursday, October 23, 2008

MB Kelantan: Projek Ku Li Ganti Nik Aziz?



Ibnu Hasyim
CATATAN SANTAI

“ADA golongan-golongan tertentu cuba mempengaruhi Ku Li (Tengku Razaleith Hamzah) supaya menyertai Pakatan Rakyat di Kelantan. Sultan Kelantan akan merestui beliau sebagai MB Kelantan, selepas Nik Aziz..” Kata seorang rakan ahli Grup Universiti Ulu Klang dalam suatu suatu perjumpaan Hari Raya di sebuah restoran di Jalan Ampang baru-baru ini.

“Ya juga! Kalau di Perak Sultan boleh lantik seseorang yang bukan mewakili parti yang majority jadi MB takkan di Kelantan tak boleh?” Jawab seorang lagi. “Untuk jadi ahli DUN Kelantan tiada masalah. Kerana kubunya masih teguh di Gua Musang. Apa lagi kalau beliau menyertai PKR, sekarang ni pun dengarnya beliau sedang main-main mata dengan pemimpin PKR.. Cuma nak tunggu beliau tak dapat tempat dalam UMNO saja!”

Seorang yang lain pula menambah, “Ada 3 sebab mengapa beliau boleh dianggap layak jadi MB Kelantan…

Pertama, kerana beliau masih dihargai dan dihormati oleh Kesultanan Kelantan, sedangkan hubungan Sultan dengan pimpinan PAS Kelantan dikatakan kini sudah mulai ‘retak menunggu belah’.

Kedua, kerana ada hubungan kekeluargaan dengan Kesultanan Kelantan, yang tidak mungkin akan putus.

Ketiga, ada harapan untuk membawa masuk pelabur ke Kelantan seperti dari negara Brunei yang ada hubungan rapat dengan beliau (Ku Li).”

Apakah ianya suatu projek untuk menumbangkan kekuasaan PAS Kelantan dengan menggunakan Sultan? Wallahu ‘aklam.

Demikian catatan santai untuk kali ini.

Catatan santai:
ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Oktober23, 08. KL.

Sebat Di Aceh.. Serumah Bersama Janda



Ibnu Hasyim CATATAN SANTAI

LIHAT berita ini… Khamis, 23 Oktober 2008 | 06:53 ‘Serumah Bersama Janda, Anggota Dewan Kepergok Selingkuh. Diduga Kumpul Kebo, Ngakunya Sudah Menikah Siri’

KUALA SIMPANG–Lagi-lagi hasrat seksual anggota dewan terungkap ke permukaan. Kali ini seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh Tamiang, tertangkap basah serumah bersama janda. Diduga terjadi praktek kumpul kebo dan perzinahan, rumah tersebut lalu dikepung warga. Beruntung, anggota dewan berhasil kabur dari lokasi. Warga Desa Gedung Biara Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang mendadak gempar. 

Pasalnya salah seorang anggota Dewan Aceh Tamiang berinisial MW alias BY digerebek massa ketika berada di rumah IN, warga dusun Pandai besi, Desa Gedung Biara, Kecamatan Seruway pada Selasa (21/10) malam sekitar pukul 22.00 Wib. Menurut informasi yang diperoleh Metro Aceh menyebutkan kejadian yang menghebohkan itu berawal dari kecurigaan warga adanya seorang pria tak dikenal masuk ke rumah sang janda melalui pintu belakang sekira pukul 21.00 Wib.

Mengetahui ada yang tidak beres, massa lalu berkumpul dan hendak menggerebek secara langsung. Sayangnya niat itu dicegah Airifin selaku Ketua PAC PPP Kecamatan Seruway. “Sebaiknya hal ini kita laporkan saja kepada pihak yang berkompeten atau Datok atau perangkat dan imam desa setempat,” saran Arifin. Mendengar hal itu, warga lalu menghubungi Kadus Pandai Besi, Hasan Basri, Datok Penghulu, Abu Samah dan Imam desa setempat, Mukhtaruddin. Secara bersama-sama mereka lalu berangkat menuju rumah IN.

