Ilustrasi. (inet)
الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر
الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر
الله أكبر.. كبيراً، والحمد لله كثيراً، وسبحان الله بكرة وأصيلاً.
ٱلْحَمْدُ للَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوٰتِ وَٱلأرْضِ
جَاعِلِ ٱلْمَلَـٰئِكَةِ رُسُلاً أُوْلِى أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلَـٰثَ
وَرُبَـٰعَ يَزِيدُ فِى ٱلْخَلْقِ مَا يَشَاء إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلّ
شَىْء قَدِيرٌ
الحمد لله الذي كان بعباده خبيراً بصيراً، وتبارك الذي جعل في السماء
بروجاً وجعل فيها سراجاً وقمراً منيراً، وهو الذي جعل الليل والنهار خلفة
لمن أراد أن يذكّر أو أراد شكوراً.
وتبارك الذي نزّل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيراً، الذي له ملك
السموات والأرض ولم يتخذ ولداً، ولم يكن له شريك في الملك، وخلق كل شيء
فقدّره تقديراً.
الحمد لله خيراً مما نقول، وفوق ما نقول، ومثل ما نقول.
لك الحمد بالإيمان، ولك الحمد بالإسلام، ولك الحمد بالقرآن، عز جاهك، وجل ثناؤك، وتقدست أسماؤك، لا إله إلا أنت.
اللهم صل وسلم على من جعلته خاتم الأنبياء، وخير
الأولياء وأبر الأصفياء، ومن تركنا على المحجة البيضاء، لا يزيغ عنها إلا
أهل الأهواء، وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Pada hari
ini jutaan
manusia menggemakan takbir, mengagungkan kebesaran Allah, Tuhan alam
semesta. Seiring dengan tasbih dan tahmid oleh milyaran makhluk lain di
jagad raya. Semuanya tunduk patuh kepada kehendak-Nya. Semuanya kecil
dan lemah di hadapan kebesaran-Nya. Semuanya tak berdaya dan lunglai di
hadapan daya dan kekuatan-Nya. Dan semua tak bernilai tanpa mengindahkan
aturan-Nya. Bersamaan dengan itu
pula,
jutaan jamaah haji usai menjalani wuquf di Arafah dan mabit di
Muzdalifah untuk selanjutnya melakukan lempar Jamarat. Semoga Allah
memudahkan mereka dan menerima ibadah mereka serta menjadikan haji
mereka sebagai haji yang mabrur.
Sebentar lagi
kaum Muslimin
gegap gempita mengagungkan syiar-syiar Allah dengan menyembelih hewan
kurban, sebagai bentuk ibadah dan taqarrub kepada Allah. Bukannya darah
atau dagingnya yang sampai kepada Allah, akan tetapi ketakwaan yang
mengiringi ritual kurban itu yang sampai kepada-Nya.
مَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكَهُ، وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِيْنَ
- “Barangsiapa menyembelih (hewan kurban) setelah shalat ia telah
menyempurnakan ibadahnya dan menyelarasi sunnahnya kaum Muslimin.” (Bukhari Muslim)
Terdapat pula jutaan kaum Muslimin di beberapa negara yang merayakan
Idul Adha kali ini beriring perih dan luka. Bahkan, mestinya mereka
menyembelih kurban namun menjadi kurban kebiadaban anak negerinya
sendiri. Mereka dibunuh dan dibantai. Di Suriah dan Mesir, dan di
beberapa negeri muslim lain. Kita doakan agar Allah menolong mereka yang
terzhalimi dan memberi kebebasan kepada mereka untuk beribadah tanpa
tekanan dan intimidasi. Menghukum orang-orang zhalim di dunia sebelum
akhirat agar menjadi pelajaran bagi manusia.
Jutaan manusia itu mengenang perjalanan manusia agung, Abul-Anbiya’,
bapak para nabi, penghulu para Ulul Azmi, Khalilur-Rahman,
Imamul-Hanafiyah dan sejuta sanjung dan nama yang pantas untuknya,
Ibrahim Alaihis Salam. Kebesaran namanya yang terus diingat oleh benak
sejarah. Sepanjang sejarah itu ditulis hingga hari Kiamat. Selama Allah
masih disebut dan disembah, selama itu pula Ibrahim dikenang. Karena
namanya telah diabadikan oleh syariah dalam doa ibadah seorang muslim
kepada Rabbnya. Disejajarkan dengan nama pamungkas para nabi, Muhammad
shallallahu alaihi wasallam.
