Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan:
DARI Masjid Olele di Kuta Raja atau di Banda Aceh, ikut jalan terus menuju ke pelabuhan Pulau Sabang, kira-kira beberapa minit belum sampai ke situ dengan menaiki beca, disebelah kanan jalan, terdapat penempatan beberapa bot nelayan kecil di situ.
Saya berhenti bertanya untuk menyewa sebuah bot ke Pulau Beras atau Pulau Aceh, sebagai mana yang pernah saya ceritakan sebelum ini ‘Saturday, September 13, 2008
Misteri Pulau Puaka Di Aceh.’ ..mengenai tanaman ganja di sana.
“Sekarang sudah petang (lepas zohor), kalau pergi tak sempat balik dalam sehari. Kena nginap di sana. Tapi di sana kawasan kampungan, tiada hotel, cuma rumah orang kampung, ada sebuah masjid..” Jawab seorang nelayan yang tinggal di kampung itu.
“Ooo..” saya fikir-fikir. Agak lain sikit dari yang saya ceritakan dulu.
Isu Aceh sebagai pengeluar dadahganja terbesar di Asia Tenggara setelah Thailand, pernah dibahas dalam sidang ke 49 Komisi Narkoba PBB (UN Commission on Narcotic Drugs) pada 13-17 Mac 2006 di Wina Austria, seolah-olah Aceh menjadi trade mark ‘ladang ganja berkualitas nomor wahid’.
Berdasarakan tinjauan sejarah, tanaman ganja pertama kali ditemukan di daratan Cina pada tahun 2737 SM. Masyarakat Cina kuno telah mengenal dan memanfaatkan ganja dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman batu.
Masyarakat Cina menggunakan marijuana untuk bahan tenun pakaian, ubat-ubatan, dan terapi penyembuhan seperti penyakit reumatik, sakit perut, beri-beri hingga malaria. Cannabis atau ganja ini juga diolah untuk minyak lampu dan bahkan untuk upacara keagamaan seperti memuja dewa dan ritual kematian. Secara esensial ganja sendiri di sana dianggap tumbuhan liar biasa macam rumput yang tumbuh di mana-mana, kerana tanah yang memang cocok dan sesuai. Julukan popular lain ganja adalah marijuana, yang berasal dari bahasa Portugis iaitu mariguango yang berarti barang yang memabukkan dan untuk bahasa ilmiahnya disebut Cannabis.
Istilah ganja dipopulsrkan oleh kaum Rastafari, kaum penganut sekte Rasta di Jamaika yang berakar dari Yahudi dan Mesir. Menurut sejarahnya, ganja dibawa ke Aceh dari India pada akhir abad ke 19 ketika Belanda membuka perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo. Pihak penjajah itu memakai ganja sebagai ubat alami untuk menghindari serangan hama pohon kopi atau ulat pada tanaman tembakau. Walau Belanda yang membawanya ke dataran tinggi Aceh, namun menurut fakta yang ada, tanaman tersebut bukan berarti sepenuhnya berasal dari negaranya.
Bolehjadi tanaman ini dipungut dari daratan Asia lainya. Di kalangan anak muda nusantara, ganja lebih familiar disebut ‘bakong ijo’, ‘gelek’, ‘cimeng’ atau ‘rasta’. Sementara sebutan ‘keren’ lainya ialah ‘tampee’, ‘pot’, ‘weed’, ‘dope’. Setalah bertahun dan tumbuh menyebar hampir di seluruh Aceh, ganja mulai dikonsumsi, terutama dijadikan ‘rokok enak,’ yang lambatlaun mentradisi di Aceh. Bahkan kalau ada masakan, dianggap belum sempurna kalau bumbunya tidak dicampur dengan biji ganja. Tradisi ini memang sulit dihilangkan atau diberantas lagi di sana.
Pernah juga puluhan tahun dulu di kampung saya di Pulau Pinang, Malaysia, yang di sebut ‘nasi kandar’ itu, biasanya dimasukkan air pucuk ganja sebagai perencahnya. Nasinya sudah terasa sedap, belum lauk pauknya lagi. Pada mulanya daun dan biji ganja ini digunakan untuk bumbu atau perencah penyedap rasa. Masakan seperti kari kambing, rendang, mie Aceh dan sebagainya, juga dalam minmuan seperti kopi.