Di lokasi, lanjut Arifin, Kadus Pandai Besi Hasan Basri, bersama abang kandung IN yakni Baharuddin langsung menggedor pintu. Saat dibuka ternyata MW ditemukan berada di dalam kamar IN, hanya mengenakan kain sarung. Dalam introgasi Datuk Penghulu dan perangkat desanya, IN mengaku sudah menikahi di bawah tangan dengan MW tiga bulan yang lalu di Masjid Cunda, Aceh Utara. Dia dinikahkan oleh abangnya Syahrul. Anehnya abangnya yang paling tua Baharuddin dan warga setempat tidak ada yang tau kalau mereka telah menikah.

“Tidak lama kemudian, secara tiba-tiba MW menghilang dan diduga keluar dari pintu belakang. Pelaku mesum ini ketakutan menjadi korban amuk massa yang sudah merasa geram atas perbuatannya tersebut,” tambah Arifin. 

Warga mencurigai MW berselingkuh dengan IN karena diketahui wanita tersebut masih berstatus isteri orang yang telah lama pisah ranjang kerena cek-cok dalam rumah tangganya. 

"Kalau mereka sudah nikah kok masuk dari pintu belakang," cetus Arifin.

Datok Penghulu Desa Gedung Biara, Abu Samah ketika dikonfirmasi Koran ini kemarin membenarkan terjadi hal itu. Menurutnya karena pengakuan IN mereka sudah menikah maka hal itu tidak begitu dipersoalkan, walaupun IN tidak dapat menunjukkan Surat Nikah dengan MW dan Surat Cerai dengan suaminya yang terdahulu, Sof. Informasi terakhir yang diperoleh Koran ini, IN yang sudah punya beberapa orang anak dikabarkan malam itu juga kabur dari rumahnya dan tidak tau rimbanya.(urd)

Gambar di atas adalah dari ‘Berita Foto’yang tidak ada kena dengan berita tadi. Berita pada 13/01/2007 bertajuk ‘Mesum Dicambuk’, ertinya pelaku maksiat disebat. Berita dari Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh, pada Jumaat12/1/2007, melaksanakan hukuman cambuk (sebat) kepada pelaku khalwat yang berlangsung di halaman Masjid Kampung Mulia, Banda Aceh----foto: Fauzul. Lihat juga www. rakyataceh.com. 

Catatan kali ini adalah sebagai menjelaskan suasana sebenar sosio budaya masyarakat Negeri Aceh.
Mengapa bila kerajaan Kelantan hendak laksanakan hudud beberapa tahun lepas begitu mendapat tentangan dari kerajaan-kerajaan yang mengaku Islam, bahkan isunya dimainkan hingga ke peringkat antarabangsa? Tidak seperti dalam kes undang-undang Syariat Islam di Aceh ini? 

Wallahu aklam.

ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Oktober23, 08. KL.

Lihat..
E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'

E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'

Kini Saya Di Tiro.. Gimana Damainya?


Sebelum damai, perjuangan rakyat Aceh disokong di luar negara.

IBNU HASYIM Catatan Perjalanan
Dr. Tengku Hasan
KINI saya di Tiro... Tiro adalah sebuah pekan kecil daerah perkampungan kelahiran Dr. Tengku Hasan di Kabupaten Pidie, Aceh. Tengku Hasan lahir di sini, di Tanjong Bungong, Lameulo, sekitar 20 km dari Sigli, Pidie, pada 25 September 1925. Beliau adalah keturunan ketiga Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro

Hasan merupakan anak kedua pasangan Tengku Pocut Fatimah dan Tengku Muhammad Hasan. Tengku Pocut inilah cucu perempuan Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro yang juga seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Hasan kini diagungkan sebagai pejuang bergelar Dr Tengku Hasan Di Tiro. 

“Aku masih ingat, bagaimana pekan ini menjadi lautan api dibakar oleh Tentera Nasional Indonesia. Kira-kira 80 buah rumah kedai di kiri kanan jalan itu hangus dijilat api..” Jarinya menunjuk ke arah deretan rumah yang sudah dibina ganti, dan sebahagiannya tapaknya masih kosong belum dibina lagi, walaupun perkara itu berlaku kira-kira puluhan tahun sebelum tsunami 2004. 

“Mereka tidak dapat menghabisi pejuang-pejuang GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan menangkap Tengku Hasan semasa bertempur di sana, lalu mereka mengganas membakar deretan kedai itu dan beberapa lagi rumah-rumah orang kampung.” Sambung seorang tua yang saya temui di pekan itu dengan nada sedih dan cukup kesal.