Pada tahiyah akhirat seorang muslim selalu berdoa,
اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت
على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم فى العالمين إنك حميد
مجيد
Bukan, bukan Ibrahim yang disejajarkan dengan Rasulullah Muhammad saw,
tapi
Rasulullah yang disejajarkan dengan Ibrahim as, dalam shalawat dan
keberkahan. Seolah Allah telah mengabarkan bahwa Ibrahim alaihis salam
telah lebih dahulu diberkahi dan telah diberi shalawat, beliau dan
keluarganya. Ini saja kiranya sudah cukup membuktikan kedudukan Ibrahim
di dalam Islam. Bahwa namanya diabadikan dalam ritual shalat, hingga
setidaknya minimal 5 kali sehari namanya disebut oleh jutaan manusia di
seluruh jagad.
Shalawat Ibrahimiyah menunjukkan adanya kesatuan risalah dan kesatuan aqidah antara Ibrahim
Khalilullah dengan Muhammad
Habibullah.
Dan perjuangan Rasulullah menegakkan syariahnya adalah estafeta dari
perjuangan Ibrahim menegakkan aqidah. Seperti halnya nabi-nabi yang
lain, semuanya bersumber dari satu muara.
Ibrahim as juga dikenang kaum Muslimin saat mereka menyelenggarakan
ibadah haji maupun umrah, tak ada yang berkeliling thawaf di sekitar
Ka’bah kecuali terkenang olehnya kerja Ibrahim dan anaknya, Ismail yang
membangun Ka’bah. Kedua orang tua dan anak ini bahu membahu dalam
mengejawantahkan perintah Allah Ta’ala. Ritual haji juga mengabadikan
sejarah perjuangan Ibrahim alahis salam.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Torehan nama yang begitu menyejarah dalam sosok Ibrahim tidak sekadar
aksi heroiknya yang tak mempan dibakar oleh tirani Namrud. Adalah
karena totalitasnya dalam ketaatan dan tauhidullah. Mentauhidkan Allah.
Bahkan seluruh cerita tentang perjalanan hidupnya adalah cerita tentang
ketaatan dan pengorbanan untuk mewujudkan ketaatan itu. Hal itu
dimulainya saat beliau baru tumbuh menjadi remaja yang beranjak dewasa.
Perjuangannya mencari Tuhan yang sesuai dengan bimbingan akal dan
fitrahnya, yang dengan fitrahnya beliau menentang setiap penyembahan
kepada sesuatu yang tidak layak untuk disembah.
Allah menceritakan di Al-An’am
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿٧٤﴾
وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ ﴿٧٥﴾ فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ
رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا
أُحِبُّ الْآفِلِينَ ﴿٧٦﴾ فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا
رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ
مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ ﴿٧٧﴾ فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً
قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ
إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ ﴿٧٨﴾ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ
لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ ﴿٧٩﴾
- 74. dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya,
Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
- 75. dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami
memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.
- 76. ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu)
Dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia
berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”
- 77. kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: “Inilah
Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: “Sesungguhnya
jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepada-Ku, pastilah aku termasuk
orang yang sesat.”
- 78. kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata:
“Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu
terbenam, Dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan.
- 79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang
menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar,
dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Bersikap sesuai bimbingan fitrah, bergerak sesuai dengan nurani, dan
bertindak searah dengan akal sehat adalah modal utama seseorang
mendapatkan hidayah. Fitrah yang terpelihara dari berbagai syubhat dan
syahwat akan membimbing seseorang kepada kebenaran dan nilai. Maka
Ibrahim pun yakin dengan fitrah yang diciptakan Allah itu
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿٧٩﴾
- Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Perjuangan yang terbimbing oleh fitrah mengantarkan Ibrahim kepada
hidayah dan isthifa’. Allah memilihnya sebagaimana memilih Nuh
alaihis-salam menjadi rasul. Firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ﴿٣٣﴾
- “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat.” (Ali Imran: 33)
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Jika Anda tak lagi percaya kepada nilai agama, coba kembalilah kepada
nurani dan kejernihan akalmu untuk melihat perbuatanmu, niscaya kau
akan dapati arahan fitrahmu. Tapi jika agama kau abaikan dan nurani kau
tinggalkan, sungguh hatimu telah menjadi keras bagai cadas merangas
bahkan lebih keras daripada batu cadas. Dari bebatuan terkadang
memancarkan mata air namun hati yang keras tak mencairkan air mata.
اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ
- “Mintalah fatwa kepada hatimu.”
Begitu Rasulullah membimbing kita.
Dan dengan itu Ibrahim dinobatkan sebagai pemilik kebersihan hati
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ ﴿٨٣﴾ إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٤﴾
- “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).
(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (As-Shaffat: 83-84)
Totalitas perjuangan dan kesempurnaan ketaatan membuat Ibrahim
Khalilullah tak peduli berapapun harga yang harus dibayar, meski harus
meninggalkan negeri tempat beliau dilahirkan, Babilonia, Irak. Pada
awalnya beliau berdakwah di dalam keluarganya, mengajak ayahnya dengan
adab dan tata karma agar menjauhi ibadah yang tidak sesuai dengan
kebersihan fitrah dan akal sehat, meski beliau harus menerima umpatan
kasar dan kata-kata keji. Giliran berikutnya adalah kaumnya yang
menjadikan patung dan berhala, batu-batu tuli yang tidak bisa mendengar
apalagi memberi manfaat dan mudarat sebagai sesembahan selain Allah.
Berbagai dialog dan pemaparan hujjah beliau sampaikan untuk membimbing
akal mereka menemukan cahaya kebenaran.
Tiada perjuangan tanpa tantangan. Upaya Ibrahim untuk menegakkan
tauhidullah di muka bumi menemui benturan dari kaumnya. Akhirnya beliau
membelokkan haluan dakwahnya ke negeri lain dari bumi Allah yang luas.
Ditinggalkan kaumnya dan negeri di mana beliau dibesarkan. Tiada yang
membersamainya selain istrinya sendiri, Sarah dan keponakannya, Luth
alaihis salam.
Lalu menetap di Haran, satu kota di negeri Syam hingga beberapa lama di
sana. Kemudian beliau pindah ke Baitul Maqdis di Palestina. Dan dari
Palestina ke Mesir untuk mensyiarkan agama Allah.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Kegembiraan sempat datang kepada keluarga Ibrahim saat si buah hati
dan perlipur lara lahir, Ismail as. Setelah sekian lama menunggu. Namun,
seorang pilihan tidak boleh berlama-lama dalam kesenangan dengan segala
hiasan dunia dan romantisme keluarga. Agar tak terlena dari menunaikan
tugas dan risalah hidupnya. Agar tidak manja dalam menempuh derita
perjuangan dan beratnya ketaatan. Apatah lagi Allah telah jadikan
kesenangannya pada pengabdiannya dan Allah sarangkan ketenteramannya
pada munajatnya. Lalu datanglah perintah untuk mengasingkan jabang bayi
itu berikut ibundanya, Hajar. Ke negeri yang gersang, jauh dari air dan
tumbuhan, di lembah tak bertuan.
Dengarlah laporan Ibrahim kepada Rabbnya,
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا
الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ ﴿٣٧﴾
- “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah
Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu)
agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Perjuangan dan amal ketaatan akan terasa ringan apabila terdapat
backup dari orang-orang dekat, keluarga dan sanak famili. Dan
sebaliknya, ia menjadi beban sendiri selain beban tugas itu manakala
keluarga justru menjadi batu sandungan. Demikianlah kasih sayang Allah
pada kekasihnya, disiapkan untuk Ibrahim keluarga yang mendukungnya.
Hajar pun memahami dan menerima tugas ini dengan keyakinan, “Bahwa Allah
tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Totalitas ketaatan dan pengorbanan dalam ketaatan itu mencapai
puncaknya di saat turunnya perintah menyembelih sang buah hati, Ismail
yang kelahirannya telah lama dinanti hingga di usianya yang telah senja.
Perintah yang ‘hanya’ melalui mimpi. Namun mimpi nabi adalah kebenaran.
Mimpi nabi adalah wahyu Allah. Ibrahim pun menunaikan perintah itu
dengan sempurna. Lagi-lagi dukungan dari keluarganya, anak semata
wayang, Ismail
alaihis-salam.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ
إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ
مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾
- “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk
orang-orang yang sabar”. (As-Shaffat: 102)
Ibrahim telah sempurna mewujudkan ketaatan kepada Rabbnya. Sedari
beliau hidupnya penuh dengan perjuangan menancapkan aqidah langit di
muka bumi. Tak ada hitung-hitungan terhadap Allah dalam rangka
ketaatannya. Maka Allah-pun menyempurnakan nikmat-Nya kepadanya.