Terdapat beberapa warung kopi terkenal di Banda Aceh. Saya pernah berkunjung ke sana, sentiasa penuh,dan pengunjungnya sentiasa minum kopi sahaja. Ya, memang sedap. Kopi Aceh sudah terkenal enaknya tetapi akan lebih nikmat kalau dicampur dengan sedikit ganja... Saya tidak pasti apakah di warung-warung itu, begitu. Bahkan ada yang mencampurnya kedalam makanan seperti dodol dan sebagainya… dan dalam rokok juga.
Hampir tak ada orang Aceh yang tak pernah mencicipinya, ada yang menikmatinya via rokok ternikmat, bumbu dapur, dodol, campuran kopi, hingga diolah ke berbagai jenis makanan lainya, selebihnya dijual ke luar Aceh. Apalagi jika ada kenduri, wah, ini yang lebih dahsyat lagi!
Di Aceh, ganja juga digunakan sebagai tanaman pengusir hama di ladang atau kebun. Tanaman ini, dari akar, batang, daun hingga ranting merupakan bahan istimewa untuk pembuatan kertas dan kain. Selain itu bijinya digunakan sebagai bahan bakar minyak. Lebih dari itu, biji ganja bergizi, dengan protein berkualitas tinggi, lebih tinggi dari kedelai atau kacang. Serat tanaman ganja jenis hemp pernah dipakai untuk tali pengikat kapal perang Tentara Laut Amerika Syarikat dalam Perang Dunia II.
Sebuah data dari dunia maya menyatakan, serat ganja setelah diberi sentuhan teknologi, keunggulannya melebihi baja dan halus seratnya mampu mengalahkan serat kapas? Seiring perkembangan dunia industri, negara-negara maju, seperti Tasmania, salah satu negara yang tergolong paling besar memanfaatkan potensi ganja. Negara itu memanfaatkan ganja dengan menurunkan kadar THC (Tetrahydrocannabinol) untuk memproduk bahan tekstil, kertas, bahan pembuat makanan, tapak rem dan kopling hingga untuk tali.
Sementara di England terdapat pusat pengelolaan marijuana atau ganja. Lembaga itu meneliti tanaman ini secara medis dan farmasi. Hasilnya, tanaman yang daunnya berbentuk jari ini tetap diandalkan dan menjadi ubat ampuh. Seperti pasien lumpuh dapat disembuhkan dengan terapi mariyuana dan dapat berjalan kembali layaknya orang normal, dan mempunyai daya ingat yang tinggi.
Di Kanada pula, pihak pemerintah melegalkan ganja untuk farmasi. Dilaporkan telah banyak pasien yang terbantu, seperti mengurangi rasa mual pada penderita AIDS dan penyakit lainnya. Pemerintah Kanada mengizinkan pembelian ganja dengan resip doktor di apotek-apotek lokal. Satu ons dijual sekitar 113 US dollar dan ganja dikirim melalui kurir ke pasien atau dokter mereka.
Menurut para medis, komposisi kimia yang terkandung dalam ganja adalah Cannibanol, Cannabidinol atau THC yang terdiri dari Delta -9- THC dan Delta -8- THC. Delta -9- THC sendiri dapat mempengaruhi pola fikir otak manusia melalui penglihatan, pendengaran, dan suasana hati pemakainya. Sementara Delta -9- THC diyakini para ilmuwan medis mampu mengobati berbagai penyakit. Daun dan biji ganja membantu penyembuhan penyakit tumor dan kanker.
Akar dan batangnya boleh dibuat jamu yang mampu menyembuhkan penyakit kejang perut (kram), disentri, anthrax, asma, keracunan darah, batuk, diare, luka bakar, bronchitis.
Kalau begitu mengapa perusahaan ganja dilarang pemerintah?
Undang-undang No. 22 1997 di Indonesia, tentang narkotika mengklasifikasikan ganja; biji, buah, jerami, hasil olahan atau bahagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasil sebagai narkotika golongan I yang berarti satu kelas dengan opium dan kokain.
Pasal 82 ayat 1 butir a UU tersebut menyatakan bahawa mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama dua puluh tahun dan denda paling paling banyak satu milyar rupiah.
Seorang rakyat Aceh yang saya temui berkata, “Di Aceh, dulu dijual bebas di pasar, digantung-gantung di kios, di gerobak-gerobak penjaja sayur. Ganja mulai dilarang ketika Hoegeng menjadi kepala pemerintahan Kolonial Belanda untuk wilayah nusantara. Ia ingin tahu penyebab pemuda Aceh bermalas-malasan yang dinilai merugikan ekonomi Kerajaan Belanda. Lalu dia menyamar, pergi ke kampung-kampung dan ketemulah jawaban bodohnya, karena ganja!”