Tengku Hasan mengasaskan ide Negara Aceh Sumatra Merdeka pada Januari 1965 dan memproklamator kemerdekaan Aceh pada 4 Desember 1976. Dia terus ikut keluar-masuk hutan bersama pasukannya untuk memisahkan diri dari Indonesia. Perjuangannya itu berlangsung selama 3 tahun, di bumi Aceh. Dikatakan kerana serangan tentara Indonesia terlalu kuat, maka beliau mengatur strategi dari luar dan mengungsi ke berbagai negara, di mana akhirnya menetap di Stockholm, ibu kota Sweden hingga sekarang.

Perlawanan di Aceh tetap berlanjutan. Setelah jatuhnya pemerintahan Soeharto, isu ‘Aceh merdeka’ kembali menjadi sorotan dunia. Organisasinya (GAM) muncul ke pentas internasional. Hasan Di Tiro pernah menandatangani deklarasi berdirinya Negara Aceh Sumatera, pada akhir 2002. Beliau jugalah menandatangani surat GAM yang dikirim kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Setiausaha Agung Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu) Kofi Annan pada 25 Januari 1999. Dalam berbagai perundingan damai antara RI dan GAM, restu Hasan Di Tiro selalu ditunggu-tunggu. 

“Kami akui dan iktiraf Tengku Hasan bukan hanya kerana perjuangannya, bahkan kerana dalam tubuhnya mengalir darah pejuang Aceh tulin. Kini, kami akui beliau mewakili kami menjadi Komisi Peralihan Aceh (KPA).” 

Seorang lagi temannya menambah. “Al-hamdulillah, Tuhan anugerahkan tsunami, sehingga lahirnya Perjanjian Helsinki yang membawa fajar damai hingga hari ini…. Namun fajar damai itu akan lebih terserlah selepas berlakunya Pemilu Indonesia 2009 tahun depan…”
Gambar-gambar kezaliman RI sebelum perjanjiaan damai..

Setakat September07, 2008, 18 partai politik (parpol) dinyatakan KPU (Suruhanjaya Pilihanraya kalau di Malaysia) lulus dalam verifikasi faktual dan berhak menjadi peserta Pemilu 2009 mendatang. Sebahagian besar adalah partai baru. 18 parpol tersebut akan bersanding atau bertanding dengan 16 parpol lain peserta Pemilu 2004. Hal ini berdasarkan pasal 315 dan 316 UU No 10 tahun 2008 ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2009. 

Selain partai nasional, ditetapkan pula 6 partai lokal khusus di NAD (Negeri Aceh Darus Salam) yang turut bertarung dalam Pemilu mendatang. Lengkapnya, inilah daftar parpol yang akan menjadi peserta Pemilu 2009.  

Partai Nasional terdiri dari 34 buah partai. Iaitu, Partai Barisan Nasional, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hanura, Partai Indonesia Sejahtera, Partai Karya Perjuangan, Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Kedaulatan, Partai Matahari Bangsa, Partai Nasional Benteng Kerakyatan, Partai Patriot, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Pemuda Indonesia, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Persatuan Daerah, Partai Republik Nusantara, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai Demokrat, Partai Golongan Karya (Partai Golkar), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme, Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Partai Lokal di Aceh pula terdiri dari 6 partai. Iaitu, Partai Aceh (PA), Partai Aceh Aman Sejahtera, Partai Bersatu Aceh, Partai Daulat Aceh, Partai Rakyat Aceh dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh.

Hal ini bertepatan pula dengan perbincangan dan majlis dialog saya dengan pemimpin Partai Aceh (PA) atau bekas pemimpin-pemimpin GAM tadi malam di Sigli.

“Gimana pendapat Tengku mengenai perjuangan kami di sini?” Mereka tanya saya. Mereka bahasakan saya dengan katanama ‘Tengku’ adalah sebagai penghormatan dalam bahasa Aceh menggantikan ‘Bapak’ atau ‘Wak’ yang agak ke’Jakata’an atau ke’Jawa’an itu.

Saya jawab, antaranya…

Saya kagum dengan ketahanan perjuangan tuan-tuan puluhan tahun melawan pemerintah RI, ribuan jiwa terkorban. Tetapi kini corak perjuangan sudah berubah. Dari bertempur guna ledakan senjata M16, kepada guna pena melalui peti undi. Gimana strateginya? Banyak jumlah undi, itulah yang menang.