Kedudukan tertinggi baginya di dunia dan akhiratnya. Sejuta shalawat dan
salam teriring untuknya dari segenap hamba yang menegakkan ritual
mengenang sepak terjangnya.
وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن
تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ آلِ
يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَىٰ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْحَاقَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٦﴾
- Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan
diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan
disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub,
sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu
sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Yusuf: 6)
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Maka, berlelahlah kita melakukan ketaatan demi mencapai derajat
tertinggi di hadapan Rabbul Izzah. Kerahkan segala upaya demi menggapai
ridha-Nya dalam suka dan duka. Kejarlah ampunan-Nya meski dengan
merangkak atau berada dalam himpitan masalah atau dinginnya malam atau
perihnya luka. Karena di situ ada kemuliaanmu dan di situ harga
keimananmu. Korbankan semua yang murah dan mahal demi cita-cita
tertinggi, yaitu ampunan dan rahmat-Nya. Tak usah kau hiraukan cemooh
para pencemooh dan hardikan para penghardik. Lemparlah syetan dan
nafsumu dengan kerikil-kerikil dan takbir. Sembelihlah ego dan nafsu
syahwat serta duniamu demi menggapai kesempurnaan nikmat dan derajat
tinggi pada kehidupan dunia dan akhiratmu.
Setelah itu…
Berlalulah bersama orang-orang yang berlalu, di bawah panji-panji
Ibrahim Khalilullah dan Muhammad Habibullah. Karena dengan kesempurnaan
ketaatanmu kau pula kekasih Allah, dan surga merindukanmu dengan berhias
diri untuk kau singgahi, beserta buah-buahannya dan sungai arak yang
tak memabukkan. Itulah istirahatmu yang sejati. Itulah kesenanganmu yang
sejati.
اللهم أقسم لنا من خشيتك ما تحول به بيننا وبين معـصيتك
.. ومن طاعـتك ما تبلّـغـُـنا به جنتَـك .. ومن اليقـين ما تُهـّون به
عـلينا مصائبَ الدنيا .. ومتـّعـنا اللهم باسماعِـنا وأبصارِنا وقـواتـِنا
ما أبقـيتنا .. واجعـلهُ الوارثَ منـّا .. واجعـل ثأرنا على من ظلمنا..
وانصُرنا على من عادانا .. ولا تجعـل مصيبـتَـنا في ديـننا .. ولا تجعـل
الدنيا أكبرَ هـمِنا .. ولا مبلغَ علمِنا .. ولا اٍلى النار مصيرنا ..
واجعـل الجنة هي دارنا .. ولا تُسلط عـلينا بذنوبـِنا من لايخافـُـك فينا
ولا يرحمـنا
اللـهم أصلح لنا ديـنـَنا الذي هـو عـصمةُ أمرِنا .. وأصلح لنا دنيانا التي
فـيها معـاشُنا .. وأصلح لنا آخرتـَنا التي اٍليها معـادنـا .. واجعـل
الحياة زيادةً لنا في كل خير .. واجعـل الموتَ راحةً لنا من كلِ شر.
الـلهم انا نسألـُـك فعـلَ الخيرات .. وتركَ المنكرات .. وحبَ المساكين..
وأن تغـفـر لنا وترحمنا وتتوب علينا .. واٍذا أردت بقـومٍ فـتنةً فـتوَفـنا
غـير مفـتونين .. ونسألك حبَـك.. وحبَ مَن يُحـبـُـك.. وحب عـملٍ يقـربنا
اٍلى حـبـِك .. يا رب العــالمـين .
اللهم اغـفـر لجميع موتى المسلمين .. الذين شهـِـدوا لك بالوحدانية
..ولنبيك بالرسالة .. وماتوا على ذلك .. اللهم اغـفر لهُم وارحمهُم وعافهم
وأعـفـو عنهم .. واكرِم نـُزلَهم .. ووسِع مـُدخلهم .. واغـسلهم بالماء
والثـلج والبـَرَد.. ونقـّهم كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس وارحمنا اللهم
برحمتك اذا صرنا الى ما صاروا اٍليه .. تحت الجنادل والتراب وحـدنا.
اللهم اغـفـِر لنا .. وارحمـنا .. وأعـتـق رقابنـا من النـار .
اللـهم تـقبـل منـا اٍنك أنت السميـع العـليم .. وتُب علينا اٍنك أنت
التواب الرحيم .. وصلي اللهم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.