Di luar Indonesia, ganja dibahagiakn dua jenis, iaitu ganja untuk kepentingan industri atau medis iaitu ganja jenis Hemp, dan ganja terlarang sering disebut Cannabis. Yang terlarang adalah kerana zat THC di dalamnya boleh mengakibatkan pengguna jadi mabuk jika disalahgunakan mengikut kadarnya. Dengan program Alternatif Development (AD) yang dicanangkan pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional (BNN), semoga 15 tahun mendatang, Aceh bebas dari efek negatif ganja dan dapat memanfaatkan potensi eksport ganja demi kepentingan industri tanpa disalahgunakan.
Dikatakan, kalau polis betul-betul bertindak dalam sebulan shaaja dapat menemukan hingga ratusan hektar ganja di seluruh wilayah Aceh. Dari sekian banyak wilayah yang tanam ganja, Bireuen adalah ladang ganja terluas setelah Aceh Besar, iaitu, kira-kira 44 tempat yang tersebar di enam kawasan dalam lima Kecamatan. Satu kali operasi saja, polis bisa menemukan 20 sampai 90 hektar ladang. Kiralah jika satu hektar menghasilkan 100 kilogram ganja?
Dikatakan juga, hasil ganja Aceh hampir mengimbangi sepertiga dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh. Bagaiman kalau dieksport secara sah mengikut undang-undang?
Seorang ustaz membaca firman Allah SWT dalam Surah Al-Maidah ayat 90..
- “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi, berhala, undi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar anda dapat untung.”
Katanya, “Menjauhi perkara tersebut beroleh untung, mengapa perlu pemerintah bergelumang dengan benda-benda haram itu, demi keuntungan dunia yang sedikit?”
“Arak sebelum diproses jadi mabuk, asalnya dari buah-buahan yang halal. Apakah berdagang anggor bahan pembuat arak itu haram?” Kata seorang ahli ekonomi. “Sama dengan dadah, yang dilarang ialah ‘salahguna’. Banyak jenis dadah, tidak dipanggil dadah, tetapi kerana tidak disalahguna, yakni diambil manfaatnya, dalam ilmu kedoktoran.”
Teringat saya kepada kerajaan Malaysia, yang dilebelkan negara Islam contoh kononnya, telah meluluskan lesen kepada syarikat-syarikat arak dan judi ini... Antaranya menyebutkan… Nama Syarikat & Jenis Perniagaan:
- Genting Bhd : Kasino.
- Resort World: Hiburan dan Judi.
- Magnum Corp. : Loteri.
- Metroplex Bhd : Subic Bay Casino judi atas kapal.
- Laisure man : Nombor ekor.
- Lumba Kuda : Nombor ramalan.
- Berjaya Sport Toto : Empat nombor ekor.
- Guiness Anchor Bhd : Minuman keras.
- Tanjong Public Limited Co : Nombor ramalan.
- Carlsberg Brewery Bhd : Arak.
Sedangkan kajian badan bebas Amerika Syarikat, National Gambleng Impact Study Commision mengenai kesan negatif industri perjudian merumuskan:
- Ada kaitan antara judi dengan penagihan dadah.
- Pertambahan penceraian, 5 kali ganda dari biasa.
- Pertambahan potensi dalam kes-kes jenayah.
- Pertambahan hutang peribadi yang besar.
- Merosakkan hubungan antara kawan dan keluarga.
- Pertambahan kes bunuh diri.
Juga hasil pendapatan kerajaan dari beberapa industri arak dan judi adalah melalui cara berikut:
- Cukai korporat sebanyak 28%.
- Cukai perkhidmatan sebanyak 5%.
- Perlesenan.
- Melalui syer.
Kementerian Kewangan Malaysia memaklumkan pada 2005, di mana kerajaan memungut RM924 juta hasil dalam bentuk cukai dan duti dari syarikat judi. Manakala jumlah wang yang dibayar firma judi kepada mereka yang menang bertaruh adalah RM4.8 bilion.
Menurut kenyataan Mufti Perak Dato’ Harussani Zakaria beberapa tahun lalu, mendedahkan di mana orang Melayu membelanjakan RM 4 bilion setahun untuk minum arak dan berjudi. Sejumlah 75% yang tikam ekor adalah orang Melayu. Kerajaan menolong rakyat apa macam ni? Bukan menolong, tapi menggulung! Lebih malu lagi kalau nak sebut Malaysia negara Islam!!
Akhirnya saya belum lagi berziarah ke Pulau Beras atau Pulau Aceh itu…
Lihat..
E-Buku IH-15: Aceh, Sebelum & Selepas Hasan Tiro'