1…Kita kena kuasai medan pertarungan kita. Umpamanya kita hendak bertarung merebut kerusi Dewan Perwakilan di lokasi Sigli ini… Apakah kita sudah ada data-data penuh pengundi yang menjadi sasaran tarikan untuk menyokong kita? Contohnya, apakah mereka itu..
…(a) ahli kita (yang 100% menyokong kita dan bagaimana melayani mereka supaya tidak terlepas dari mengundi kita.)
…(b) penyokong kita, (yang masih bisa ditarik keluar untuk menyokong partai lain)
…(c) tengah-tengah (sentiasa berubah-rubah ikut arah angin politik masa itu.. 50-50.).
…(d) penyokong parti lawan (bagaimana mendekati mereka?)
…(e) ahli parti lawan (yang mungkin buang masa melayani mereka masa itu).

2…Bila sudah ada data-data begitu, baru kita dapat anggarkan berapa undi yang akan diperolehi sebelum Pemilu berlalu. Baru kita tahu kekuatan kita sebelum bertarung. Kalau masih belum cukup, bagaimana untuk mencukupinya? Di situlah perlunya kempen daftar pengundi baru, pindah pengundi, politik ziarah, awasi penipuan dalam proses pengundian, yang perlu dipelajari bersungguh-sungguh. Apalagi bila PA baru kali pertama berpengalaman dalam Pemilu 2009 akan datang berbanding dengan partai lain yang sudah berpengalaman sejak merdeka.

3…Perlukan perancangan projek yang membantu rakyat miskin dalam mengisi agenda ‘damai’ impian dan harapan rakyat selama ini. Kalau menang, ini yang PA akan buat! Projek jangka pendek atau jangka panjang. Contohnya, kalau di Malaysia FELDA, MARA, FAMA, Tabung Haji, Zakat dan lain-lain. PAS di Malaysia dengan konsep negara Islam dan negara kebajikannya. Bahkan Pemilu Ke 12 Malaysia baru lalu (Mac 2008) Pakatan Rakyat (PR) sebagai partai lawan berjaya merentap 5 negeri ke tangan pembangkang dari kompenan partai pemerintah.

Antara isu besarnya ialah janji menurunkan harga minyak, dan bagaimana caranya, yang boleh diterima dan diyakini oleh rakyat. Kalau di Aceh, mungkin pengisian masalah kemiskinan, pengangguran dan lain-lain, bagaimana menyelesainya? Bagaimana mengagihkan 70% hasil minyak negara (seperti dalam perjanjian damai Helsinki) supaya sampai kepada rakyat secara telus, bukan macam pembahagian wang mangsa tsunami yang ketelusannya masih dipertikaikan. Institusi zakat perlu dimanfaatkan, supaya 8 golongan yang wajib menerima zakat beroleh nikmat dari keindahan agamanya.

4…Konsep kerjasama pembangkang-pembangkang perlu diambil perhatian, supaya rakyat Aceh tahu siapa sebenarnya lawan mereka.”

Itulah huraian spontan saya seccara ringkas tadi malam. Perang dalam damai, keringat dingin sehingga dalam air lagi berpeluh!

Kini, kedinginan angin sungai yang pinggirnya tertegak pekan Tiro itu, terus merempuh melintasi sebuah padang, menyapu-nyapu dan merabai muka kami.. Kami yang sedang minum kopi Aceh di sebuah warung, antara ramai-ramai sedang menunggu dan ingin menemui bekas pemimpin puluhan tahun dalam buangan anak kampung itu.. Sama-sama tidak sabar dan sangat merinduinya.. Tengku Hasan Di Tiro.

Demikian catatan perjalanan di Aceh untuk kali ini. Allahu akbar. Wallahu aklam.

Catatan Perjalanan ke Indonesia:
ibnuhasyim.com

(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)

Oktober17, 08
Tiro, Pidie..

Lihat..
E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'

E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'

Tuesday, October 21, 2008

Shamsiah Fakeh Seorang Komunis?


Ibnu Hasyim
CATATAN SANTAI:

“BENARKAH Shamsiah Fakeh seorang komunis?” Seseorang bertanya saya melalui e-mail semalam.

Shamsiah Fakeh atau di sebut juga sebagai ‘Ratu Rimba Malaya’ meninggal dunia pada 20 Oktober 2008 ini, dalam usia 84 tahun. Sejarahnya, Shamsiah adalah anak kelahiran Kuala Pilah dan belajar di High Islamic School Kuala Pilah. Sekolah ini bukan sekolah British atau sekolah pondok tetapi sistem madrasah yang didirikan oleh golongan pencinta Al-Quran dan Sunnah. Sekolah itu hari ini telah menjadi Maahad Ittiba As Sunnah (MIS) di Kuala Pilah. Antara sumber utama jejak pejuang ini ialah Ustaz Hashim Abd Ghani, pemimpin keluarga Sunnah di Kuala Pilah tersebut.

Mengikut Ustaz Hashim, beliau pernah mengikut Shamsiah berpindah ke Bagan Serai (1946) dalam usaha Shamsiah mengobarkan semangat melawan penjajah. Shamsiah pernah sertai Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM) sewaktu di Kelang. Beliau juga adalah bekas Ketua Angkatan Wanita Sedar (AWAS), iaitu sebuah organisasasi kiri wanita, gabungan PKMM (1946-1948), yang berperanan menuntut kemerdekaan atau membebaskan negara ini daripada cengkaman penjajah.

Dikatakan juga Shamsiah adalah anggota Rejimen ke-10 Partai Komunis Malaya (PKM). Shamsiah pernah menjadi wakil PKM di Cina, di Indonesia dan di Vietnam, selepas menyertai perjuangan bersenjata di Pahang dan di Selatan Thailand selama kira-kira 8 tahun, dari 1948-1956, tetapi, dia tidak pernah menduduki sebarang jawatan tinggi dalam struktur kepimpinan PKM. Oleh itu, ada yang bertanya, apakah kriteria yang digunakan untuk melebel Shamsiah sebagai seorang bekas komunis atau pemimpin komunis?

Kerana ada yang menganggap seorang pemimpin komunis ialah seorang yang menduduki jawatan tertinggi dalam sktruktur kempimpinan parti komunis… Dan antara orang Melayu yang pernah menjadi pemimpin Parti Komunis Malaya (PKM) ialah Musa Ahmad (bekas pengerusi), Abdullah C.D. (pengerusi selepas Musa Ahmad hingga PKM memberhentikan perjuangannya pada tahun 1989), atau Rashid Maidin, Abu Samah Mohd.Kassim serta Ibrahim Chik yang pernah menjadi Ahli Jawatankuasa Pusat PKM.

Apakah mereka adalah komunis, sedangkan komunis menolak adanya Allah SWT, hari akhirat dan agama?

Pada saya, sama saja, samada komunis, sosialis, kapitalis, nasionalis atau apa-apa ..lis sekalipun, jika seluruh kehidupan mereka, negara mereka, politik, ekonomi, social, masyarakat, individu dan apa-apa lainnya tidak berasaskan hari akhirat atau agama, semuanya tertolak, yakni tidak termasuk dalam perintah Al-Quran supaya memasuki atau melaksanakan Islam secara keseluruhannya.

Teringat saya ceramah bekas Presiden PAS Allahyarham Ustaz Fadzil Mohd Nor, di mana beza politik Islam dengan politik bukan Islam amat jauh. Matlamatnya tidak sama, politik Islam menuju ke akhirat, sedangkan politik bukan Islam hanya berkisar di dunia semata-mata. Mengenai komunis dan sosialis katanya, ‘komunis berdayung disebelah kiri, dan kapitalis berdayung di sebelah kanan, tetapi menuju pulau yang sama..’.

Mari sama-sama hadiahkan Al-Fatihah.. Demikianlah catatan santai kali ini. Insya Allah bertemu lagi akan datang…

Catatan santai:
ibnuhasyim.com
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Oktober20, 08. KL.

Monday, October 20, 2008

Berpacaran Di Banda Aceh…


Hukum sebat di Aceh.
Ibnu Hasyim CATATAN PERJALANAN

MALAM itu saya sempat melawat ke suatu kawasan rumah-rumah kediaman mangsa-mangsa tsunami. Kampung itu menjadi contoh terbaik di kalangan banyak kawasan mangsa tsunami. Sempat saya bertemu seorang lelaki perpengaruh dan banyak pengalaman, yang mengetuai di kalangan mereka..

“Hanya tinggal saya dan isteri saya. Anak-anak saya semua telah meninggal dunia diragut tsunami. Selepas tsumani saya jual banyak tanah-tanah saya, saya wakafkan masjid di sini dan akan wakafkan sebuah lagi..” Kata beliau yang sudah berusia 62 tahun. “Cuma saya risaukan masa depan Aceh.. Pemimpin-pemimpin dan generasi mudanya…”

“Kenapa?” Saya tanya.

“Masalah pemimpin-pemimpin… contohnya kurang yang berpendidikan agama, akibatnya tidak telus wang pembahagian tsunami. Remajanya, dulu lepas tsunami semuanya hampir berpakaian menutup aurat dan baik pergaulan. Kini sudah mulai berkurangan.. Bahkan di Banda Aceh inipun sudah ada tempat-tempat muda-mudi dibenarkan berpacaran. Berpasang-pasangan bukan muhrim di remang-remang kota, atau di atas kereta (Atas motosikal.. Motosikal disebut 'kereta' di Aceh).”
“Benarkah?” Saya tanya bagaikan terkejut…

Memang dikatakan sejak Mac 2001, telah dilaksanakan ‘hukum syariat Islam’ di Tanah Rencong ini. Sudah ada contoh kes yang berakhir dengan hukum ‘cambuk’ atau sebat kepada penjudi. Bahkan pernah suatu waktu diadakan konset hiburan di stadium, penonton dipisahkan antara lelaki dan perempuan. 

Bahkan seorang penulis bernama Dudi Gurnadi menggambarkan kesan syariat tersebut ke atas sosio budaya hingga selepas tsunami, dalam tulisannya pada Mac11, 2006, setelah sebulan penulisnya berada di Banda Aceh. Antaranya berbunyi…

1…Hampir sebagian besar wanita Aceh ketika di tempat umum ataupun berkendaraan selalu menggunakan jilbab atau minimal kerudung dan biasanya menggunakan baju lengan panjang. Hal ini berbeda dengan sebagian besar bule-bule (orang-orang barat) wanita NGO yang tidak berkerudung ataupun berjilbab walaupun berada di tempat umum. Biasanya, ketika sudah sampai tempat tujuan kerudung atau jilbab tersebut akan dilepas walaupun disitu ada pria yang bukan muhrimnya.

2…Jarang sekali saya melihat pria menggunakan celana pendek (celana hawaii) di tempat umum, mungkin di Jakarta jamak yah liat (lihat) pemandangan seperti ini. Bahkan saya tidak pernah liat yang bertelanjang dada. Ah ini sih kebangetan telanjang dada di tempat umum, cuma saya juga belum pernah liat ada petani yang bertelanjang dada lagi mencangkul, abis belum sempet jalan-jalan ke sawah sih.

3…Ketika berada di pantai Lhokga tidak ada satu pun bule wanita yang berani menggunakan bikini atau pakaian terbuka, namun beberapa pria entah lokal atau bule berani bertelanjang dada untuk menikmati berenang di pantai. Kekekeke, gak tau kalo ada Polisi Wilayatul Hisbah (kalau di Malaysia disebut pegawai pencegah maksiat) ditangkep gak tuh.

4…Sangat sulit untuk menemukan minuman beralkohol di Aceh walaupun kadar alkoholnya kecil. Jangan pernah berharap anda bisa mendapatkan Anker Bir atau Bir Bintang dengan mudah di Aceh. Ditempat-tempat tertentu anda bisa mendapatkannya seperti misalnya di Cafe Country Steak yang sebagian besar pengunjungnya adalah bule. Sayangnya yang boleh memesan bir hanya orang bule, orang lokal ataupun orang Indonesia jangan berharap bisa pesan bir tersebut.

5…Beberapa tempat rekreasi untuk umum seperti pantai Ujong Bate ditutup pintu masuknya (entah oleh siapa ditutupnya) bahkan dipalang dengan sebuah pagar kawat sehingga tidak ada orang yang dapat menikmati keindahan pantai tersebut. Mungkin pantai Ujong Bate ditutup karena sering dijadikan ajang berbuat mesum. Ini masih tebakan saya loh, sebab ada peringatan sejenis (papan tanda) di Pantai Lhoknga yang bunyinya kurang lebih adalah ‘Dilarang berbuat mesum di pantai ini’

Ketika saya mengunjungi Pantai Ujong Bate, ternyata tetap saja ada beberapa orang yang nekat menerobos pagar tersebut untuk menikmati keindahan sunset, termasuk saya dengan beberapa rekan, namun tidak untuk tujuan mesum dong ah, plis deh.”
Begitu, lebih kurang gambarannya…

Lelaki berpengalaman itu tadi terus bersuara seolah-olah mencabar saya, “Kalau encik tak percaya, malam ini juga encik boleh pergi lihat di Blang Padang, kawasan rumah kediaman pemimpin-pemimpin di Banda Aceh, tiada Polisi Wilayatul Hisbah (Pegawai Pencegah Maksiat) yang mengawalnya! Anak-anak muda bebas berpacaran di remang-remang celahan kelompok cahaya lampu jalanan, hatta hingga lewat jam 12 pun…”

Hal ini membuat saya berminat dan mengajak teman saya pergi meninjaunya dengan naik motosikal. Sesampai di sana, memang betul seperti dikatakan lelaki itu. Berpasang-pasang berdudukan di bangku-bangku yang disediakan oleh peniaga-peniaga kedai makan. Bersenda-gurau kecil. Tetapi tidaklah seteruk macam pasangan-pasangan di Malaysia. Kerana mereka masih memakai tudung, pakaian agak tidak menjolok, dan berkelakuan agak selaras dengan pemakaiannya.

Walaupun begitu, menurut lelaki berpengalaman itu tadi, padanya itulah muqaddimah kepada proses ke arah keruntuhan moral dan akhlak generasi Aceh selanjutnya. Ke arah men’Jakarta’kan dan menjajah budaya Aceh yang Islamik. Saya fikir-fikir betul juga pandangan beliau. Kerana kira-kira tahun 70an lalu semasa saya di Pulau Pinang, ramai anak-anak muda jadi rusak akhlaknya kerana gara-gara wujudnya pusat-pusat rekreasi seperti di Kebun Bunga, Tanjung Bunga, Padang Kota, Padang Broom (bercumbuan dalam kereta) dan banyak lagi. 

Di KL pun begitu masa itu, contohnya di Lake Gerden, Jalan Duta (maksiat dalam kereta), dan Beer Garden Ampang Park. Memang awalnya tidak ketara sangat, kerana ianya langkah membiasakan.. iaitu muqaddimah. Hingga kini tiada orang pedulikan tempat-tempat begitu lagi, kerana lebih banyak tempat-tempat lain yang lebih hebat sarang maksiatnya. Itulah dikatakan ‘muqaddimah’ atau pendahuluan tadi!

“Akhirnya saya mahu tanya, apa pandangan encik mengenai cara selesaikan masalah ini?” Beliau minta pandangan saya pula.

Pada saya kita kena kembali kepada perkara pokok. Iaitu kalimat agung manusia yang bernama Islam. Kalimat yang perlu dibeberkan tiap hari ‘La ilaha illAllah’, tiada tuhan lain melainkan Allah. Kalimat yang perlukan tuntutan pengorbanan. Perlu terpahat di dada perjuangan, 5 prinsipnya. Allah sebagai matlamat perjuangan. Rasul sebagai idola kepemimpinan. Al-Quran sebagai perlembagaan dan perundangan. Jihad sebagai jalannya… dan syahid menjadi idaman dan cita-cita.

Apabila diletakkan Al-Quran sebagai perlembagaan dalam hidup, dalam bernegara atau berpolitik, termasuk dalam parti, dalam masyarakat, keluarga juga individu, maka selamatlah kita di dunia dan di akhirat. Samada menang bertarung atau mati syahid, dua-duanya adalah kemenangan. Segala tindakan politik, ekonomi dan social, semuanya mesti dalam lingkungan konsep ‘La ialha illAllah’ tadi.

Apabila kita meletakkan ‘La ilaha illAllah’, atau Al-Qur’an, Al-Hadis, Ijmak Ulama dan Qias dalam perundangan dan perlembagaan negara, maka parti lokal Aceh kita, bukan lagi di berada di bawah tempurung lokal kedaerahan, bahkan melebar meluas ke peringkat nasional dan global..” Itu jawapan saya.

Beliau boleh mengangguk dan bersetuju nampaknya. Mukanya pun nampak berseri-seri. Demikian catatan perjalanan di Aceh untuk kali ini. Allahu akbar. La ilaha illAllah! Wallahu aklam.

Catatan Perjalanan ke Indonesia:
ibnuhasyim.com

(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)

Oktober18, 08
Banda Aceh.

Lihat..
E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'

E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails